Produk Natural dan Biosimilar Menjanjikan

- Editor

Kamis, 8 Februari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indonesia memiliki potensi besar mengembangkan produk biosimilar dan natural sebagai terapi masa depan dengan biaya terjangkau. Untuk itu, perlu ada sinergi berbagai pihak dan komitmen pengembangan riset yang kuat.

Di masa depan produk biosimilar dan natural dianggap paling berpotensi untuk dikembangkan dalam industri farmasi di dalam negeri. Akan tetapi, pengembangannya memerlukan komitmen yang kuat terkait riset dan pengembangan teknologi.

Peneliti dari PT Biofarma (Persero), Neni Nurainy, pada temu media di Cirebon,

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jawa Barat, Rabu (7/2), mengatakan, dengan penguasaan teknologi dan keanekaragaman hayati melimpah, Indonesia memiliki potensi bersaing di produk biosimilar dan natural. ”Harapannya produk biosimilar harganya bisa lebih murah. Dari produk biosimilar yang ada, harganya bisa sampai 50 persen lebih murah dari originatornya,” ujar Neni.

Biosimilar adalah obat biologis yang memiliki karakteristik yang mirip dengan obat patennya (originator). Setelah masa paten suatu obat habis, maka bisa dikembangkan obat yang memiliki karakteristik sama yang berasal dari sel makhluk hidup (biosimilar).

Di Tanah Air, pengembangan produk biosimilar telah dimulai oleh PT Biofarma (Persero). Sejak 2016, PT Biofarma mengembangkan dua produk biosimilar, yakni obat untuk kanker payudara dan eritropoietin (hormon yang berfungsi meningkatkan produksi sel darah merah) generasi kedua yang memiliki waktu paruh lebih lama.

Obat kanker yang dikembangkan itu merupakan biosimilar dari trastuzumab yang patennya habis tahun 2016 di Eropa dan tahun 2019 di Amerika Serikat. Sementara paten eritropoietin berakhir tahun 2019 di Eropa dan tahun 2024 di AS.

Menurut Neni, hal terpenting dari pengembangan biosimilar adalah penguasaan platform teknologinya karena proses pengembangan biosimilar amat rumit. Itu dikuasai PT Biofarma. ”Sekarang kami membangun fasilitas produksinya,” ujarnya.

Meski Indonesia mulai mengembangkan biosimilar, langkah ini termasuk lambat dibandingkan negara lain. Contohnya, India dan Korea sudah memasuki uji klinis tahap II dalam pengembangan biosimilar.

Sekretaris Korporat PT Biofarma Bambang Heriyanto mengatakan, pengembangan biosimilar jadi bagian dari strategi pengembangan produk. Selain biosimilar, prioritas utama diberikan pada produksi vaksin, antiserum, dan produk darah.

Keanekaragaman hayati
Selain itu, sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati nomor dua di dunia, Indonesia memiliki potensi besar mengembangkan produk natural. Kekayaan alam yang ada bisa dikembangkan jadi fitofarmaka, misalnya. Itu memerlukan komitmen pengembangan riset yang kuat.

Sayangnya, dari sekitar 30.000 jenis tanaman, baru 1.200 tanaman dimanfaatkan. Selain itu, analisis big data dan bioinformatik terkait potensi kekayaan alam Indonesia masih kurang. Selama ini, riset tentang kekayaan alam Indonesia yang berpotensi dimanfaatkan lebih banyak dilakukan ilmuwan asing.

Pengembangan vaksin
Jika ingin mengembangkan produk obat kimia, menurut Neni, Indonesia ketinggalan jauh dibandingkan negara lain. Industri kimia dasar dalam negeri amat tertinggal dan akan sulit mengejar. Karena itu, selama ini industri farmasi dalam negeri sangat bergantung pada bahan baku obat impor.

Sementara untuk pengembangan vaksin, Indonesia dinilai baik. Sejumlah produk vaksin PT Biofarma lolos prakualifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan diterima di lebih dari 130 negara di dunia, termasuk negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim.

Saat ini Biofarma mengembangkan sejumlah vaksin baru yang dikerjakan sendiri maupun dalam lingkup konsorsium. Vaksin itu adalah pneumokokus, tifoid, dengue, hepatitis B (untuk terapeutik), dan tuberkulosis atau TB.

Dokter spesialis anak yang juga penulis buku Pro Kontra Imunisasi, Arifianto, mengatakan, proses pembuatan vaksin kompleks. Produk vaksin harus aman dan efektif mencegah penyakit. Agar bisa membentuk kekebalan komunitas, cakupannya harus setinggi mungkin. (ADH/IKI)

Sumber: Kompas, 8 Februari 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 15 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB