Universitas Brawijaya, yang merupakan universitas negeri kebanggaan masyarakat Malang kemarin genap berusia 32 tahun. Banyak sudah sumbangshi yang diberikan univetsitas ini kepada negeri in, baik untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun untuk pembangunan mayarakat. Apa sajakah yang hendak dicapainya di tahun tahun mendatang?
UNIBRAW yang dikukuhkan menjadi universitas negeri 5 Januari 1963, beberapa tahun terakhir ini mengalami perkembagan yang cukup pesat. Ketika baru berdiri, universitas ini hanya memiliki lima fakultas, namun sekarang sudah memiliki sembilan fakultas.
Di bidang penelitian. selain jumlahnya sudah ribuan, kualitasnya cukup memiliki nilai. Hal itu terbukti banyaknya hasil penelitian Unibraw yang digunakan sebagai acuan pembangunan di kawasan Indonesia Timur. “Kalau pun hasil penelitian itu masih banyak juga yang hanya menumpuk, saya kira itu dirasakan oleh semua Universitas.” ujar rektor dalam jumpa pers kemarin di kantornya.
Akan tetapi, lanjutnya, tidak bisa dipungkiri bahwa universitas ini telah banyak menyumbangkan ide. Misalnya 1968 Unibraw sebagai penecetus dan penyelenggara Kongres INTI. Kemudian yang paling menonjol adalah sebagai pencetus adanya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), yang diresmikan oleh Presiden Soeharto dalam sebuah simposium yang berlangsung di kampus yang memiliki luas 32 hektar itu. Kemudian di kampus ini lahir pula KMAPBS (Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Super Semar). “Dan masih banyak lagi,” tutur Hasyim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sedangkan perihal daya tampung juga mengalami peningkatan cukup pesat, sejak 1992/1993 hingga saat ini berjumlah 15.574 orang. Kemudian tenaga pengajarnya juga terus bertambah. Kini tercatat 1.263 pengajar. Dan peningkatan ini diarahkan ke kualifikasi S 2 atau S 3. Pada 1994/1995 tercatat 462 orang yang terkualifikasi S 2 dan 73 orang berkualifikasi S-3 serta 14 orang guru besar. ” Dan akhir 1996 kamni harapkan tenaga lulusan S 3 mencapai 11 persen dari jumlah tenaga pengajar keseluruhan,” tambahnya.
Untuk program berikutnya, lanjut Hasyim,Unibraw akan menambah beberapa fakultas eksakta. Sementara untuk ilmu sosial daya tampung mahasiswa akan dikurangi. Hal itu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan saat ini, yang menuju ke era teknologi. Untuk itu, Fakultas Teknik Pertanian akan mengaktifkan lagi program doktornya, serta membuka program diploma tiga untuk Perakitan dan Perawatan Pesawat Terbang.
Di samping itu Unibraw juga akan menggarap sektor perikanan. Selain telah memiliki tambak seluas lima hektar, juga akaa dikembangkan ke perikanan laut.
Di samping itu Unibraw dalam waktu yang tidak terlalu lama akan melepas Politeknik, agar bisa berdiri sendiri. “Masalah ini telah dipersiapkan dan akan dibahas lebih lanjut, agar tidak terlalu lama akan bisa terwujud.”
Dalam hal pengembangan pengabdian pada masyarakat, Unibraw juga telah berhasil mengangkat program kemiskinan di beberapa desa di Blitar, Dan tahun ini akan dikembangkan di Kab. Malang.(pur)
—————-
Fakultas Pertanian Primadona Unibraw
DENGAN 40 dosen bergelar doktor (S3), tak pelak lagi Fakultas Pertanian pantas menjadikan dirinya sebagai “primadona” Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Jatim. Total dosen bergelar doktor di Unibraw sebanyak 51 orang yang tersebar di sembilan Fakultas.
