Hana Krismawati dan Elina Ciptadi, Berjuang untuk Penanganan Covid-19

- Editor

Rabu, 20 Mei 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hana Krismawati dan Elina Ciptadi turut berjuang dalam penanganan pandemi Covid-19. Hana berjibaku meneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di Papua. Bersama teman-temannya, Elina mendirikan KawalCovid19.

Ada banyak orang dari berbagai kalangan yang turut berjuang untuk mengatasi Covid-19 di Indonesia. Dengan cara masing-masing sesuai bidang kerja profesionalnya, mereka bahu-membahu untuk membantu penanganan penyakit akibat virus korona baru itu. Di antara mereka, ada Hana Krismawati dan Elina Ciptadi. Siapakah dua perempuan itu?

ARSIP PRIBADI—Hana Krisnawati

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hana Krismawati
Menghadapi lebih dari 200 spesimen yang harus diperiksa setiap hari adalah pengalaman baru bagi Hana Krismawati. Belum lagi dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana yang ada di laboratorium tempatnya bekerja.

“Pernah suatu hari kita benar-benar hampir kehabisan reagen. Sementara masih ada 200 spesimen yang masuk. Itu benar-benar membuat kita panik, sementara kami juga tidak mungkin meminta supplier. Kondisi Papua juga sudah lockdown. Beruntungnya setelah kami telepon ke sana ke mari, ada reagen yang bisa didatangkan dari daerah,” tuturnya saat dihubungi di Jakarta, Selasa (19/5/2020).

Menjadi salah satu peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Papua, Hana merasa saat ini adalah kesempatan bagi dia untuk turut berperang melawan penyebaran virus Sars-Cov-2 yang menjadi penyebab Covid-19. Jika satu abad lalu berperang dilakukan oleh para prajurit, kini berperang di tengah pandemi dilakukan oleh peneliti dan petugas kesehatan.

“Peneliti harus bekerja keras dengan segala kemampuan yang ada untuk bisa cepat menyelesaikan seluruh pemeriksaan spesimen yang ada. Hampir dua belas jam setiap hari kami berkerja agar seluruh spesimen bisa diperiksa. Pokoknya, sampai hari habis, harus nol (spesimen) antrean lagi,” tutur perempuan kelahiran Solo, 25 Januari 1983 ini.

Hidup selama delapan tahun di Papua dan sudah memiliki keluarga di wilayah tersebut membuat Hana merasa harus bisa turut melindungi masyarakat setempat. Pemeriksaan spesimen yang diduga Covid-19 harus cepat selesai sehingga hasilnya bisa segera diterima oleh pasien dan petugas kesehatan.

Menurut dia, jika hasil cepat diterima, tindak lanjut dari penanganan pasien juga akan cepat dilakukan. “Jangan sampai orang yang terinfeksi ini masih berpergian. Mobilitas orang di Papua itu sangat tinggi bahkan dengan berjalan kaki pun bisa sampai ke tempat yang jauh. Bahaya sekali kalau sampai mereka ini sampai ke pedalaman,” ujar Hana yang selama ini juga aktif dalam penelitian tentang kusta di Papua.

Kekhawatiran terjadi penularan di kawasan pedalaman Papua itulah yang membuat Hana terus bersemangat menyelesaikan pemeriksaan spesimen setiap hari. Ia menilai, apabila sampai terjadi penularan di pedalaman akan menyulitkan proses perawatan. “Pedalaman itu minim layanan kesehatan. Tentu sulit menyelamatkan kondisi pasien yang dalam keadaan berat,” kata dia.

ARSIP PRIBADI—Erlina Ciptadi

Elina Ciptadi
Bermula dari kegundahan dan keprihatinan akan persoalan data yang minim terkait Covid-19 di Indonesia, sebagian relawan yang pernah tergabung dalam KawalPemilu kemudian berinisiatif meluncurkan gerakan KawalCovid19. Salah satu relawan tersebut adalah Elina Ciptadi.

Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai konsultan komunikasi di Singapura ini merasa banyak misinformasi yang beredar seputar Covid-19 di Tanah Air. Itu yang menyebabkan masyarakat tidak mendapatkan informasi yang terpercaya berdasarkan data ilmiah terkait penyakit tersebut.

“Waktu awal tahun sampai Februari itu saya ingat, Indonesia belum memiliki platform khusus yang menyajikan sumber terpercaya terkait Covid-19. Sementara saat itu banyak sekali informasi yang belum tentu benar yang muncul di tengah masyarakat. Kebutuhan akan akurasi dan analisa data yang mendesak inilah yang kemudian meyakinkan kami membentuk KawalCovid19,” kata Elina.

Tepat pada 1 Maret 2020, sehari sebelum kasus positif pertama Covid-19 di Indonesia diumumkan, KawalCovid19 diluncurkan. Gerakan inisiatif ini berupaya untuk mengumpulkan berbagai informasi yang beredar terkait penyakit tersebut dan kemudian menverifikasi serta menganalisis informasi tersebut.

Setelah itu, KawalCovid19 akan memberikan edukasi pada publik melalui informasi yang disampaikan melalui media yang dimiliki, seperti laman web dan media sosial. Harapannya, masyarakat pun bisa punya dasar informasi yang akurat dan terpercaya terkait kondisi yang sebenarnya. Dengan begitu, masyarakat lebih mampu melindungi dirinya dan orang di sekitarnya dari penularan Covid-19.

Menurut perempuan kelahiran Semarang ini, KawalCovid19 jauh lebih kompleks daripada KawalPemilu yang sebelumnya didirikan. KawalCovid19 tidak sekadar mengumpulkan data dan menyajikan ke masyarakat, melainkan lebih mengedepankan akurasi dan analisis data dari informasi yang diperoleh. Dari data itu, tim akan menyajikan hasil yang diperoleh dalam bentuk visualisasi dan kebijakan publik. Proses analisis ini dilakukan berdasarkan komunikasi dengan para ahli, seperti epidemiolog dan pakar kesehatan publik.

“Saya harap dari pengalaman menghadapi Covid-19 ini pemerintah juga bisa belajar untuk menjadikan data sebagai dasar dari pembuatan kebijakan. Juga tanyalah pada para ahli yang mumpuni karena Indonesia tidak pernah kekurangan para ahli,” tutur Elina.

Oleh DEONISIA ARLINTA

Editor: ILHAM KHOIRI

Sumber: Kompas, 20 Mei 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu
Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia
Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun
Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik
Cerita Sasha Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Unair, Pernah Gagal 15 Kali Tes
Sosok Amadeo Yesa, Peraih Nilai UTBK 2023 Tertinggi se-Indonesia yang Masuk ITS
Profil Koesnadi Hardjasoemantri, Rektor UGM Semasa Ganjar Pranowo Masih Kuliah
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Kamis, 28 September 2023 - 15:05 WIB

Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu

Kamis, 28 September 2023 - 15:00 WIB

Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia

Kamis, 28 September 2023 - 14:54 WIB

Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:43 WIB

Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB