Kapal pelat datar dinilai memiliki usia produk sekitar 15 – 20 tahun. Selain itu, bahan baja tetap bisa didaur ulang kembali menjadi produk baru. Berbeda dengan kapal fiber yang usia produknya hanya sekitar 10 tahun dan tidak bisa didaur ulang.Oleh
KEMENRISTEKDIKTI–Kapal Pelat Dasar “Cucut Nusantara” berlayar dari kawasan Pantai Tanjung Pasir Tangerang menuju Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu, Minggu (14/7/2019).
Tahun ini, kapal pelat datar hasil inovasi dalam negeri tengah bersiap melalui tahapan sertifikasi untuk menuju produksi massal. Kapal yang berlayar stabil berbiaya murah tersebut diharapkan bisa diproduksi massal untuk kepentingan nelayan pada 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kapal pelat datar adalah jenis kapal penangkap ikan berbahan dasar baja yang diproduksi PT Juragan Kapal Indonesia. Ide awal pembuatan kapal ini muncul dari dosen teknik perkapalan Universitas Indonesia, Hadi Tresno Wibowo, pada 2010.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdiksti) Mohamad Nasir di Pantai Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten, Minggu (14/7/2019), menyatakan, pemerintah terus mendorong inovasi anak bangsa tersebut agar bisa digunakan oleh nelayan Indonesia. Saat ini, proses sertifikasi tengah berjalan.
“Kapal tidak ada gunanya jika tidak disertifikasi. Sebab risiko keamanan dan kecelakaan harus kita hindari,” katanya usai usai melepas kapal pelat datar “Cucut Nusantara” berlayar menuju Politeknik Perikanan Negeri Tual, Maluku.
Nasir menambahkan, proses sertifikasi kapal pelat datar akan dilakukan pada Juli dan diperkirakan tuntas September 2019. Jika sertifikasi bisa selesai tepat waktu, diharapkan pada 2020 kapal tersebut bisa diproduksi massal.
Nasir mengklaim bahwa kapal tersebut mempunyai sejumlah keunggulan dibanding kapal berbahan fiber atau kayu. Dari sisi harga, kapal pelat datar dengan ukuran 30 Gross Tonnage (GT) sebesar Rp 500 juta hingga Rp 600 juta per unit. Dibandingkan dengan kapal berbahan fiber, biaya produksinya mencapai Rp 1,2 miliar.
“Jadi, harganya 50 persen lebih murah dibandingkan dengan bahan fiber,” ujarnya.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdiksti) Mohamad Nasir
Sementara itu, untuk daya tahan, kapal pelat datar dinilai memiliki usia produk sekitar 15 – 20 tahun. Selain itu, bahan baja tetap bisa didaur ulang kembali menjadi produk baru. Berbeda dengan kapal fiber yang usia produknya hanya sekitar 10 tahun dan tidak bisa didaur ulang.
“Kapal pelat datar hanya memerlukan perawatan satu atau dua tahun sekali, sedangkan kapal fiber setahun bisa dua kali perawatan,” ungkap Nasir.
Hadi, yang juga sebagai advisor PT Juragan Kapal, menuturkan, bentuk kapal sengaja didesain sedikit nyeleneh. Lambung kapal dibentuk seperti huruf “W” sehingga membuat kapal pelat datar lebih stabil. Hal tersebut terbukti saat uji coba pengiriman tiga kapal dari Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, ke Teluk Bintuni, Papua Barat.
“Meski diterjang ombak hingga 4 meter, kapal itu masih stabil. Jika dihantam ombak dari samping, kapal tidak bergoyang tapi bergeser,” ungkapnya.
KEMENRISTEKDIKTI–Kapal Pelat Datar “Cucut Nusantara” berlayar dari kawasan Pantai Tanjung Pasir Tangerang menuju Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, Minggu (14/7/2019).
Menurutnya, proses produksi kapal pelat datar setidaknya hanya membutuhkan waktu 33 hari. Dibandingkan kapal fiber, prosesnya bisa memakan waktu 3 bulan. Bahkan, proses produksi kapal kayu bisa mencapai 4 bulan.
“Bahan bakarnya juga bisa dikonversi menjadi bahan bakar gas (BBG) dan menggunakan tenaga surya. Jadi akan lebih irit lagi,” katanya.
Sarana pembelajaran
Pengiriman kapal pelat datar “Cucut Nusantara” ke Politeknik Perikanan Negeri Tual diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi para mahasiswa. Nasir berharap, politeknik tersebut bisa mengembangkan studi tentang kapal perikanan nelayan yang terstandarisasi dengan baik.
KEMENRISTEKDIKTI–Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdiksti) Mohamad Nasir resmi melepas Kapal Pelat Datar “Cucut Nusantara” menuju Tual, Maluku, Minggu (14/7/2019).
Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual Yusron Ali mengatakan, kapal pelat datar tersebut nantinya akan dimanfaatkan sebagai media pengembangan kemampuan mahasiswa. Diharapkan, proses teaching industry (pembelajaran industri) bisa berjalan secara optimal di politeknik perikanan pertama di Tual tersebut.
Selain itu, Yusron juga berharap agar kapal tersebut bisa menjadi media riset pengembangan alat tangkap dan kapal perikanan. “Kami berharap langsung bisa kita manfaatkan secepatnya untuk pembelajaran mahasiswa agar muncul ahli-ahli perikanan atau penangkapan ikan,” ujarnya.
Kapal tersebut berdimensi panjang 15,5 meter dan lebar 4 meter dengan tonase 29 GT. Kapasitas tangki bahan bakarnya sebanyak 16,4 Ton dan memiliki tangki air tawar sebanyak 7,5 Ton. Adapun, kru yang bisa diangkut sebanyak 10-13 orang. Di dalam ruang kapal juga dilengkapi dengan satu kamar mandi dan dapur.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Dosen Teknik Perkapalan Universitas Indonesia sekaligus Advisor PT Juragan Kapal Indonesia Hadi Tresno Wibowo.
Selain itu, perlengkapan navigasi dan telekomunikasi yang tersedia yakni kompas, Global Positioning System (GPS), perum gema, Very High Frequency (VHF) radio, dan Single Side Band (SSB) radio. Masing-masing berjumlah satu unit.–FAJAR RAMADHAN
Sumber: Kompas, 15 Juli 2019