Menyelam, Sambil Menyingkap Sejarah

- Editor

Selasa, 27 September 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PERADABAN tinggi umat manusia sejak ribuan tahun silam senantiasa melibatkan pelayaran sebagai sarana untuk saling berinteraksi. Oleh karenanya, kapal dengan segala jenis, bentuk dan ukurannya menjadi kunci penting penanda kebudayaan. Di manakah kapal-kapal itu sekarang?

Jika peninggalan di darat terkubur hingga puluhan meter di dalam tanah, maka warisan budaya air, berupa kapal, banyak yang tenggelam di dasar laut atau sungai. Menurut Dr E Lee Spence, ada dua juta kapal karam di seluruh perairan dunia sejak ribuan tahun silam. Walau sebagian telah musnah tergerus air laut, pakar sejarah kelautan yang telah menulis 30 buku tentang kapal karam ini meyakini masih banyak artefak bernilai tinggi dalam kapal yang bisa diselamatkan.

Bernilai tinggi di sini, tidak semata karena temuan di laut akan diburu kolektor dengan harga miliaran rupiah, tetapi lebih karena penemuan muatan kapal yang tenggelam di masa silam bisa menjadi petunjuk sejarah yang signifikan. Misal, pengangkatan artefak dari kapal Garyeo yang tenggelam 900 tahun silam berhasil merestorasi rute laut Garyeo-Celadon sekaligus memperlihatkan seberapa jauh bangsa Korea telah mengarungi lautan seribu tahun yang lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Museum Arkeologi Bawah Air Bodrum di Turki menyimpan banyak artefak yang diangkat dari laut dari ratusan sampai ribuan tahun lalu. Museum yang dibuat di salah satu bagian Kastil Bodrum ini menyimpan ratusan artefak dari beberapa kapal karam seperti Kaṣ-Uluburun (14 SM), memuat perhiasan dan segel Ratu Nefertiti dari Mesir.

Penemuan kapal Finike-Gelidonya (12 SM), menunjukkan kapal dagang dari Mediterania Timur punya peranan yang lebih besar di zaman perunggu. Bodrum-Yassiada (7 M), membawa 900 amphora (vas berlengan kembar) milik bangsa Romawi. Marmaris-SerÁe (11 M) memuat koleksi keramik kaca dengan mosaik Islam, dan masih banyak lagi kapal kuno lainnya.

Sekarang ada dua kapal yang sedang direkonstruksi, yaitu Fatimi yang tenggelam 935 tahun silam dan Uluburun dari abad 14 SM.

Memburu Legenda

Tidak jarang suatu kapal dicari lebih karena faktor sejarahnya dibanding hal lain, seperti emas, permata dan keramik. Pemilik, jenis, besar, tujuan sampai bagaimana kapal itu tenggelam membuat banyak pihak terobsesi untuk menemukannya.

Pencarian puing kapal karam terkenal menjadi fenomena paling menarik, terlepas dari pengangkatan artefak di dalamnya. Penemuan Titanic di tahun 1985, menjadi berita besar mengingat kapal termegah di zamannya ini tenggelam di pelayaran pertamanya. Waktu dan jutaan dolar telah dikeluarkan untuk menemukan kapal ini dengan berbagai teknologi canggih.

Di ranah militer, kapal perang Amerika USS Arizona yang ditenggelamkan Jepang menjadi sejarah penting. Kapal ini tenggelam pada menit-menit pembuka serangan kejutan Jepang ke Pearl Harbour pada 7 Desember 1941 dan menewaskan 1177 awaknya. Serangan ini sendiri memicu Perang Dunia II di Pasifik. Sekarang, lokasi tenggelamnya kapal USS Arizona menjadi monumen nasional yang dikunjungi setidaknya 1,5 juta wisatawan per tahun. Karena berlokasi di perairan dangkal, puing kapal bisa diselami tanpa perlu menggunakan peralatan selam.

Satu kapal militer penting lainnya yang berhasil ditemukan adalah kapal Jerman Bismarck. Lokasi tenggelamnya kapal ini ditemukan oleh Dr Robert Ballard (penemu lokasi Titanic) dengan menggunakan metode side-scan sonar dan submersibles di tahun 1989.

Bismarck adalah kapal perang yang dirancang dapat berlayar di permukaan maupun menyelam dengan sama baiknya, hingga Winston Churchill menyebutnya sebagai ”a terrific ship and a masterpiece of naval construction”.

Kapal yang tenggelam karena serangan kapal selam juga dicatat sebagai sejarah tersendiri, seperti Housatonic kapal pertama yang tenggelam karena serangan kapal selam, Lusitania kembaran Titanic yang tenggelam oleh serangan torpedo Jerman tanpa peringatan, Belgrano kapal Argentina yang tenggelam pada Perang Malvinas dan sebuah kapal Amerika yang tenggelam karena serangan kapal selam Jepang justru setelah Jepang menyerah pada sekutu.

Potensi Nusantara

Sejak zaman kerjaan-kerajaan kuno Nusantara, nenek moyang bangsa Indonesia telah berinteraksi dengan banyak peradaban besar lainnya. Terlebih posisi strategis Nusantara yang menjadi penghubung dunia Timur dan Barat. Sebagai jalur perdagangan, perairan menjadi senantiasa ramai oleh pelayaran, termasuk kunjungan dari berbagai kerajaan sahabat. Mengingat teknologi yang masih sederha-na, banyak kapal malang yang tidak pernah sampai tujuan dan tidak diketahui rimbanya. Hal seperti ini berlanjut hingga masa kolonial dengan muatan kapal yang semakin banyak, sementara pelayaran menjadi lebih berbahaya karena peperangan.

Dalam era lebih dari seribu tahun ini, tentu banyak sumber-sumber sejarah penting yang belum tercatat dan bisa terkuak dengan penemuan kapal tenggelam yang masih baik keadaannya. Pengangkatan keramik dengan desain dan corak yang belum pernah dikenal sebelumnya dari India, Arab sampai China akan menjadi penemuan penting guna membuka peta distribusi jalur perdaganagan di masa lalu. Sayangnya perhatian akan arkeologi bawah air masih teramat lemah.

Menurut data Peninggalan Bawah Air Ditjen Sejarah dan Kepurbakalaan hanya ada 463 lokasi kapal tenggelam di perairan Indonesia, sementara dalam literatur di luar negeri jumlahnya bisa mencapai 30.000 lokasi. Situasi ini sangat tidak menguntungkan karena menjadikan wilayah perairan nasional Indonesia sebagai lahan peburuan harta karun oleh sindikat internasional.

Perburuan harta bawah laut adalah proyek ambisius yang dilakukan dengan kapal besar dan teknologi canggih. Seringkali kemampuan sindikat kejahatan ini jauh lebih hebat dibanding negara berkembang. Kasus penjarahan kapal der Geldermalsen di Perairan Riau dan kapal Flor de Mar di Selat Malaka pada 1980-an, menjadi catatan kelam dunia arkeologi bawah air di Indonesia. Pengambilan ribuan keramik antik tanpa hak ini merugikan negara miliaran rupiah, dan yang lebih menyakitkan hilangnya data sejarah penting.

Sebagai negara yang mengklaim nenek moyang sebagai bangsa pelaut, alangkah elok jika upaya kembali ke laut tidak hanya diwujudkan dalam pemanfaatan sumber-sumber terkini seperti penangkapan ikan dan budi daya biota laut lainnya, tetapi juga perlu adanya aktivitas eksplorasi nilai-nilai sejarah yang lebih serius mengingat fakta penting pengungkapan sejarah bagi generasi penerus, di samping potensi ekonomi yang cukup besar. (24) oleh Arief Rahman

Sumber: Suara Merdeka, 19 September 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:13 WIB

Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom

Rabu, 23 Maret 2022 - 08:48 WIB

Gelar Sarjana

Minggu, 13 Maret 2022 - 17:24 WIB

Gelombang Radio

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB