Lanskap Permukiman Ubah Ekosistem dan Habitat Ular

- Editor

Selasa, 17 Desember 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sepanjang Minggu (15/12/2019), kemunculan ular ditemukan di Jakarta dan Bekasi. Di Kelurahan Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, ada 18 ular kobra yang dievakuasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakbar.

Kemunculan ular kobra pada sejumlah lokasi di Jakarta, Bekasi, dan Bogor sejak beberapa pekan lalu dipicu perubahan ekosistem akibat pembangunan kawasan permukiman. Pengamat menilai, ular kobra di kawasan tersebut beradaptasi dan membentuk habitat baru.

HUMAS DINAS PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN PEYELAMATAN JAKARTA BARAT–Petugas dari Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Peyelamatan Jakarta Barat mencari ular yang meresahkan warga, Minggu (15/12/2019).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peneliti reptil Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, saat dihubungi di Jakarta, Senin (16/12/2019), menuturkan, ada dua faktor yang memengaruhi ekosistem ular. Hal tersebut berkaitan dengan kawasan permukiman yang dulunya merupakan habitat ular, serta kaitannya dengan sistem rantai makanan.

Amir menjelaskan, sebagian kawasan permukiman, seperti di Citayam, Bogor, Jawa Barat, diketahui sebagai lokasi yang dekat dengan habitat ular. ”Pengamatan saya, lokasi di sana adalah rawa-rawa atau persawahan yang menjadi habitat alami ular. Saat dibangun permukiman, mereka sedikit bergeser dari habitat, tetapi kemudian menyesuaikan diri dan tetap ada di sana,” kata Amir.

Tiga bulan sebelum memasuki musim hujan, ular telah mengincar lokasi untuk meletakkan telur. Mereka umumnya mencari lokasi lembab. Amir mencontohkan, rumah kosong atau saluran pembuangan yang tidak terurus menjadi lokasi strategis bagi ular.

KOMPAS/ADITYA DIVERANTA–Tim Rescue Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Peyelamatan Jakarta Barat menangkap 18 anak ular di Kelurahan Joglo, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Petugas menemukan ular itu di bekas kolam ikan milik warga, Minggu (15/12/2019).

Selain itu, permukiman juga riskan menjadi sarang tikus, yang merupakan makanan ular. Hal ini membuat ular semakin beradaptasi masuk ke tempat tikus bersembunyi.

”Sejumlah faktor tersebut menjadi alasan ular berada di sekitar warga saat ini. Hewan tersebut memiliki daya adaptasi yang tinggi, apalagi di kawasan human modified habitat, seperti permukiman dan persawahan warga,” ujarnya.

Sepanjang Minggu (15/12/2019), kemunculan ular sedikitnya ditemukan di Jakarta dan Bekasi. Di Kelurahan Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, ada 18 ular kobra yang dievakuasi oleh Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat.

Sementara itu, di Kelurahan Duren Jaya, Bekasi, tim Rescue Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Bekasi menemukan 30 telur ular yang telah menetas. ”Tim sejauh ini mengevakuasi delapan wilayah di Bekasi Timur, Bekasi Barat, dan Jatiwarna. Di Kelurahan Duren Jaya, Bekasi Timur, kami menangkap lima anak ular dan dua ular dewasa,” ucap Ketua Tim Rescue Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bekasi Eko Budi.

KOMPAS/AGUIDO ADRI–Lokasi penemuan 18 anak ular kobra di Kelurahan Joglo oleh tim Rescue Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Peyelamatan Jakarta Barat, Senin (16/12/2019).

Eko menjelaskan, tempat penemuan ular tersebut adalah daerah rawa-rawa yang kini menjadi perumahan. ”Masih ada rawa di perumahan itu. Habitat ular semakin sempit, ini sebenarnya rumah mereka, tetapi tergusur. Total dari semua yang kami evakuasi dari awal Desember berjumlah 45 ekor ular,” ujar Eko menambahkan.

Upaya preventif
Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia Aji Rachmat menilai, warga hingga kini belum siap terhadap prosedur mitigasi hewan berbahaya. Apalagi, bisa racun ular kobra dapat seketika membunuh warga.

Ia menyarankan, warga sebaiknya melaksanakan kerja bakti rutin. Kegiatan ini menjadi hal preventif untuk mencegah munculnya sarang ular.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Subejo menyarankan, agar warga sebaiknya segera menghubungi 112 untuk evakuasi hewan berbahaya. ”Selama ini memang belum ada prosedur khusus untuk evakuasi ular, tetapi warga dapat memanfaatkan layanan petugas pemadam kebakaran untuk evakuasi,” katanya.

Oleh ADITYA DIVERANTA/AGUIDO ADRI

Editor: HAMZIRWAN HAM

Sumber: Kompas, 16 Desember 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB