Aksi penyelamatan dan konservasi tumbuhan mutlak dibutuhkan di tengah ancaman kepunahan yang semakin meningkat. Untuk itu, strategi konservasi ex situ atau hutan buatan yang dibangun di luar habitat alamnya perlu dilakukan secara komplementer dan efektif. Strategi tersebut berupa pembangunan kebun raya daerah berbasis ekoregion.
Indonesia memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi. Namun, keanekaragaman tersebut mengalami ancaman kepunahan yang semakin serius. Dari 386 spesies yang terancam punah pada 2009, jumlah tumbuhan yang terancam punah menjadi 437 spesies pada 2018. Belum lagi pada kategori tumbuhan yang hampir terancam punah ada 163 spesies.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Didik Widyatmoko (kanan) memberikan penjelasan terkait tumbuhan yang ada di Kebun Raya Baturraden, Purwokerto, Jawa Tengah, kepada Pelaksana Tugas Sekretaris Utama LIPI Nur Tri Aries Suestiningtyas (tengah) dan Kepala LIPI Laksana Tri Handoko pada Senin (9/7/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu prioritas tertinggi konservasi tumbuhan dunia. Pengembangan kebun raya daerah berbasis ekoregion pun menjadi ujung tombak konservasi tumbuhan Indonesia yang efektif dan efisien,” ujar Didik Widyatmoko saat menyampaikan orasi ilmiahnya berjudul ”Inovasi dan Strategi Konservasi Tumbuhan Indonesia untuk Mengurangi Laju Kepunahan” di Jakarta, Selasa (18/12/2018).
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Zainal Arifin dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul ”Peran Riset Ekotoksikologi Logam Berat dalam Pengelolaan Ekosistem Perairan Pantai” dalam acara Orasi Pengukuhan Profesor Riset LIPI, di Jakarta, Selasa (18/12/2018).
Dalam kesempatan tersebut, Didik dikukuhkan sebagai profesor riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ke-130. Ia merupakan peneliti utama di bidang konservasi dan pengelolaan lingkungan LIPI.
Selain Didik, LIPI juga mengukuhkan dua profesor riset lain, yakni Zainal Arifin dari Bidang Pencemaran Laut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Tri Nuke Pudjiastuti dari Bidang Keamanan Internasional dan Isu-isu Strategis Pusat Penelitian Politik LIPI.
Didik menyampaikan, keberhasilan strategi dan inovasi konservasi ex situ dibuktikan dengan terselamatkannya spesies tumbuhan yang terancam punah. Pendekatan ekoregion ini dilakukan dengan membagi wilayah geografis menjadi 47 tipe yang dibedakan berdasarkan karakteristik iklim, tanah, air, tumbuhan, dan binatang asli. Selain itu, faktor pembagiannya juga dibedakan berdasarkan pola interaksi manusia dengan alam.
Capaian koleksi tumbuhan langka di Kebun Raya Indonesia pada 2015 tercatat sebanyak 97 spesies. Dengan penerapan pembangunan kebun raya berbasis ekoregion, jumlah itu meningkat menjadi 122 spesies pada 2018.
KOMPAS/RATIH P SUDARSONO–Bunga Rafflesia patma yang mekar di Kebun Raya Bogor, Rabu (19/9/2018). Rafflesia patma ini merupakan bunga raflesia ke-12 yang mekar di kebun raya itu sejak tahun 2010.
Kebun raya dengan cadangan genetik tumbuhan yang besar dan bertambah menjadi komponen penting dalam strategi dan solusi visioner konservasi, lingkungan, ekonomi, sosial, dan kepentingan nasional lain.
”Kebun raya menjadi tempat penyimpanan plasma nutfah yang besar. Jika dimanfaatkan secara serius, pontensinya sangat besar bagi pembangunan nasional secara berkelanjutan,” ujar Didik yang saat ini menjabat Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI.
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko menuturkan, konservasi tumbuhan melalui kebun raya akan semakin diperkuat. Pada 2030, sebanyak 55 kebun raya ditargetkan bisa terbangun di 47 tipe ekoregion Indonesia. Saat ini, ada 37 kebun raya yang tersedia. Dari jumlah tersebut, lima kebun raya dikelola LIPI, 30 dikelola pemerintah daerah, dan 2 oleh universitas.
Menurut dia, selain sebagai tempat konservasi, fungsi kebun raya akan semakin dioptimalkan sebagai tempat penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan.
”Implementasi fungsi ekowisata dan konservasi menjadi sangat relevan. Kebun raya akan dibuat lebih interaktif dan informatif sehingga masyarakat juga teredukasi terkait pendidikan lingkungan, terutama tumbuhan,” kata Handoko.–DEONISIA ARLINTA
Sumber: Kompas, 18 Desember 2018