Lutung Jawa di Lereng Arjuno Terancam Punah

- Editor

Kamis, 17 Juli 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lutung jawa (Trachypithecus auratus) di lereng timur Gunung Arjuno, wilayah perbatasan antara Kabupaten Malang dan Kota Batu, Jawa Timur, terancam punah. Habitat satwa dilindungi itu terancam karena maraknya perburuan. Hutan tempat hidup mereka pun terus tergerus.

Survei lembaga Protection of Forest and Fauna (Profauna), Januari-Juli 2014, hanya menemukan empat kelompok lutung jawa di lereng timur Gunung Arjuno. Padahal, pada 1990-an, ada lebih dari 12 kelompok lutung berjumlah 5-10 individu per kelompok.

”Menurunnya perjumpaan lutung jawa di lereng Gunung Arjuno diperkirakan karena semakin menyempitnya hutan habitat. Hutan banyak ditebangi menjadi ladang dan lahan pertanian,” ujar Rosek Nursahid, Ketua Profauna, Senin (14/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Salah satu lokasi lutung jawa yang terancam, menurut Rosek, adalah kawasan Bon Cembo di perbatasan Kabupaten Malang dan Kota Batu, di lerang timur Gunung Arjuno. Di kawasan ini ada sekelompok lutung jawa yang terkepung ladang. Lutung pun tidak bisa berpindah tempat lebih jauh guna mencari makan.

”Bon Cembo tidak tergerus menjadi lahan pertanian karena ada mitos di lahan tersebut ada penunggunya. Ditambah lagi, warga pernah melihat ada harimau di sana,” ujar Rosek.

Selain menyempitnya habitat, perburuan liar juga dinilai mempercepat proses kepunahan lutung jawa. ”Ada mitos jika memakan daging lutung meningkatkan stamina tubuh. Itu sebabnya banyak diburu,” ujar dia.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu Arif As Siddiq menuturkan, untuk menjaga kelestarian lingkungan, Pemerintah Kota Batu membuat kebijakan menanam tanaman keras di areal pertanian. Kebijakan menggalakkan penanaman pohon di kawasan pertanian dinilai membantu daya dukung lahan pertanian ke lingkungan, misalnya mencegah longsor atau bahkan bisa menjadi habitat satwa.

”Kebijakan ini untuk membuat lahan pertanian tidak sekadar bermanfaat bagi sektor pangan. Namun, juga bisa mendukung lingkungan hidup. Karena itu, areal pertanian harus diusahakan ditanami tanaman keras seberapa pun luasannya,” ujar Arif.(DIA)

Sumber: Kompas, 16 Juli 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB