Irwandi Jaswir, Sang Pionir Sains Halal di Luar Negeri

- Editor

Senin, 20 Mei 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Irwandi Jaswir (48) berkarier sebagai akademisi dan ilmuwan internasional di Malaysia selama 25 tahun. Rasa bangga terselip di hatinya ketika menyandang pengakuan tertinggi justru sebagai ilmuwan berkewarganegaraan Indonesia. Ia mendapatkan penghargaan King Faisal Prize Laurate 2018 untuk kategori Service to Islam, penghargaan yang dianggap setara Nobel di dunia Islam.

Irwandi merupakan ilmuwan bidang sains halal pertama dunia yang mendapatkan penghargaan untuk kategori Service to Islam atau Pelayanan pada Islam yang dimulai 1979 dari King Faisal Foundation di Arab Saudi. Pada kategori ini, penghargaan umum diberikan kepada politisi, pimpinan pemerintahan, dan pimpinan lembaga agama.

KOMPAS/DANU KUSWORO–Irwandi Jaswir

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Irwandi merupakan orang Indonesia kedua yang menerima penghargaan King Faisal Prize untuk Service to Islam setelah Perdana Menteri Indonesia Mohammad Natsir (1980). Adapun dari Malaysia yang pernah menerima adalah Perdana Menteri Mahathir bin Mohammad (1997) dan Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi (2011).

”Ada rasa bangga, saya bisa membawa nama Indonesia. Saya merasa terharu dan menangis, tidak menyangka menerima penghargaan King Faisal International,” ujar Irwandi di Jakarta, awal Mei lalu. Penghargaan ketika itu disampaikan langsung oleh Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud.

”Penghargaan ini juga bergengsi, ada 23 orang yang pernah menerima, yang kemudian dapat hadiah Nobel. Meskipun jujur, saya akui bahwa karier ilmuwan saya dari awal hingga mencapai profesor dibangun di Malaysia,” katanya.

Irwandi diakui sebagai salah seorang pionir sains halal di dunia. Dia mengembangkan perspektif halal dengan pendekatan ilmiah lewat sains dan riset untuk mendukung tumbuhnya industri halal. Ia kini menjadi konsultan untuk pengembangan industri halal di sejumlah negara, antara lain Arab Saudi, Dubai, Korea Selatan, dan Singapura.

DOKUMENTASI PRIBADI–Irwandi Jaswir bersama Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud.

Dengan pendekatan ilmiah, di Malaysia, Irwandi mengembangkan berbagai instrumen yang dengan cepat dan mudah dapat mendeteksi kandungan bahan-bahan tidak halal, antara lain bebas dari kandungan babi dan alkohol. Namun, sains halal yang dikembangkan Irwandi tak berhenti di pendeteksian. Riset untuk menemukan bahan pengganti dari produk tidak halal juga dikembangkan.

Menurut Irwandi, dirinya yang kini merupakan senior profesor di International Islamic University Malaysia (IIUM) banyak melakukan penelitian terkait pangan, bioteknologi, dan sains halal. Sepuluh tahun terakhir, ia fokus meneliti pemanfaatan rumput laut coklat.

”Yang digunakan industri biasanya rumput laut hijau dan merah. Pernah ke Sulawesi (rumput laut coklat) dibuang saja di jalan, di Sabah, Malaysia, juga begitu,” katanya.

Ia mengatakan, di Sulawesi, nelayan hanya menyelam satu jam bisa dapat 800 kilogram rumput laut coklat. Namun, rumput laut coklat ini belum dibudidayakan. ”Ini salah satu contoh bahwa Indonesia perlu upaya riset serius untuk menggali potensi ini,” ujarnya.

Dalam rumput, kata Irwandi, ada komponen bioaktif fucoxanthin, sejenis karotenoid atau zat warna. Hasil penelitian fucoxanthin menunjukkan, kandungan antioksidannya bisa 100 kali lebih bagus dari betakaroten. Selain itu, ada anti-inflamatory, antikanker, dan antiobesitas. Di Jepang, rumput laut sudah dijual dalam bentuk suplemen makanan. Di Malaysia, hasil riset Irwandi untuk rumput laut coklat sudah dimanfaatkan. Ada perusahaan yang memproduksi fucoxanthin.

Riset Irwandi soal rumput laut hanyalah salah satu caranya untuk menyediakan kandungan produk halal. Ia juga pernah meriset gelatin (kolagen) halal untuk pengenyal atau pembuat jel pada makanan, kosmetik, dan farmasi. Ia melakukan itu karena tahu bahwa sebagian besar gelatin di dunia dibuat dari bahan babi. Ia mendapat dana miliaran rupiah dari Pemerintah Arab Saudi untuk membuat gelatin halal dari tulang unta.

Menurut Irwandi, potensi gelatin halal di Indonesia besar karena tiap tahun Indonesia mengimpor 1 juta ton gelatin untuk obat, kosmetik, dan makanan (es krim dan makanan kenyal lain).

Rindu pulang
Irwandi memang berjaya di luar negeri. Penghargaan dari Malaysia sudah tak terhitung, ada pula dari Jerman dan Inggris. Ia memiliki enam paten. Publikasi ilmiah internasionalnya lebih dari 200 publikasi dan lebih dari 30 book chapter, yang terbaru diterbitkan di Amerika Serikat.

DOKUMENTASI PRIBADI–Suasana penyerahan penghargaan King Faisal Prize 2018 di Riyadh, Arab Saudi, kepada Profesor Irwan Jaswir oleh Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud.

Ia membawa sains halal ke dunia lewat perguruan tinggi di Malaysia, yang mendapat dukungan Pemerintah Malaysia untuk mengembangkan ekosistem halal di negerinya. Tak heran, jika Malaysia mendapatkan keuntungan dari perkembangan industri halal di dunia. ”Salah satunya ada kontribusi saya,” ujar Irwandi tergelak.

Bisa dikatakan, Irwandi kini mencapai puncak kariernya. Sebagai profesor berkewarganegaraan asing di Malaysia, ia berhasil meraih senior profesor (grade B) di usia muda, yakni 45 tahun. Jika saja ia menerima tawaran beralih menjadi warga negara Malaysia, tidak sulit baginya menjabat pucuk pimpinan tertinggi di perguruan tinggi di negeri itu. Apalagi ia punya pengalaman menduduki jabatan strategis dan terus produktif sebagai ilmuwan.

”Bagi saya, Indonesia selalu di hati. Jika ada undangan dari Indonesia, bahkan sekadar dari mahasiswa yang ingin mendapatkan motivasi untuk sukses menjadi ilmuwan, saya selalu siapkan hadir,” katanya.

Ia juga punya peluang berpindah ke negara lain, sebut saja Arab Saudi yang kini mendapuknya untuk memimpin pengembangan industri halal yang disiapkan Pemerintah Arab Saudi. Namun, ia masih bertahan di Malaysia. Alasannya agar ia lebih dekat dengan Indonesia.

Irwandi mengaku sangat rindu pulang dan mengabdi di Tanah Air. Ia tergerak berkontribusi dalam pengembangan industri halal di Indonesia agar negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia tidak sekadar menjadi pasar. Menurut dia, Indonesia harus melangkah maju dengan membangun industri manufaktur halal yang didukung riset dan pengembangan dari ilmuwannya.

”Saya ini profesional, seorang ilmuwan. Saya tidak tergabung di partai politik. Saya berharap bisa diajak berkontribusi bagi Indonesia dengan pengalaman yang saya dapat di luar negeri. Mudah-mudahan bermanfaat bagi Indonesia yang saya cintai,” ujarnya.

Irwandi Jaswir

Lahir: Medan, Sumatera Utara, 20 Desember 1970

Istri: Fitri Octavianti

Anak: Uzma Nadhirah (17), Balqis Afifah (15), Ahmad Farabi (12), dan Omar Avicenna (9)

Pendidikan:
Doktor di bidang Kimia Pangan dan Biokimia Universiti Putra Malaysia (1997-2000)
Program Pertukaran Doktor Departemen Pangan, Gizi, dan Kesehatan University of British Columbia, Kanada (1989-1999)
Postdoctoral Fellowship in Lipid Biochemistry, National Food Research Institute (NFRI), Tsukuba, Jepang (2006-2008)

Karier:
Senior Professor (Food Chemistry and Biochemistry), IIUM (2015-sekarang)
Wakil Dekan International Institute for Halal Research and Training, IIUM, (2017-sekarang)
Sekretaris IIUM Council of Professors, (2014-sekarang)

Penghargaan, antara lain:
King Faisal Prize Laurate 2018
Islamic Product Innovation Award 2017 oleh Malaysian Innovation Agency
Habibie Award 2013 Bidang Kedokteran dan Bioteknologi
Dua medali perak British Invention Show 2014, London, Inggris
Dua medali emas iENA 2013, Nuremberg, Jerman

ESTER LINCE NAPITUPULU

Sumber: Kompas, 20 Mei 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dr. Jonas E Penemu Obat Anti Polio
Antoni Van Leewenhoek 1632 – 1723
Purbohadiwidjoyo Geologiwan
Jane Goodall, Ilmuwan Terkemuka Inggris Tanpa Gelar Sarjana
Prof. Dr. D. Dwidjoseputro, M.Sc. Sosok Guru dan Guru Besar Biologi Sesungguhnya
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
IPB University Punya Profesor Termuda Berusia 37 Tahun, Ini Profilnya
Haroun Tazieff, Ahli vulkanologi, dan Otoritas Tentang Bahaya Alam
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 14 Juni 2023 - 14:35 WIB

Dr. Jonas E Penemu Obat Anti Polio

Rabu, 14 Juni 2023 - 14:30 WIB

Antoni Van Leewenhoek 1632 – 1723

Minggu, 14 Mei 2023 - 14:17 WIB

Purbohadiwidjoyo Geologiwan

Minggu, 11 September 2022 - 16:13 WIB

Jane Goodall, Ilmuwan Terkemuka Inggris Tanpa Gelar Sarjana

Kamis, 26 Mei 2022 - 16:33 WIB

Prof. Dr. D. Dwidjoseputro, M.Sc. Sosok Guru dan Guru Besar Biologi Sesungguhnya

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB