Mahasiswa Indonesia menguasai lomba balap mobil hemat energi Driver’s World Championship Shell Eco-marathon Asia 2018, Minggu (11/3), di sirkuit Changi Exhibition Centre, Singapura. Tiga mobil juara berangkat ke final di London, Inggris, yakni Semar Urban UGM Indonesia, Sapuangin ITS Team 2, dan Garuda UNY Eco Team.
Balapan itu hanya untuk tujuh terbaik kategori UrbanConcept dalam kompetisi tahunan rancang bangun mobil masa depan hemat energi Shell Eco-marathon Asia 2018. UrbanConcept terdiri atas tiga subkategori sumber energi pembakaran mesin dalam atau ICE (bensin, solar, etanol, dan gas cair), baterai eletrik, dan hidrogen. Tujuh mobil terunggul terdiri atas tiga dari ICE, tiga dari bateral eletrik, dan satu dari hidrogen masuk ke DWC.
Di kejuaraan itu, tiga mobil tercepat yang menyelesaikan sembilan lap dengan energi paling sangkil atau efisien menjadi pemenang dan berhak mewakili Asia ke final DWC Shell Eco-marathon Eropa 2018 di London, Juli 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mobil Semar Urban dari Universitas Gadjah Mada tercepat di DWC meski di lomba jelajah terjauh berada di urutan kedua dengan capaian 267 km per liter bensin.
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO–Tim mahasiswa ITS mencek kesiapan mobil rancangan mereka menjelang pembukaan Shell Eco-marathon 2018 Asia, Jumat (9/3), di Changi Exhibition Centre, Singapura.
Mobil Sapuangin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember di urutan kedua meski menjadi pemenang di lomba jelajah terjauh dengan capaian 315 km per liter bensin.
Mobil Garuda dari Universitas Negeri Yogyakarta di urutan ketiga seperti hasil di lomba jelajah terjauh dengan capaian 215 km per liter bensin bensin.
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO–Mobil hemat energi Semar Urban UGM, Indonesia, menjadi juara Driver’s World Championship Shell Eco-marathon Asia 2018, Minggu (11/3), di Changi Exhibition Centre, Singapura.
Urutan keempat diraih oleh mobil Nogogeni ITS Team 1 dari subkategori baterai elektrik. Di lomba jelajah terjauh, mobil ini berada di urutan kedua dengan capaian 129 km/kWh.
Urutan kelima diraih oleh mobil Bumi Siliwangi Team 4 dari universitas Pendidikan Indonesia yang di lomba jelajah terjauh berada di posisi ketiga dengan capaian 108 km/kWh.
Posisi keenam ditempati juara baterai elektrik dengan capaian 129 km/kWh, mobil LH-EST dari Lac Hong University di Vietnam. Di DWC, mobil itu tidak berhasil menyelesaikan lomba karena bermasalah teknis di lap kelima.
Terakhir, NTU Singapore 3-D Printed Car dari Nanyang Technological University di Singapura, satu-satunya wakil subkategori hidrogen dengan capaian 46 km/m3 tetapi di DWC gugur karena masalah teknis di lap ketiga.
Gugurnya tim Singapura dan Vietnam membuat lomba didominasi oleh tim Indonesia. Mobil-mobil tim mahasiswa yang penampilan “butut” itu saling susul dan saling mengalahkan. Sungguh berbeda dengan mobil tim Singapura yang dicetak dengan teknologi tiga dimensi atau tim Vietnam yang mulus.
Namun, Minggu itu, sirkuit di tepi selat Pulau Tekong itu kembali menjadi saksi keperkasaan tim-tim mahasiswa Indonesia di kategori UrbanConcept yang notabene kompetisi rancang bangun mobil terhemat berdesain kebutuhan terkini. Mesin yang dipakai dari sepeda motor atau traktor karena konsumsi energi terhemat di antara jenis kendaraan umum.
Seusai memenangi DWC, pengemudi Semar Urban Tito Setyadi keluar dari mobil yang mirip blangkon atau penutup kepala ala Jawa itu untuk sujud syukur. Rekan-rekan setim termasuk dari Semar Proto bergembira dan beberapa di antaranya menangis bahagia.
“Terima kasih Indonesia. Ini pengalaman pertama kali UGM ke final DWC,” ujar Manajer Tim Antonius Adhika Angkasa.
–Pengemudi mobil hemat energi Garuda UNU Eco Team Fauzi Achmad Prapsita sujud syukur dan menangis seusai menjadi yang terbaik ketiga di lomba balap Driver’s World Championship Shell Eco-marathon Asia 2018.
Juru mudi Garuda Fauzi Achmad Prapsita yang begitu keluar dari mobil disambut sorak dan tangis bahagia rekan setimnya. Ia sujud syukur lebih dari satu menit sambil menangis karena tak percaya bisa menyelesaikan lomba di urutan tiga besar.
“Ini langkah besar bagi UNY karena juga pertama kali ke final DWC,” ujar Manajer Tim Ilham Nofi Yoga.
Pengemudi Sapuangin Mochammad Hafis mengatakan, ITS telah beberapa kali masuk ke final DWC. London akan menjadi panggung ITS memenuhi ambisi menjadi juara dunia seperti kisah manis yang ditorehkan oleh Bumi Siliwangi Team 4 UPI pada 2016.
General Manager Shell Eco-marathon Norman Koch mengungkapkan, di kompetisi tahun depan akan menambah satu subkategori lagi yakni autonomous untuk UrbanConcept dan Prototype. Dengan demikian, satu kategori akan terdiri atas empat subkategori. Autonomous akan cukup menantang bagi tim-tim kampus yang ingin unjuk gigi dalam pengembangan teknologi sensor dan robotika.–AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO DARI SINGAPURA
Sumber: Kompas, 12 Maret 2018