Belum lagi dosen yang bergelar master (S2) Fakultas Pertanian juga menempati peringkat pertama (89 orang). Sedang jumlah keseluruhan dosen Fakultas Pertanian sebanyak 151. Praktis kini hanya enam orang yang belum sama sekali menempuh program S2. Lainnya sedang menempuh program S2 atau S3. Sampai tahun 1995 nanti diprediksikan akan ketambahan 15 doktor baik lulusan dalam negeri maupun luar negeri.
Mulai tahun 1994 semua dosen harus menempuh program pendidikan pascasarjana. “Ini persyaratan mutlak yang tidak bisa ditawar kalau kita berorientasi pada kualitas pendidikan. Tanpa perbaikan dan peningkatan kualifikasi tenaga dosen, mustahil kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi bisa ditingkatkan,” kata Dr Ir Bambang Guritno, Dekan Fakultas Pertanian.
Dilihat penyebarannya, tenaga dosen yang bergelar doktor dan master relatif lumayan merata di setiap jurusan. Jurusan Budidaya Pertanian yang bergelar doktor 20, master 30 dan S1 2 orang. Jurusan Ilmu Tanah, doktor 5, master 16 dan 4 S1. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan 4 doktor, 9 master, dan 5 S1. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian 6 doktor, 18 master dan 1 S1. Jurusan Teknologi Pertanian 5 doktor, 16 master dan 10 S1. (Lihat Tabel).
Kualivikasi tenaga dosen yang demikian memang Fakultas Pertanian boleh dibilang sebagai pelopor peningkatan kualitas tenaga dosen di lingkungan Unibraw. Jika mengacu pada figur pelopor peningtan kualitas dosen tidak bisa lepas dari dua perintis masing masing Prof Dr Ir Sutono dan Prof Dr Ir M Gebadi Banoewidjaja, keduanya sudah almarhum.
Di samping itu Fakultas Pertanian menjadi pelopor bekerja sama dengan lembaga lembaga lain. Kerja sama dengan Asian Australian University Cooperation Scherne (AAUCS) tahun 1972 merupakan awal keberanian Unibraw menembus kotak tempurung. Melalui lembaga itu kemudian menjadi jalur pengiriman tenaga dosen untuk menempuh program pascasarjana di Australia.
Kerja sama dengan Nuffic Belanda tahun 1975 dicatat dapat sebagai momentum ketika Unibraw mulai mengepakkan sayapnya. Kerja sama di dalam bidang penelitian, pengembangan sistem pengajaran dengan Nufric itu akhirnya merebak ke bidang lain di luar Fakultas Pertanian seperti Pusat Pengembangan Ilmu Iimu Sosial (PPIS) dan beberapa fakultas lain.
Setelah kerja sama dengan AAUCS dan Nuffic membuahkan hasil yang baik, mengudang kredibilitas di hadapan lembaga luar negeri. Terbukti lembaga lain mau melakukan kerja sama. Seperti, International Development Research Centre (IDRC). Kerja sama juga digalang dengan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) dan dengan Institute Soil Fertility Belanda.
Dengan melakukan kerja sama dengan luar negeri Unibraw memang boleh dibilang melakukan. proses menginternasionalisasi diri. Paling tidak sejak tahun 1986 sudah tiga kali perternuan internasional yang diselenggarakan. Kerja sama Utara Selatan dalam bidang pendidikan tinggi pertanian mengawali proses internasionahsasi Unibraw tahun 1986. Pertemuan itu diikuti 16 negara. “Jadi Unibraw telah melakukan langkah nyata dalam membina hubungan Utara Selatan,” kata Bambang Guritno. Tahun 1987 diadakan lokakarya mengenai sistem tanaman pangan di daerah tropis bekerja sama dengan Institute of Soil Fertility Belanda. Lantas tahun 1990 mengadakan pertemuan Cassava Breading. Membahas tentang pendayagunaan ubi kayu di Asia. Perternuan ini bekerja sama dengan Organized By Centro Internacional de AgriculturTropical (CIAT) Columbia.
Usaha yang keras untuk menjadikan dirinya sebagai “primadona” Unibraw telah membuahkan hasil, betapapun masih kecil. “Kami barangkali memang masih kecil dibanding Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang lebih tua. Namun kami yakin jika dibanding dengan perguruan tinggi seumur, kami tidak kalah,” lanjut Bambang Guritno.
Ia contohkan, Fakultas Pertanian kini dipercaya sebagai pembina lima perguruan tinggi negeri di Indonesia bagian timur masing masing, Universitas Cendana (Undana), Universitas Mataram (Unram), Universitas Udayana, Universitas Tadulako, Unhalu Kendari.
Jika Bambang merasa tidak kalah dengan perguruan tinggi seusia Unibraw tidak terlalu gegabah. Juga jika suatu saat ingin menyamai, syukur kalau melampaui IPB dan UGM juga bukan asal asalan pencanangan. Bisa dilihat dan penelitian yang dibiayai Usaid dalam tiga tahun terakhir. Jumlah usulan maupun yang disetujui. Fakultas Pertanian Unibraw menduduki peringkat tertinggi.
Jumlah usulan penelitian dari Fakultas Pertanian Unibraw sebanyak 62, yang disetujui 21 buah. IPB 16 yang disetujui delapan, UGM 5 disetujui dua, Unpad 42 disetujui 14, Unej Jember 25 disetujui delapan, Unsri Palembang 8 disetujui 6, Unhas 12 disetujui 5, Undip Semarang satu dan disetujui.
Demikian juga dalam penulisan buku teks untuk perguruan tinggi, Unibraw menempati peringkat pertarna. Dari 30 judul dari Unibraw yang disetujui, 27 di antarariya dari Fakultas Pertanian. Disusul IKIP sebanyak 20 buah, UGM 7, ITB 5, ITS dan Unair masing masing 2, Unpad satu
Indikator di atas inilah yang akan digunakan Fakultas pertanian membangun citra sebagai fakultas primadona bukan hanya di lingkungan Unibraw tapi ingin menjadi primadona nasional. “Susahnya Unibraw belum berhasil membangun image. Rasanya sedih orang Jakarta saja belum tahu Unibraw itu negeri apa swasta,” kata Bambang. Bambang tidak berlebihan. Jangankan masyarakat awam. Kalangan DPR/MPR saja belum tahu Unibraw. Seperti tatkala sejumlah mahasiswa Unibraw melakukan unjuk rasa di DPR/MPR, ada anggota DPR/MPR yang menanyakan Unibraw itu swasta atau negeri. Ini kenyataan yang menyakitkan.
Tantangan di masa depan adalah bagaimana rmembangun citra. Tantangan lain yang yang tak bisa dipandang remeh adalah bagaimana mencairkan kompartementalisasi yang cukup kuat di Fakultas Pertanian. Kalangan fakultas lain kerap kali mengrtik dosen dosen Fakultas Pertanian sebagai kelompok ” arogan” yang berpandangan hanya pada kompartemennya. Selain itu, kurang berani melontarkan pendapat apalagi jika dikhawatirkan berbebenturan dengan kekuasaan.
Kritik itu betapapun pahitnya seyogyanya diterima dengan terbuka. Keberanian menerima kritik merupakan pilar jika Fakultas Pertanian bertekad bukan hanya menjadi primadona bagi Unibraw tapi juga primadona nasional. Justru di sinilah tantangannya. jangan jadi primadona untuk sebuah lengkung langit tempurung. (anwar hudijono)
———————————————————–
Tabel
Tingkat Pendidikan Dosen Fakultas Pertanian Unibraw
——————————————————
Jurusan S3 S2 S1 jumlah
1. Budidaya Pertaman 20 30 2 52
2. Ilmu Tanah 5 16 4 25
3. Hama dan Penyakit Tumbuhan 4 9 5 18
4. Sosial Ekonomi Pertanian 6 18 1 25
5. Teknologi Pertanian 5 16 10 31
40 89 22 151
————————————————————-
Jawa Pos, 6 Januari 1995