Mengalirkan Air Tawar dengan Sinar Matahari

- Editor

Kamis, 29 Juli 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

AIR dan sinar matahari adalah karunia alam yang berlimpahan di permukaan bumi. Tetapi ada daerah-daerah yang miskin air untuk keperluan minum, memasak, dan keperluan keseharain yang lain meskipun sinar matahari berlimpah. Dengan memanipulasi sedikit anugerah alam ini kita dapat membantu saudara-saudara kita yang kekurangan air, tapi berlebihan sinar matahari untuk mendapatkan air tawar. Misalnya, di daerah pantai yang belum tersentuh oleh aliran PDAM.

Konsepnya memang sangat sederhana. Siapa pun dapat melakukan dengan baik. Setiap hari kita sebenarnya melihat proses penyulingan air laut menjadi air tawar. Hanya barangkali kita tidak memperhatikan atau tidak sempat memikirkannya. Berton-ton air tawar dalam bentuk uap air mengambang ke angkasa, menggumpal menjadi awan dan pada suatu ketika menjadi air hujan yang jatuh ke bumi.

Terlintas kemudian, kenapa kita tidak mempersingkat siklus penyulingan air laut ini untuk kepentingan orang sekitar pantai yang kesulitan mendapatkan air tawar? Caranya bagaimana? Persis seperti yang dilakukan oleh alam, memanasi air laut dengan sinar matahari, mengumpulkan uap airnya, dan kemudian mengernbunkannya jatuh ke permukaan kembali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Yang perlu diiakukan adalah menangkap uap air yang mengalir ke atas akibat panas matahari. Uap air ini dikumpulkan kemudian diembunkan dan disalurkan ke tempat pengumpul. Secara skematis alat penyulingan air tawar dari air laut itu itu dapat dilihat pada gambar. Bahan yang diperlukan untuk membuat alat penyulingan air tawar ini adalah kaca atau plastik transparan, bak atau tanki penampungan air, pipa atau saluran air tawar, dan kolam buatan untuk menampung air laut.

Mekanisme penyulingan adalah sebagai berikut. Air laut dialirkan ke kolam penampungan, yang luasnya disesuaikan dengan kebutuhan. Kolam penampungan air laut ini dibuat agak miring untuk menjaga agar tidak terjadi pengendapan garam. Juga, dimaksudkan agar mudah untuk membersihkannya. Kedalaman kolam dibuat sekitar 40 sentimeter.

Bagian dasar kolam dicat hitam, dan sekelilingnya diberi penyekat panas dari bahan apa saja, misalnya ijuk atau sabut kelapa. Hal ini dimaksudkan untuk menyerap dan menahan panas sebanyak mungkin di daerah kolam.

Panas diperoleh dari matahari setelah dilewatkan kaca atau plastik penutup yang berfungsi sebagai atap kolam. Kaca penutup ini dibuat dengan kemiringan 10 sampai 12 derajat. Kaca atau plastik ini harus dapat menutup kolam sedemikian rupa sehingga tidak ada bocoran panas dari daerah kolam ke udara bebas pada tepi bawah. Caranya, memberi penyekat pada batas tepi kaca dan pinggiran kolam dengan memakai sabut atau ijuk seperti di atas. Panas sinar matahari yang lewat kaca penutup memanasi air kolam sehingga menguap. Uap tersebut mengumpul di atap kaca/ plastik sampai jumlah tertentu kemudian akan mengembun dengan sendirinya. Embun yang telah mengumpul akan mengalir sepanjang kemiringan kaca menuju saluran air tawar yang berada di tepi kolam.

Dari saluran ini air dialirkan ke bak penampungan di luar daerah tertutup itu sehingga mudah diambil. Perlu diamati setiap waktu tertentu apakah air kolam perlu ditambah air laut kembali, dengan cara membuka pintu pemasukan air laut.

Dari penelitian yang dilakukan, alat ini mempunyai efisiensi 30 sampai 60 persen bergantung pada kesempurnaan pembuatannya. Untuk daerah yang cukup panas, dengan intensitas sinar matahari 4.200 kilo kalori/meter persegi setiap harinya, akan diperoleh air tawar sebanyak 3 liter untuk setiap meter persegi kaca.

Ini masih bisa ditingkatkan sesuai dengan kesempurnaan penyekatan panas kolam, kemiringan kaca pada daerah tertentu, dan gerakan air kolam agar panas cepat merata.

Oleh Dr Ir I Nyoman Sutantra MSc

Sumber: Jawa Pos, 18 Maret 1991

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif
Berita ini 55 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:11 WIB

Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB