Kecewa, Peneliti Nyatakan Tolak Ajukan Riset Lagi di BRIN

- Editor

Senin, 29 Mei 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gejolak peneliti di internal Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN masih terus terjadi. Beberapa peneliti bahkan terkini ‘memberontak’ dengan menyatakan tak akan mengajukan proposal riset di lembaga baru itu, gabungan dari lembaga dan pusat riset atau penelitian yang ada sebelumnya.

Ini seperti yang diungkap Subarudi, peneliti di Pusat Riset Kependudukan, Organisasi Riset Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial Humaniora, kepada Tempo pada Rabu 24 Mei 2023. “Saya tidak akan ajukan riset di BRIN karena serba ga boleh,” katanya sambil menambahkan, “Saya dan banyak teman-teman sekarang (melakukan riset) pakai bendera lain.”

Subarudi adalah peneliti bidang sosiologi kehutanan. Dia mengungkap bergabung ke BRIN dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membawa harapan akan iklim riset yang dapat lebih menunjangnya daripada yang didapat sebelumnya. “Dapat duit banyak untuk riset, ga dibebankan banyak administrasi…tapi ternyata lebih parah lagi di sini,” katanya yang dikukuhkan sebagai profesor riset pada 2020 tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Subarudi menyebut beberapa contoh keluhannya seperti tak ada dana yang dibutuhkan untuk mengundang para pakar memberikan pandangan dalam setiap perencanaan usulan riset. Begitu juga dengan dana publikasi di jurnal internasional saat riset sudah rampung.

Dia juga keberatan dengan regulasi BRIN yang mengendalikan seluruh dana yang didapat peneliti dari pihak ketiga untuk mendukung risetnya. Termasuk pelarangan sejumlah nama jurnal internasional asal tiga rumah penerbit open access (OA), yakni Hindawi, MDPI, dan Frontiers, yang dianggap tanpa disertai argumentasi kuat.

Terkini, keluhannya adalah perihal pengosongan Gedung Widya Graha eks Gedung LIPI di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, untuk mendukung coworking space ala BRIN. Gedung terdiri dari 13 lantai itu dinilai masih sangat baik dan para peneliti hasil integrasi BRIN yang kini bernaung di bawah Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial Humaniora.

Menurut Subarudi, juga beberapa peneliti lain yang dihubungi Tempo, pemberitahuan pengosongan gedung datang tiba-tiba di awal bulan ini. Padahal para peneliti di OR itu baru mulai menempatinya. Bahkan, mereka mengungkap, baru saja membagi-bagi ruang antar pusat riset yang ada. “Sudah ada yang bawa barang juga,” kata seorang di antaranya.

Surat yang datang dari Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN memerintahkan gedung dikosongkan per 10 Mei lalu. Para penelitinya diminta bekerja dari rumah atau lokasi mana saja selain di gedung itu.

Seperti yang didapati Tempo, perintah itu mendapat reaksi emosional di grup percakapan internal para penelitinya. Ada yang mengaku terpaksa mencegah kedatangan kolega dari luar negeri gara-gara belum punya ruang kerja lagi. Yang lain mempertimbangkan mundur dari posisi yang dijabat karena kekecewaan yang memuncak.

“Banyak yang protes tapi tidak berani bicara terbuka,” kata Subarudi.

Hingga artikel ini dibuat Tempo belum mendapat tanggapan dari Kepala BRIN Laksana Tri Handoko tentang perkembangan terbaru dari gejolak internal di kalangan penelitinya tersebut.

Editor: Zacharias Wuragil

Sumber: TEMPO.CO, Sabtu, 27 Mei 2023

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 50 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB