Posisi sektor ekonomi kreatif akan semakin penting bagi masa depan perekonomian Indonesia. Ekonomi kreatif menjadi penting dan strategis karena tulang punggung perekonomian yang selama ini menjadi andalan tidak bisa diandalkan secara berkelanjutan.
Krisis global pada 2008-2009 merupakan akhir dari ekonomi berbasis komoditas. Sementara pendekatan industrialisasi dengan membangun sumber daya dari hulu sampai hilir sudah tidak memadai lagi.
“Ekonomi kreatif adalah kekuatan baru ekonomi yang tumbuh di Indonesia untuk menjawab tantangan globalisasi dan mencapai pembangunan berkelanjutan,” kata Mari Elka Pangestu pada pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Tidak Tetap Bidang Ekonomi Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, di Depok, Jawa Barat, Sabtu (8/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam pidato ilmiah berjudul “Globalisasi, Kekuatan Ekonomi Baru dan Pembangunan Berkelanjutan: Implikasi terhadap Indonesia”, Mari menyatakan, ekonomi kreatif akan berkembang dan berperan strategis karena daya saing suatu negara tidak lagi diukur dari biaya produksi, seperti upah tenaga kerja yang murah dan keberadaan bahan baku, tetapi juga sektor lain, seperti logistik yang efisien.
Oleh karena itu, Indonesia perlu melakukan diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baru dan memupuk sumber daya saing. Saat ini, Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang berbasis sumber daya alam ataupun industri padat karya. Namun, itu belum cukup. Yang sangat penting untuk ditingkatkan adalah sumber daya manusia, teknologi, dan kreativitas. “Sumber daya yang utama adalah manusia yang harus ditingkatkan dengan pendidikan dan pemberian keterampilan,” kata Mari.
Mari mengatakan, pendekatan ekonomi terbaru tidak cukup hanya mengandalkan teknologi dan modal, tetapi juga kreativitas. Dengan demikian, pendekatan berbasis teknologi informasi dan pengetahuan bergeser menjadi berbasis kreativitas dan inovasi. Melalui ekonomi kreatif, pemilik ide kreatif dapat memperoleh manfaat ekonomi.
Di Indonesia, ekonomi kreatif sudah berkembang. Keanekaragaman budaya dan sosial menjadi unsur penting tumbuhnya ekonomi kreatif. Artinya, banyak kreativitas orang Indonesia yang bersumber pada kearifan budaya yang diwarisi secara turun-temurun. Misalnya, kerajinan dari bambu, batik, dan tenun. “Batik sudah diakui dunia sebagai kekayaan Indonesia,” kata Mari.
Mari menegaskan, ekonomi kreatif telah berperan signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Pada 2014, estimasi Badan Pusat Statistik menyebutkan, 15 subsektor ekonomi kreatif menyumbang 7,1 persen atau Rp 716,7 triliun dari produk domestik bruto. Terdapat 5,5 juta usaha kreatif atau 10,6 persen dari total usaha yang sebagian besar merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah. Ekonomi kreatif pun menyerap 12,3 juta orang dari 114,6 juta angkatan kerja.
Agar ekonomi kreatif semakin berkembang, kata Mari, pelaku kreatif mesti dilindungi ide hak intelektualnya. Jaminan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang layak akan menjadi stimulus munculnya ide-ide baru. Dukungan pembiayaan juga dibutuhkan. Ketika pembiayaan dari perbankan masih sulit dijangkau pelaku ekonomi kreatif, pemerintah mesti membantu, misalnya menggalang dana hibah, modal ventura, atau insentif pajak.
Mari berharap potensi besar bangsa Indonesia untuk bersaing di kancah global melalui industri kreatif dapat diwujudkan. Pembentukan Badan Ekonomi Kreatif dapat mewujudkan rencana pemerintah mendorong tumbuhnya industri kreatif. Komitmen politis yang konsisten dari pemerintah sangat dibutuhkan bagi berkembangnya industri kreatif. “Korea Selatan butuh sekitar 20 tahun hingga industri kreatifnya jadi seperti sekarang. Kita punya orang-orang kreatif. Tinggal bagaimana mengembangkannya,” kata Mari. (NAD)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Agustus 2015, di halaman 1 dengan judul “Ekonomi Kreatif Makin Strategis”.