Dunia Pendidikan-Dunia Kerja Beradaptasi

- Editor

Rabu, 25 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Adaptasi dunia pendidikan dan dunia kerja dalam menghadapi generasi Z merupakan keharusan untuk meningkatkan produktivitas anak-anak yang lahir setelah tahun 1995.

Demikian disampaikan Chief Executive Officer Swiss Education Group (SEG) Florent Rondez dan sejumlah pelaku usaha yang ditemui di International Recruitment Forum (IRF) pada Senin hingga Selasa(23-24/10) di Montreux, Swiss.

Rondez mengatakan, generasi Z tak bisa dipaksa berubah mengikuti kebiasaan model pembelajaran di sekolah. “Kamilah yang harus berubah mengikuti mereka. Tanpa itu, sekolah akan ditinggalkan,” ujarnya dalam konferensi pers sebagaimana dilaporkan wartawan Kompas, Agnes Rita S, dari Montreux, Swiss.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dia mencontohkan, perangkat teknologi, seperti gawai, bukan lagi kebutuhan bagi generasi Z, melainkan eksistensi diri penggunanya. Apabila digunakan dengan benar, perangkat ini meningkatkan produktivitas siswa. Karena itu, beberapa tahun terakhir, lima sekolah di SEG menjadikan perangkat tablet sebagai bagian dari peralatan sekolah.

Pihak sekolah juga dituntut memahami aplikasi-aplikasi yang jamak digunakan di setiap negara. Hal ini, menurut Rondez, penting untuk memahami siswa yang berasal dari beberapa negara dan bersekolah di SEG.

Chief Academic Officer SEG Emanuel D Donhauser menambahkan, proses pembelajaran di kelas pun berubah. Para guru tidak bisa lagi hanya berdiri di muka kelas dan memberikan materi satu arah.

Saat ini, materi pembelajaran sudah dimasukkan ke aplikasi yang bisa diakses siswa dari tablet yang mereka bawa. Di kelas, siswa menyampaikan pendapat mereka atas materi yang mereka pelajari, sekaligus memperkayanya. “Bahkan, sering kali siswa justru yang ‘mengajari’ guru dan siswa lain di kelasnya,” ucap Donhauser.

Hal senada disampaikan pelaku usaha. Karn Lertpenmaetha, Talent and Culture Manager Accor Hotels Upper Southeast and Northeast Asia, mengatakan, perlakuan terhadap pekerja baru yang termasuk generasi Z dan generasi Y (milenial) memang harus berbeda.

Para pekerja baru ini mesti diberi kesempatan mengekspresikan diri mereka. Perusahaan ini membuka ruang dialog yang mempertemukan pekerja senior dan pekerja baru. Di situ, kedua kelompok ini saling memberikan pembelajaran akan materi yang mereka kuasai.

Karn berpendapat, pekerja muda membutuhkan kejelasan jenjang karier sekaligus kompensasi yang akan mereka dapatkan saat mereka berprestasi. Apabila pekerja ini melakukan kesalahan, mereka tidak hanya membutuhkan teguran, tetapi juga penjelasan mengapa perbuatan mereka itu disebut kesalahan.

“Dalam beberapa hal, saya sering kali dikategorikan sebagai representasi generasi milenial di kantor. Awal bekerja di sini, saya selalu membantah apabila disebut melakukan kesalahan dalam pekerjaan. Seiring berjalannya waktu, pengalaman membuat saya bisa menerima masukan orang lain dan mulai mendengarkan mereka,” kata Karn yang sekitar 5 tahun bekerja di perusahaan ini.

Recruitment Manager Minor Hotel Group Rene Klotzer membenarkan, generasi muda yang masuk ke dunia kerja ini berbeda dari generasi sebelumnya. Bahkan, pekerja muda pada tahun ini berbeda dari pekerja yang direkrut pada tahun sebelumnya meskipun perbedaan usia mereka tidak terlampau jauh.

“Kuncinya, sebagai perusahaan, kami harus terus berinovasi. Kami harus berpikir berbeda dan mencoba melakukan hal yang berbeda. Di sisi lain, perusahaan tetap harus mengajari pekerja muda ini nilai-nilai perusahaan,” katanya.

Sumber: Kompas, 25 Oktober 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB