Pendidikan sains di sekolah masih jauh dari harapan. Karena itu, Firly Savitri (35) rela meninggalkan pekerjaannya supaya bisa mengenalkan pendidikan sains kepada anak-anak.
Selasa (23/5) siang, satu per satu siswa kelas V SDN Lebak Bulus 04, Jakarta Selatan, memasuki mobile planetarium tim Ilmuwan Muda Indonesia (IMI) yang diketuai Firly Savitri. Planetarium bergerak yang memiliki diameter 5 meter dengan tinggi 2,7 meter ini mampu menampung sekitar 30 siswa.
Di dalam planetarium, 27 siswa antusias menonton film tentang tata surya. Mereka merasakan sensasi berada di luar angkasa. Mereka mengangkat tangan seakan dapat meraih bintang yang bertaburan dalam planetarium itu. Suara riuh siswa mengagumi setiap pertunjukan yang disajikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebelumnya, di ruangan berbeda mereka mencoba beberapa eksperimen kecil dari bahan-bahan yang dikemas dalam sebuah lemari bernama Lab In A Box. Lemari itu memuat bahan-bahan 100 eksperimen yang bisa dilakukan anak SD. Kalau pun bahan di lemari habis, bisa diganti dengan mudah. Beberapa bahan, misalnya, jeruk lemon, pewarna makanan, susu kacang hijau, balon, kertas, dan permen warna-warni. Selain lemari, ada buku petunjuk yang mudah dipahami anak-anak. Untuk menyusun modul Lab In A Box ini, IMI membutuhkan waktu dua tahun.
Dalam satu kelas terdapat 6 kelompok yang akan melakukan eksperimen. Setiap kelompok mendapat tantangan penelitian yang berbeda. Beragam ekspresi muncul di wajah para siswa. Beberapa eksperimen yang dilakukan, seperti membuat roket, pelampung alami, warna-warni permen, dan lampu ajaib.
Meniru ayah
Ini bukan pertama kalinya, Firly bersama timnya dari IMI mengenalkan sains kepada anak-anak. IMI memperlakukan berbeda kepada setiap sekolah yang didatanginya. Ada sekolah yang dikenakan biaya, sekitar Rp 80.000 per anak. Namun, ada juga sekolah yang bisa mendapatkan fasilitas mobile planetarium secara gratis. IMI mendatangi kampung-kampung di kawasan Jabodetabek untuk memopulerkan pendidikan sains.
Jiwa sosial Firly tak lepas dari didikan sang ayah. Beberapa kali, istri komika Mo Sidik ini mengenang ayahnya yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Nilai-nilai kebaikan, seperti menolong orang lain dan antikorupsi terpatri di jiwa Firly.
Sang ayah mendidik anak-anaknya untuk selalu peduli dengan orang lain. Satu hal yang sangat dikagumi, meskipun menjadi pejabat di sebuah departemen, mendiang ayahnya hidup sederhana. “Selama menjadi PNS, ayah hanya punya satu mobil. Dia itu selalu membeli dagangan orang yang kurang laku,” kenangnya.
Dengan didikan orangtua yang selalu peduli dengan orang lain itulah menambah semangat Firly untuk mendirikan wirausaha sosial. Dia pun aktif dalam memperkenalkan pendidikan sains di sekolah-sekolah. Untuk membantu pekerjaannya, Firly mengajak adiknya, Zulkifli Tegar, untuk ikut berbagai kegiatan IMI. “Aku ngajak dia karena menurutku dia jago dalam hal teknis, dia juga suka kegiatan sosial,” katanya.
Berawal dari kegagalan cita-citanya menjadi ilmuwan, ibu satu anak ini bersama karibnya, Kartika Oktorina, mendirikan IMI pada tahun 2013. “Aku itu gagal jadi ilmuwan, bukan ilmuwan gagal. Karena dari kecil memang saya suka sains, dalam bidang akademik juga bagus, hanya saja saya tidak mendapat fasilitas di sekolah,” kata Firly.
Sayangnya kecintaan Firly terhadap sains sejak kecil itu tak bisa tersalurkan lantaran fasilitas yang tidak memadai. Padahal, usia 0-8 tahun merupakan masa yang menentukan seorang anak untuk suka atau tidak terhadap sains ketika SMP atau SMA mendatang.
“Sepintar dan sesuka apa pun anak kecil dalam bidang sains, kalau tidak diasah dan dilatih, mereka tak akan berkembang,” ujar Firly. Belajar dari pengalaman masa kecilnya, pada 2013, dia mencoba mencari penyebab dirinya tak berhasil menjadi ilmuwan. Dari situ, dia yakin melangkah melakukan sesuatu agar Indonesia dapat mencetak banyak ilmuwan.
Seusai menempuh jenjang S-2, Firly menjadi dosen Fakultas Ekonomi, di Universitas Widyatama Bandung selama dua tahun. Selama belajar ekonomi, Firly belajar tentang salah satu penentu dari kesejahteraan suatu bangsa adalah inovasi.
Keinginan kuat berbuat sesuatu untuk anak Indonesia membuat Firly memutuskan berhenti menjadi dosen. Lalu, dia pun mendirikan IMI, dengan mengawali membeli seperangkat mobile planetarium. “Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tidak ada SDN yang memiliki laboratorium IPA, untuk swasta sendiri hanya 2 persen, itu pun hanya sekadar alat peraga,” ujar Firly.
Sampai saat ini, IMI memiliki dua mobile planetarium yang dapat dibawa keliling Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, dia sudah berkeliling Indonesia untuk memberikan pendidikan sains dengan cara yang menyenangkan. Ia pernah memberikan pendidikan sains ke Bengkulu, Jambi, Tanjung Pinang, Belitung, Pekanbaru, daerah Kalimantan, bahkan ke Malaysia.
Bagi Firly, keberadaan planetarium amat penting. Karena itu, ia bekerja sama dengan beberapa lembaga yang memiliki keinginan membeli planetarium.
Selain memberikan pendidikan sains kepada anak jalanan, planetarium bergerak IMI juga pernah berdiri di samping timbunan sampah di daerah Rawamangun, Jakarta Timur. Firly berharap satu provinsi di Indonesia minimal memiliki satu planetarium. Dengan demikian, mereka yang ingin belajar tentang tata surya tak perlu pergi jauh.
Setelah menjalankan IMI selama tiga tahun, Firly mempunyai banyak impian. Ke depannya, Firly akan membuat program yang bertujuan untuk membina calon guru sains. Dengan program itu, ia berharap dapat membantu calon guru IPA memiliki metode mengajar sains yang efektif. Da juga tengah membuat board game terkait sains untuk anak-anak tunanetra.
Firly tak sendiri dalam memberikan pendidikan sains ini, IMI memiliki delapan orang anggota. Semua anggota yang terlibat dalam IMI merupakan orang-orang yang mumpuni dalam bidang sains.
FIRLY SAVITRI
Lahir:
Bogor, 23 Agustus 1981
Suami:
Mohamad Ali Sidik
Anak:
Ben Alpha Sidik
Pendidikan:
SMA Negeri 8 Jakarta
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Bandung
Master of Business Administration Institut Teknologi Bandung
Pekerjaan:
CEO Ilmuwan Muda Indonesia (2014-sekarang)
Dosen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama, Bandung (2011-2015)
Staf Fungsional Rektor Universitas Widyatama, Bandung (2012-2014)
Pengajar Asia Summer Program, Universitas Dongseo, Korea Selatan (2013)
Direktur Program Nasional MNC Network (Global Radio Jakarta) (2010)
Penyiar I Radio, Bandung (2005-2008)
Penyiar Hard Rock FM, Bandung (2002-2005)
SUSIE BERINDRA
——————————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Juni 2017, di halaman 12 dengan judul “Memopulerkan Ilmu Astronomi”.