Cegah Talasemia dengan Periksa Status

- Editor

Sabtu, 22 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kesadaran untuk Deteksi Dini Masih Rendah
Generasi muda, terutama calon pasangan suami-istri, didorong memeriksa status talasemianya agar terhindar dari pernikahan sesama pembawa gen talasemia. Rendahnya upaya deteksi dini kelainan darah genetis tersebut menyebabkan muncul penderita baru setiap tahun.

Hal itu mengemuka dalam seminar “Kanker dan Hematologi” yang diprakarsai Kompas bekerja sama dengan Parkway Cancer Centre (PCC) Singapura, Sabtu (19/8), di Surabaya, Jawa Timur.
Talasemia adalah kelainan darah (sel darah merah) akibat faktor genetika atau keturunan.
Penyandang talasemia punya hemoglobin (Hb) di bawah normal, kurang dari 12,5. Itu menyebabkan penyandang talasemia terkena gangguan tumbuh kembang, yakni bertubuh kerdil dan kemampuan berpikir di bawah rata-rata.

Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, I Dewa Gede Ugrasena, talasemia bisa dihindari dengan mencegah perkawinan sesama pembawa sifat talasemia. Orangtua pembawa gen talasemia berisiko punya anak penyandang talasemia 25 persen, berpotensi punya anak pembawa sifat talasemia 50 persen, dan memiliki potensi anak lahir normal 25 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ibu hamil
Jika ibu hamil didiagnosis membawa sifat dan menyandang talasemia, kehamilan bisa dihentikan. Contohnya, Pemerintah Hongkong menggagalkan kelahiran 18 bayi talasemia dari 135.000 ibu yang didiagnosis membawa sifat talasemia.

Riset Kesehatan Dasar 2007 menyebut, prevalensi talasemia 1,5 persen. Aceh menjadi provinsi dengan prevalensi tertinggi, yakni 13,4 persen, sedangkan DKI Jakarta 12,3 persen (Kompas, 9 Mei 2017). Di Jawa Timur ada 125 kasus baru talasemia tiap tahun. Mereka umumnya datang saat ada gejala talasemia, yakni kulit pucat dan perut membesar.

Sejauh ini, generasi muda amat jarang memeriksakan sel darah untuk mengetahui status talasemianya. “Mahasiswa sulit memeriksakan status talasemia meski mendapat subsidi. Dari 1.000 mahasiswa, hanya lima mahasiswa yang mau periksa. Padahal, mereka hanya membayar Rp 150.000 dari biaya normal Rp 750.000 untuk periksa talasemia,” kata Ugrasena.

Penyandang talasemia harus rutin menjalani transfusi darah dan minum obat. Pengobatan bisa dilakukan dengan mengikat zat besi dan pengangkatan limfa. Terapi itu memperpanjang usia, tetapi tak menyembuhkan. “Ada terapi transplantasi sumsum tulang belakang dengan tingkat keberhasilan lebih tinggi, tetapi di Indonesia belum ada rumah sakit bisa melakukannya,” ujarnya.

Dokter spesialis anak konsultan hematologi PCC Singapura, Anselm Lee, menambahkan, talasemia menghambat tumbuh kembang anak sehingga kesulitan belajar. Anak cepat lelah dan susah makan. “Anak mudah terkena infeksi,” ujarnya.

Sosialisasi hidup sehat
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan, Pemerintah Kota Surabaya proaktif menyosialisasikan perilaku hidup sehat kepada masyarakat, termasuk penyandang talasemia, agar usia harapan hidup mereka kian panjang. Setiap Sabtu atau Minggu, RT/RW wajib mengadakan senam agar remaja hingga orang lanjut usia bugar.

Setelah gencar menyosialisasikan perilaku hidup sehat, Dinas Kesehatan Surabaya mencatat penurunan jumlah pasien kanker di kota itu. Angka kasus kanker tahun 2016 mencapai 1.436 penderita, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2015, yakni 1.638 penderita. Harapannya, penurunan jumlah penderita juga terjadi pada penyakit lain.
(SYA/ADY)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Agustus 2017, di halaman 14 dengan judul “Cegah Talasemia dengan Periksa Status”.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB