Calon Doktor Muda UB, Syahputra Lulus dengan IPK 4,00 di Usia 26 Tahun

- Editor

Rabu, 20 Juli 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Meski berasal dari kota kecil Sampit, Kalimantan Tengah, tak menyurutkan semangat Syahputra Wibowo untuk menuntut ilmu setinggi langit.

Bahkan, dia berhasil menyelesaikan program Doktoral di usia terbilang muda, yakni 26 tahun.

Kepada Kompas.com, Putra mengatakan, dia merupakan salah satu awardee beasiswa fast track PMDSU (Program Magister Menuju Doktoral Untuk Sarjana Unggul) Batch 4 di jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya (UB) Malang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Beasiswa ini merupakan program akselerasi doktoral dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek dan Teknologi (Ditjen Dikti Kemendikbud Ristek) untuk mencetak doktor-doktor muda di Indonesia.

Berhasil raih IPK 4,00
Selama masa kuliah, Syahputra menyelesaikan program sarjana (S1) selama 3,5 tahun, magister (S2) selama 1 tahun, dan doktoral (S3) selama 3 tahun di UB.

Syahputra Wibowo menyelesaikan studi doktoralnya melalui diseminasi tanpa ujian terbuka disertasi dengan IPK 4,00.

Diseminasi disertasi Syahputra dengan judul “Kajian Mekanisme Dinamika Fungsi Albumin Terglikasi Yang Berinteraksi Dengan Kompleks Astaxanthin-Logam” yang akan dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2022.

Privilege ini didapatkannya berkat publikasi-publikasi jurnal internasional terindeks Scopus yang dihasilkan selama studi doktoral.

“Semasa studi doktoral saya juga mendapatkan beasiswa PKPI ke Italy. Beasiswa tersebut merupakan student exchange based scholarship, di mana mahasiswa melakukan penelitian di berbagai universitas ternama dunia,” terang Putra kepada Kompas.com, Rabu (29/6/2022).

Penelitiannya mendapat HKI dengan perlindungan 50 tahun
Host University yang menjadi tempat Syahputra belajar yaitu Universita Degli Studi di Siena, Italy.

Selain itu Syahputra juga berkolaborasi dengan Hiroshima University, Japan.

Tak hanya sekedar menyelesaikan studi demi mengejar gelar doktor, Putra juga berhasil melakukan penelitian yang dipublikasikan di berbagai jurnal ilmiah internasional yang terindeks scopus Q1 (2 jurnal), Q2 (1 jurnal), Q3 (2 jurnal), proceeding scopus (1 proceeding) dan SINTA 2 (1 jurnal).

Salah satu jurnal ilmiahnya berhasil dipublish pada jurnal scopus Q1 dengan H-index 195 dan Impact Factor 5,924.

“Saya telah mendapatkan hak kekayaan intelektual (HKI) dari pemerintah Indonesia dengan masa perlindungan 50 tahun. Untuk HKI saya mendapatkan perlindungan atas karya jurnal yang berjudul ‘DFT and molecular dynamics studies of astaxanthin-metal ions (Cu2+ and Zn2+) complex to prevent glycated human serum albumin from possible unfolding’,” imbuhnya.

Ingin jadi dosen membangun negeri
Dia sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan oleh Ditjen Dikti Kemendikbud Ristek terkait beasiswa PMDSU untuk studi magister hingga doktoral di UB.

“Kesempatan yang sangat berharga ini akan menjadi batu loncatan saya dalam berkarier menjadi dosen serta peneliti dan turut membangun negeri,” urai pria yang punya motto ‘hidup itu adalah perjuangan, dan seberat apapun perjalanannya layak untuk diperjuangkan’ ini.

Saat disinggung mengenai alasan gigih belajar hingga menyelesaikan jenjang doktoral, Putra mengaku, pendidikan merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam hidup.

Putra mengaku, saat ini sudah ada tawaran untuk mengikuti post doctoral di luar negeri.

Namun, dia ingin sekali menjadi dosen dalam negeri dulu sebelum nantinya menjalin research dengan pihak luar negeri.

“Saya berasal dari keluarga menengah, sehingga pendidikanlah yang dapat membantu saya dalam membangun negeri ini,” tutup Putra.

Kompas.com – 29/06/2022

 

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif
Berita ini 32 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:11 WIB

Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB