Banda Api, pulau vulkanik yang berada di kawasan busur aktif Banda, Senin, 9 Mei 1988 lalu meletus kembali dari peristirahatannya yang cukup ganjang. Gunung api dengan ketinggian 660 meter yang berada pada pulau yang memiliki luas 3 kilometer persegi ini, tercatat telah tiga kali meletus sampai yang terakhir ini. Letusan sebelumnya tercatat pada tahun: 1854 dan 1901.
Letusan yang terakhir menyebabkan diungsikannya 1660 orang penduduk setempat ke pulau terdekat yaitu Pulau Neira dan Pulau Waer, Hal ini sempat menyita perhatian para pakar ilmu geologi unetuk menengok kembali beberapa literartur maupun hasil penelitian yang berkaitan dengan kawasan tersebut, yang baru-baru ini diseminarkan di LIPI, Gatot Subroto Jakarta. Kegiatan yang merupakan seminar final dari hasil penelitian panjang Expedisi Snellius II yang sudah dimulai sejak beberapa tahun
yang lalu.
Seminar ini dilakukan akhir Nopember 1987 yang lalu dengan sebagian besar pembicara dari Indonesia dan Belanda yang merupakan pakar-pakar ilmu geologi dan oceanologi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Letusan Banda Api, merupakan rangkaian beberapa aktivitas di kawasan ini yang telah terjadi beberapa bulan sebelumnya apabila kita mengikuti secara seksama aktivitas kebumian di daerah ini. Aktivitas tersebut antara lain terjadinya Gempa tektonik, 26 Nopember 1987 yang lalu melanda P. Pantar yang berada di sektor selatan Busur Banda. Gempa bumi dengan kekuatan 5.8 SR ini telah menelan korban jiwa 43 orang penduduk setempat dan ratusan lagi luka luka.
Aktivitas ini kemudian diikuti oleh letusan sebuah Gunung Api di Flotim, walaupun letusannya tidak berkepanjangan namun kejadian yang jarang dapat ditemukan telah terjadi di kawasan yang sama adalal peristiwa munculnya atau lahirnya sebuah gunung api baru di Flores yaitu Gunung Api Ranakah.
Jadi bila kita ikuti dengan seksama memang aktivitas Banda Api bukanlah merupakan aktivitas tunggal di kawasan tersebut. Untuk sedikit turut mengungkap aktivitas yang sedang terjadi di kawasan Busur Banda ini penulis mencoba mengajak sidang pembaca melihat aktivitas kawasan tersebut dengan solusi yang didapat dari analisis data kegempaan di kawasan ini yang memang merupakan misteri bagi para peneliti, dan sampai saat ini masih berlangsung diskusi-diskusi ke arah itu.
Daerah Padat Gempa Bumi
Daerah busur Banda merupakan daerah padat gempa bumi, terbukti dari banyaknya gempa bumi yang terjadi di sana. Dalam periode 1970 sampai dengan 1984 saja di daerah ini terjadi gempa sebanyak 2012 kali (Sumber data International Seismological Centre London).
Gempa-gempa ini merupakan klasifikasi gempa bumi dengan kedalaman umumnya menengah (di atas 50 km) dan kekuatan berkisar antara 4,5 s.d 7,0 SR.
Pada penelitian gempa dalam Expedisi Snellius II selama dua bulan dengan mengambil sampel bulan Juni Agustus 1984 dan 1985 masing-masing selama sebulan di kawasan ini tercatat aktivitas yang cukup tinggi yaitu sebulan pertama tercatat 2588 buah gempa bumi dan bulan ke dua tercatat sebanyak 1188 buah gempa bumi.
Gempa- gempa yang tercatat ini memiliki distribusi kedalaman dari dangkal ke menangah mangambil arah Timur ke Barat dan dari arah Selatan ke Utara. Hal ini sesuai sekali dengan hasil penelitian Molnar dkk, yang menyebutkan aktivitas gaya tektonik yang dominan dari lempeng-lempeng pembentuk kulit bumi di daerah ini relatif terbesar arahnya Timur ke Barat.
Demikian pula hasil penelitian Ritsma (1987) yang juga merupakan seorang pakar ilmu fisika bumi (geoisika) dari Belanda, juga pembicara pada Simposium Snellius II yang lalu dengan memfokuskan penelitian pada mekanisme yang terjadi pada pusat gempa pada saat terjadinya gempa bumi, menemukan adanya konsentrasi episentra gempa yang padat sekali membentuk busur persis seperti busur Banda di kawasan ini.
Dari 6338 gempa bumi yang dianalisa ternyata 300 gempa memberikan solusi yang sangat menarik tentang komponen stress (tegangan) maupun tekanan (pressure) pada saat proses gempa bumi kawasan ini. Hasil yang di peroleh itu kemudian dipetakan seperti peta terlampir. Pada peta terlihat arah-arah dari komponen tegangan dan tekanan yang terjadi selama ini pada kulit bumi di kawasan busur Banda ini.
Di busur Banda bagian utara terlihat jelas adanya tekanan pada arah Timur-Barat dan komponen tegangan mengambil arah Utara-Selatan. Sedangkan pada bagian selatan busur Banda terlihat dominasi dari komponen tegangah yang bekerja mengambil arah Tenggara- Barat Laut. Di bagian tengah busur Banda juga dominan komponen tegangan yang bekerja dengan mengambil arah Timur – Barat sedikit ke arah Tenggara- Barat Laut.
Dengan demikian kita dapat kaitkan antara komponen-komponen tegangan maupun tekanan ini dengan aktivitas yang baru-baru ini dapat kita ikuti, antara lain aktivitas timbulnya gunung api baru Gn. Ranakah dan Gempa tektonik di Pulau Pantar merupakan dampak dari komponen tegangan (stress) di bagian selatan busur Banda. Aktivitas letusan Gunung Banda Api merupakan hasil dari komponen tegangan dan tekanan di busur Banda bagian utara. Jadi keduanya saling mempengaruhi dan merupakan proses multiple trigger atau proses picu bolak-balik antara ke duanya yang berarti aktivitas yang satu dapat memicu yang lainnya tergantung yang mana lebih dahulu mencapai puncaknya.
Modus Komponen Tegangan dan Tekanan
Data yang terkumpul dari tahun 1980-1984 untuk solusi akhir dari komponen-komponen tegangan maupun tekanan dari gaya-gaya tektonik di daerah busur Banda juga menunjukkan hasil yang menarik. Untuk komposit data didapatkan bahwa sumbu tekanan dari gaya- gaya tektonik di kawasan ini mengambil arah kecondongan sekitar 12 derajat terhadap horizon, hal ini akan sangat membantu proses pemompaan magma, sedang komponen tegangan mengambil arah kecondongan sekitar 65 derajat terhadap horizon yang akan sangat berpengaruh terhadap pelebaran celah magma tentunya secara relatif.
Sedang untuk komponen vertikal data yang sama juga lebih menunjukkan proses penunjang ke arah percepatan mobilitas magma di daerah tersebut, di mana sumbu dari tekanan mengambil arah mendekati datar atau sekitar165 derajat terhadap horizon dan komponen tegangan mengambil arah kecondongan ke arah sekitar 75 derajat terhadap horizon.
3 Simpul
Dari penelusuran data kegempaan serta data solusi dari analisis mekanisme pusat gempa-gempa yang pernah terjadi di daerah busur Banda dapat ditarik kesimpulan bahwa:
- Arah dari komponen- komponen tegangan dan tekanan dari gaya-gaya tektonik yang berlangsung di daerah busur Banda membantu mempercepat mobilitas magma didalam bumi, tetapi aktivitas gempa bumi yang tinggi di daerah ini membantu percepatan pelepasan enersi yang terakumulasi sehingga periode ulang dari letusan gunung api di daerah ini cukup panjang.
- Rangkaian peristiwa kebumian, gempa bumi Pantar, timbulnya Gn. Ranakah, letusan Gn. Banda Api merupakan rangkaian peristiwa geologi di busur Banda yang proses pemicuannya merupakan proses timbaI-balik, di mana yang satu dan yang lainnya dapat saja memicu yang lain tergantung yang mana lebih dahulu mencapai tegangan puncaknya.
- Melihat tingginya tingkat aktivitas kegempaan busur Banda, diperkirakan setiap letusan Gunung Api yang berada 2 di kawasan ini tidak akan berIangsung hebat dan lama karena dapat dikatakan bahwa tidak akan pernah terjadi pengakumulasian enersi yang tinggi dalam jangka waktu lama, karena telah dilepaskan sedikit demi sedikit (cicilan) dimanifestasikan sebagai gempa bumi.
(Drs. I. Putu Puja).
Sumber: Suara Karya, Mei 1988