Hari Talasemia Sedunia;Periksa Status untuk Menekan Risiko

- Editor

Rabu, 11 Mei 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penyebaran talasemia di Aceh terus terjadi. Hal itu dipicu rendahnya upaya deteksi dini penyakit kelainan darah genetika tersebut. Untuk mengantisipasi hal itu, generasi muda, terutama calon pasangan suami-istri, dianjurkan memeriksa status talasemianya agar terhindar dari pernikahan sesama pembawa gen talasemia.

“Pasangan pembawa gen talasemia pasti melahirkan anak penyandang talasemia,” ucap Heru Noviat Herdata, Kepala Instalasi Sentral Talasemia dan Hemofilia, Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin, pada peringatan Hari Talasemia Sedunia di Banda Aceh, Minggu (8/5). Hari Talasemia Sedunia diperingati setiap 8 Mei.

Talasemia adalah penyakit kelainan darah genetika atau keturunan yang tak bisa disembuhkan. Penyandang talasemia memiliki hemoglobin (Hb) di bawah normal, kurang dari 12,5. Akibatnya, penyandang talasemia bisa mengalami gangguan tumbuh dan kembang, yakni tubuh kerdil dan kemampuan berpikir di bawah rata-rata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penyandang talasemia harus rutin mendapat transfusi darah satu-tiga bulan sekali. Penyandang yang rutin transfusi darah memiliki peluang hidup rata-rata sekitar 20 tahun, sedangkan yang tak rutin transfusi darah, peluang hidupnya rata-rata 8-20 tahun.

Kini, angka kejadian baru talasemia 50 orang per tahun di Aceh. Ada 167 penyandang talasemia berobat rutin di RSUD Zainoel Abidin pada 2012, naik jadi 300 orang saat ini. Menurut Kementerian Kesehatan 2010, Aceh jadi provinsi dengan persentase talasemia karier tertinggi di Indonesia, yakni 13,8 persen.

00acd09c83264e30a6a9a3fe466cb8d5Heru menambahkan, tingginya angka talasemia di Aceh karena kesadaran warga memeriksa status talasemianya rendah. Angka pernikahan kerabat di Aceh pun tinggi. Padahal, mereka yang punya relasi kekerabatan punya gen penyakit tak jauh berbeda, termasuk talasemia.

Sejauh ini pemerintah masih fokus pada pengobatan talasemia. “Pemerintah seharusnya fokus ke pencegahan. Itu penting demi mencegah bertambahnya penyandang talasemia. Biaya terapi talasemia Rp 7 juta sampai Rp 10 juta per orang,” ujarnya.

Susun aturan
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Aceh Muhammad Yani menegaskan, pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada warga agar memeriksakan status talasemianya. Pemerintah melalui petugas kantor urusan agama (KUA) menyampaikan kepada calon suami-istri agar menghindari pernikahan sesama pembawa gen talasemia. Namun, anjuran itu kerap diabaikan karena belum ada aturan resmi.

Kini, pemda setempat merancang aturan daerah atau qanun tentang itu agar warga mematuhinya. “Kami berharap pemerintah pusat menerbitkan aturan izin aborsi janin talasemia berusia di bawah 10 minggu. Sebab, tak mungkin kami melarang niat orang ingin menikah. Aturan itu banyak diterapkan di negara lain, seperti Arab Saudi, Iran, dan Pakistan,” ucapnya.

Pendiri lembaga sosial yang aktif mencari darah bagi talasemia, Darah Untuk Aceh, Nurjanah Husein, mendorong pemerintah menambah pusat layanan talasemia di Aceh. Sentra talasemia hanya ada di Banda Aceh. “Banyak penyandang talasemia dari keluarga kurang mampu. Pengobatan jauh dari tempat tinggal membuat mereka mengeluarkan banyak biaya tambahan, tak bisa sekolah ataupun bekerja,” katanya. (DRI)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Mei 2016, di halaman 13 dengan judul “Periksa Status untuk Menekan Risiko”.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB