Cegah Pendarahan Otak akibat Memijat Bayi

- Editor

Sabtu, 22 November 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pijat dipercaya salah satu bagian penting dalam proses tumbuh kembang bayi. Namun, jika tidak dilakukan dengan metode dan teknik yang benar, pijatan pada bayi justru dapat menimbulkan kematian akibat pendarahan pada otak. ”Sering kali dukun bayi memijat kepala bayi dengan alasan agar bentuknya bagus.

Pijatan ini jika terlalu keras bisa menyebabkan pendarahan otak karena kepala bayi masih lunak,” ujar Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Sunartini Hapsara pada pelatihan pijat bayi untuk awam di Rumah Sakit Akademik UGM di Desa Trihanggo, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (21/11). Pendarahan otak pada bayi bisa berujung kematian. Menurut Sunartini, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, tercatat lima bayi meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito, Sleman karena pendarahan pada otak akibat teknik memijat yang keliru. (DRA)

c2cc0ab581a84982b0b844fe2d226eb1
———————

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Limbah Plastik Diubah Jadi Bahan Bakar Minyak

Siswa jurusan teknik otomasi industri SMKN 1 Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, membuat alat pembakar sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. Minyak hasil pembakaran itu untuk mengoperasikan mesin pemotong rumput di sekolah. Alat pembakar sampah plastik (destilasi) tersebut mampu menampung 6 ons sampah plastik dan menghasilkan 63 mililiter (ml) minyak. Sampah plastik yang digunakan adalah sampah plastik putih. ”Sampah plastik yang tidak bernilai jual ini yang kami bakar,” kata Nicho Abdian Gusti Rahman, siswa kelas III SMKN 1 Singosari jurusan otomasi industri yang merupakan salah seorang pembuat alat, Kamis (20/11). Sistem mesin itu sederhana, yakni sampah dibakar dalam tabung pembakaran. Pembakaran awal menggunakan elpiji selama 45 menit hingga 1 jam. Hasil pembakaran berupa minyak, gas, dan ampas. (DIA)

Sumber: Kompas, 22 November 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB