Introduksi varietas ikan unggulan jenis lele (Clarias) dan nila (Oreochromis), serta penerapan sistem budidaya terpadu tanpa limbah diterapkan di kawasan tandus. Pola budidaya di lahan kering itu, empat tahun terakhir, memberdayakan petani dan meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.
Uji coba budidaya benih ikan tersebut dilakukan di kawasan Gunung Kidul, Yogyakarta, melalui program Klinik Iptek Mina Bisnis dan Iptek untuk Masyarakat (KIMBis). ”Kini, Gunung Kidul ditetapkan sebagai salah satu lokasi proyek percontohan pengembangan pakan ikan mandiri,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) Achmad Poernomo di Jakarta, Jumat (20/2).
Empat tahun terakhir, kegiatan itu menjaring 300 kelompok petani yang terlibat pembenihan, pembesaran benih, dan pemasaran. ”Model kewirausahaan pakan ikan mandiri dikelola Koperasi Desa Mina di Kabupaten Gunung Kidul,” kata Catur Pramono Adi, Kepala Bidang Pelayanan Teknis Sosial Ekonomi Balitbang KP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Budidaya perikanan menggunakan benih ikan lele Sangkuriang dari Balai Besar Perikanan Budidaya Ikan Air Tawar Sukabumi, Jawa Barat. ”Saat ini, dihasilkan ikan lele Sangkuriang-2 hasil persilangan lele Paiton yang merupakan ikan turunan pertama (F1) lele Afrika dan lele Sangkuriang,” kata Riptanto Edi Widodo, ahli pembenihan ikan.
Keunggulan lele Sangkuriang dibanding yang lain adalah pertumbuhannya cepat, merata, tahan penyakit jamur dan bakteri, serta fisik tubuh bulat atau gemuk. Ikan lele mudah dipelihara, tetapi keuntungannya relatif kecil. Budidaya ikan nila memberi keuntungan hingga 40 persen.
Saat ini, di Gunung Kidul, ada empat kecamatan yang memasok ikan air tawar hingga 3 ton per minggu. Dari Kecamatan Ponjong dihasilkan ikan bersisik, antara lain nila, gurami, tawas, mas, dan bawal. Kecamatan Playen dan Nglipar menjadi sentra ikan lele lahan kering.
Perikanan terpadu
Selain budidaya ikan, jelas Catur, dikenalkan sistem perikanan terpadu, yaitu penggunaan kotoran ternak kelinci dan limbah pakan untuk pupuk tanaman hortikultura. Penggunaan air kolam untuk menyiram tanaman di pot gantung juga menyaring air.
Adapun pembuatan pakan ikan juga dilakukan mengacu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan dijual dengan harga terjangkau. Pakan ikan dibuat mandiri berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi dan berbahan baku lokal. ”Harga pakan ikan mandiri ini bersaing dengan produk komersial keluaran industri besar, sehingga usaha petani mampu bertahan,” kata Budi Wardono, Penanggung Jawab KIMBis Gunung Kidul.
Kebutuhan pakan saat ini tumbuh 15 persen per tahun. Jika pakan ikan mandiri bisa memenuhi 10 persen total kebutuhan pakan, maka sangat banyak biaya produksi dihemat. Pakan ikan mandiri mampu menekan biaya operasional sekitar 30 persen. Harga jual pakan itu lebih murah daripada harga pakan komersial.
Untuk memenuhi produk pakan, dibentuklah jaringan pengadaan bahan baku melalui jaringan KIMBis, antara lain di Kabupaten Pacitan, Wonogiri, dan Tegal. Keunggulan model ini memberi efek berganda pembangunan perikanan dan kemandirian pakan, serta munculnya usaha-usaha turunan. (YUN)
Sumber: Kompas, 21 Februari 2015
Posted from WordPress for Android