Obat Pelangsing dari Tanaman Merusak Ginjal?

- Editor

Senin, 17 Juli 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BERITA Kompas Rabu (24/2) tentang bubuk pelangsing tubuh yang mengandung tanaman obat dari Cina dan menyebabkan kerusakan ginjal serius, menarik untuk dikaji lebih lanjut. Soalnya, di Indonesia pro dan kontra tentang khasiat tanaman obat juga berlangsung cukup lama.

Di satu pihak, mereka mengatakan tanaman obat sudah dipakai sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu terbukti memberikan kesembuhan dan tidak menimbulkan efek samping. Tentu penggunaannya harus sesuai indikasi, dosis sesuai yang dianjurkan, tahu cara pengolahannya dan tidak keliru waktu mengambil tanaman obat yang dimaksud. Di lain pihak, mereka mengatakan tanaman obat belum diteliti, dapat menyebabkan keracunan, kadar kandungan zat berkhasiatnya tidak selalu sama (karena tergantung dari daerah asal tumbuhnya), dan sebagainya.

Memang kadang-kadang ada tanaman obat yang beracun. Namun, kadangkala tanaman obat yang beracun sengaja dipakai untuk pengobatan. Tentu dengan dosis dan pengolahan tertentu serta dipakai secara hati-hati, misalnya untuk pengobatan kanker.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebagai contoh, Jarak (Ricinus communis Linn.) di mana biji segarnya sangat beracun, dapat dinetralisir dengan cara merebus 2 jam atau pemanasan 100 derajat celcius selama 20 menit. Biji jarak berkhasiat anti radang, pencahar, koreksi prolaps, menghilangkan racun dan antikanker. Tetapi, khasiat antikankernya hilang bila dilakukan pemanasan.

Sente (Alocasia macrorrhiza) juga termasuk tanaman beracun, tetapi berkhasiat obat. Sebagian penduduk malah menanamya sebagai tanaman pangan. Yang berkhasiat obat adalah rimpangnya, batang dan buah. Sente digunakan sebagai obat penurun panas, antiradang, antiracun dan menghilangkan bengkak.

Bubuk pelangsing tubuh yang diributkan, mengandung ekstrak dua tanaman obat dari Cina, Stephania tetrandra dan Magnolia officinalis. Kedua jenis tanaman ini juga digunakan pada berbagai campuran banyak obat paten. Keduanya memang dikenal sebagai tanaman obat beracun bila dosisnya berlebihan. Tetapi dalam pengobatan, diketahui tidak menimbulkan efek samping. Penelitian mengenai tanaman obat ini antara lain tertuang pada buku Pharmacology and Apglications of Chinese Materia Medica yang ditulis oleh Hson-Mou Chang PhD dan Paul Pui-Hay Ph.D.

Bila benar bubuk pelangsing tubuh tersebut mengadung dua tanaman obat di atas, dapat dipastikan bahwa dari Stephania diambil khasiat peluruh kencingnya (diuretik), dan dari Magnolia diambil khasiat pencaharnya (laxative). Akibatnya, orang yang makan kedua campuran herba tersebut akan banyak kencing dan diare/mencret, sehingga selang beberapa waktu kemudian, diharapkan berat badan menurun.

Bila ini benar, produsermya tidak memikirkan kemungkinan pemakaian secara berlebihan mengingat orang yang ingin kurus akan melakukan apa saja. Akibatnya, dosis pengobatan yang aman terlampaui dan masuk ke dosis toksik yang menimbulkan petaka.

Hal tersebut sama halnya dengan orang yang ingin gemuk. Di desa bahkan kota sekalipun, obat dexamethason disalahgunakan untuk menggemukkan badan. Mereka membeli obat tersebut tanpa resep dokter, memakannya secara berlebihan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Badannya memang menjadi gemuk dan pemakai merasa segar. Padahal, akibatnya rusak berbagai organ tubuh, dari perdarahan ambung, keropos tulang, sampai menyebabkan kematian.

”Stephania tetrandra”
Stephania tetrandra S.Moore termasuk familia Menispermaceae, merupakan tanaman merambat, dan mempunyai umbi dengan diameter 3-5 cm. Umbi keringnya berkhasiat obat, dan dijual dengan nama Hanfangji atau fangji. Stephania mempunyai daun yang letaknya berseling, bertangkal, dan helai daun lebar. Bunganya berkelamin tunggal, buahnya bulat dengan diameter 5-6 mm dan bila masak berwarna merah.

Umbinya pahit, pedas, dan sifatnya dingin. Umbi ini berkhasiat antirematik, peluruh kencing, menstimulir energi, penghilang rasa sakit dan menghilangkan bengkak (antifswelling).

Zat berkhasiat dari herba ini adalah tetrandrine, dengan dosis yang aman dipakai antara 240-300 mg. Pemakaian 300 mg tetrandrine secara suntikan intravena menimbulkan nyeri setempat dan peradangan vena. Pemkaian 528 mg menyebabkan hemoglobinemia, hemoglobinuria, dan anemia ringan. Pemakaian 840 mg tetrandrine menyebabkan acute glomerular necrosis (kerusakan ginjal akut).

”Magnolia officinalis Rehd.et Wils.”
Magnolia officinalis termasuk familia Magnoliaceae. Merupakan pohon tinggi dengan kulit batangnya berwarna cokelat kehijauan. Daunnya besar memanjang, tebal, getas, warnanya hijau. Bekas daun yang rontok meninggalkan tanda di batang berbentuk Cincin. Di Indonesia terdapat Cempaka gondok yang masih satu suku dengan Magnolia.

Kulit batang dan kulit akar kering tanaman ini berkhasiat obat dan dijual dengan nama Houpo, yang berasal dari tanaman yang bernama Magnolia offcinalis Rehd.et Wils. (bunga berwarna putih) dan Magnolia officinalis Rehd.et , Wils. var. biloba Rehd.et Wils. (bunga berwarna kekuningan). Bunga dan buah tanaman ini juga berkhasiat obat.

Houpo mempunyai rasa pahit, pedas dan sifatnya hangat. Herba ini masuk meridian Iimpa, lambung, paru-paru dan usus besar, serta berkhasiat menghilangkan lembab, memperbaiki pencernaan, pencahar, menstimulir vital energy dan antiasmatik.

Kulit akar tanaman ini mengandung minyak menguap, phenol seperti magnolol, honokiol dan tetrahydromagnolol, di samping golongan alkaloid seperti magnocurarine, magnoflorine, anonaine, michelarbine, liriodenine, salicifoline. Magnocurarine adalah komponen toksik dan herba ini, tetapi kurang diserap bila diminum berupa godokan.

Penggunaan houpo di dalam pengobatan, diindikasikan untuk rasa penuh dan sakit di perut, gangguan pencernaan termasuk sembelit, diare akut, disentri basiler dan amuba, dan batuk sesak. Pemakaian luar untuk bisul.

(HM. Hembing Wijayakusuma dan Setiawani Dalimartha, penulis pertama adalah pakar pengobatan tradisional, penulis kedua dokter umum yang menekuni bidang pengobatan tradisional)

Sumber: Kompas, 19 Maret 1993

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Sejarah Ilmu Kedokteran
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Berita ini 11 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Rabu, 14 Juni 2023 - 14:27 WIB

Sejarah Ilmu Kedokteran

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB