“Ketika laju perubahan teknologi semakin pesat dan perilaku masyarakat cepat berubah, dunia pun sudah saling terkoneksi secara online dan digitalisasi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, maka inilah peluang (bagi) BRI dengan BRIsat untuk menjadi yang terdepan dalam memberikan layanan dan solusi keuangan.”
(Asmawi Syam, Direktur Utama BRI, dalam “BRIsat-dari Langit untuk Negeri”, 2016)
Sungguh megah pemandangan ketika roket Ariane 5 dengan gagah meluncur ke angkasa pada Sabtu petang (pukul 18.38 waktu Kourou, Guyana Perancis), atau pukul 04.38 WIB Minggu dini hari kemarin. Seperti tertayang di laman Arianespace, Ariane 5 ECA yang tingginya 53 meter dan bergaris tengah 5,4 meter lepas landas dengan bobot 780 ton dengan meninggalkan juluran lidah api.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Misinya adalah membawa dua satelit-EchoStar XVIII dan BRIsat-ke orbit transfer geostasioner yang berbentuk elips mengelilingi Bumi, dengan titik terdekat 250 kilometer, dan titik terjauh 35.700 kilometer. Pada saatnya nanti, orbit sementara ini akan dibundarkan saat satelit berada di titik terjauh dari Bumi (apogium), dan selama 15 tahun ke depan bertengger di orbit geostasioner. Untuk BRIsat, posisinya pada 150,5 derajat Bujur Timur.
Peluncuran yang diberi kode VA230 ini membukukan sukses sendiri bagi Ariane, yang dalam beberapa tahun terakhir berhasil meluncurkan Ariane 5 untuk ke-72 kalinya dengan mulus. Kali ini Arianespace, perusahaan yang membuat dan memasarkannya, juga membukukan rekor bagi satelit yang diluncurkannya, yakni seberat 10.730 kilogram. Kedua satelit sama-sama dibuat oleh pembuat yang sama, yakni Space System/Loral (SSL), dan untuk BRIsat, jadi rekor juga, karena ini merupakan satelit pertama di dunia yang akan dioperasikan oleh lembaga keuangan.
Lahir dari visi
Bagi BRI yang mempunyai lebih dari 10.600 kantor cabang, 236.939 outlet elektronik, dan 53 juta nasabah di seluruh penjuru Nusantara, komunikasi menjadi tantangan yang kritikal. Selama ini BRI sudah memanfaatkan teknologi satelit, tetapi sebagaimana umumnya perbankan tempat lain, hal ini dilakukan dengan menyewa sistem VSAT (very small aperture terminal) yang disediakan oleh perusahaan lain yang bekerja sama dengan operator satelit.
Biaya yang harus dikeluarkan BRI untuk memanfaatkan teknologi komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan kantor cabang dan memfasilitasi ATM-nya ini berkisar Rp 400 miliar-Rp 500 miliar per tahun, dan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Padahal, BRI punya visi untuk melayani seluruh wilayah Nusantara, terutama untuk nasabah mikro yang tersebar di pelosok. Menyerahkan layanan sepenuhnya ke jaringan terestrial jelas tidak mungkin karena tantangan untuk membangunnya tidak ringan. Program Palapa Ring yang akan memfasilitasi infrastruktur telekomunikasi dengan layanan pita lebar baru akan siap tahun 2019. Di sisi lain, BRI sebagaimana diakui Direktur Utama Asmawi Syam juga tidak imun dari dampak dan pengaruh disruptive digital technology.
Sebagaimana disinggung Komisaris Utama BRI Mustafa Abubakar, rasio keterjangkauan bank di Indonesia masih 30 persen, sementara di Malaysia sudah 80 persen, dan Singapura 100 persen.
Dari sinilah muncul gagasan visioner dari Direktur Utama BRI 2005-2015 Sofyan Basir untuk mengoperasikan sendiri sebuah satelit untuk menunjang operasi BRI. Meski gagasan bagus, realisasinya jauh dari mudah. Hexana Tri Sasongko, Executive Vice President, yang kemudian diangkat sebagai manajer proyek program yang diberi nama BRIsat ini, menuturkan, bahkan untuk menyusun proposal bagi pabrikan satelit saja pihaknya dihadapkan pada langkanya sumber daya manusia.
Untunglah semua bisa diatasi, sekaligus membuktikan bahwa BRI dalam perekrutan dan pengelolaan SDM bisa bekerja cepat. Hasilnya, dari tujuh pabrikan satelit dapat ditetapkan SSL yang berbasis di Palo Alto, California, Amerika Serikat, sebagai pembuat BRIsat.
PR lain yang tidak kalah krusial adalah mendapatkan slot bagi satelit. Setelah melalui proses berliku, akhirnya pemerintah menyetujui pemanfaatan slot 150,5 derajat Bujur Timur untuk BRI dengan menerbitkan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 935 Tahun 2014, keputusan yang tergolong mepet, karena jika tidak segera terbit, slot akan jatuh kepada pengantre slot berikut, karena Uni Telekomunikasi Dunia (ITU) menerapkan sistem “siapa cepat, dia dapat” (first come, first served).
Inovasi perbankan digital
Kini, setelah BRIsat meluncur, harapan dan visi besar yang diletakkan menunggu pembuktian. Satelit dengan 15 transponder yang akan beroperasi selama lebih dari 15 tahun ini diproyeksikan untuk memperlancar layanan, yang akan membuat nasabah di Papua bisa menikmati layanan secepat di kota-kota besar di Pulau Jawa. Tidak ada lagi nasabah yang mengeluh ATM BRI lelet atau malah offline.
Dengan BRIsat, BRI juga harus mampu menangkap peluang yang tumbuh seiring dengan terus meningkatnya pengguna telepon seluler dan internet, yang meniscayakan bank untuk menyediakan layanan berbasis teknologi informasi-komunikasi.
Seperti disinggung Hexana, perilaku konsumen sudah nyata berubah. Jika pada tahun 2011 nasabah yang datang ke konter bank 60 persen dan 40 persen via elektronik, rasio tersebut pada tahun 2015 sudah terbaik, yaitu 30 persen ke konter dan 70 persen via elektronik.
BRI juga akan menjadi contoh dalam pemanfaatan teknologi untuk efisiensi, meminimalkan proses dengan kertas menjadi nirkertas, membuat pelatihan atau sosialisasi kebijakan keuangan tidak selalu harus dilakukan dengan mendatangkan karyawan daerah ke Jakarta.
Puncak kontribusi BRIsat tentu saja akan muncul jika warga di wilayah terpencil bisa mengubah perikehidupan menjadi lebih maju, sejahtera, juga di daerah lain yang menikmati layanan keuangan BRI menjadi lebih pintar.
Dengan hasil inovasi itulah BRIsat bisa membuktikan diri menjadi sarana bagi BRI untuk menjadi agen perubahan yang kita dambakan.(NINOK LEKSONO)
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Juni 2016, di halaman 1 dengan judul “BRIsat Memajukan Pelosok dengan Teknologi Canggih”.
————-
SATELIT PERBANKAN
BRIsat Mulai Menjejaki Orbit
Sehari setelah diluncurkan dari Bandar Antariksa Guyana, di Kourou, Guyana Perancis, satelit BRIsat kini menjejaki orbit transfer geostasioner. Penjejakan akan dilakukan hingga 40 hari ke depan saat BRIsat sampai di orbit geostasioner di titik 150,5 derajat Bujur Timur.
ANTARA/ISMAR PATRIZKI–Roket Ariane 5 yang membawa BRIsat diluncurkan dari fasilitas antariksa Arianespace, Kourou, Guyana-Perancis, Sabtu (18/6). Satelit perbankan pertama di dunia milik PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tersebut berhasil meluncur pada Sabtu (18/6) waktu Kourou atau Minggu (19/6) dini hari waktu Indonesia.
BRIsat diluncurkan ke luar angkasa memakai roket peluncur Ariane 5 bersama satelit EchoStar XVIII, Sabtu (18/6) pukul 18.38 waktu Guyana Perancis atau Minggu (19/6) pukul 04.38 waktu Indonesia barat. Dilaporkan wartawan Kompas,M Zaid Wahyudi, di Kourou, peluncuran dilakukan Arianespace, perusahaan peluncur roket asal Perancis, dua menit menjelang rentang waktu peluncuran berakhir. Jika rentang waktu itu terlewati, peluncuran akan dilakukan hari berikutnya.
Dalam 42 menit sejak peluncuran, satelit BRIsat dilepaskan dari roket pembawanya di ketinggian lebih dari 4.300 kilometer, saat satelit berada di atas Samudra Hindia, sebelah barat Sumatera. Sejak dilepaskan dari roket, kendali satelit diambil alih dari Arianespace ke Space System/Loral (SSL), pembuat satelit asal Palo Alto, California, Amerika Serikat.
Mendorong Pereknomian Indonesia
Pengorbitan satelit baru BRIsat dinilai dapat mendorong peningkatan perekonomian Indonesia. Keberadaan satelit mampu menyamakan percepatan pembangunan di pusat dan daerah. Demikian pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat menghadiri siaran menonton bersama peluncuran BRIsat, Minggu (19/6), di Kantor Pusat Bank BRI, Jakarta.
”Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, telekomunikasi menjadi hal yang sangat penting. Telekomunikasi dapat membantu dari sisi kecepatan, kualitas, dan harga,” kata Kalla. Menurut Kalla, Indonesia membutuhkan inovasi teknologi untuk menghadapi perkembangan dunia, termasuk pasar bebas. Di dunia perbankan, pelayanan yang luas, cepat, dan transparan menjadi kunci agar mampu bersaing.
Kalla mengingatkan, satelit merupakan salah satu teknologi tinggi sehingga berbagai hal perlu diperhatikan, mulai dari masalah kendali teknis sampai kondisi cuaca. ”Semua harus zero tolerance sekecil apa pun,” katanya.
BRIsat berhasil diluncurkan pada Minggu (19/6/2016) pukul 04.39 waktu Jakarta. Sebelumnya, peluncuran kembali ditunda sekitar tujuh menit dari rencana awal pada 03.45. Sempat tanpa kabar lanjutan, lalu secara mendadak, operator dari Kourou, Guyana-Perancis, menginformasikan satelit segera diluncurkan.
Menteri Komunikasi dan InformatikaRudiantara mengatakan, peluncuran BRIsat menambah kapasitas satelit di Indonesia. Selama ini, permintaan satelit sangat tinggi sementara jumlah satelit kurang. BRIsat diharapkan dapat menambah ketersediaan satelit tersebut.
BRIsat berkapasitas 45 transponder. Selama ini, BRI menyewa 23 transponder satelit untuk layanan perbankan. Menurut Rudiantara, empat slot transponder kosong akan disewakan kepada pemerintah.
”Belum diputuskan untuk siapa, satelitnya baru naik ke atas, nanti kami bicarakan dengan kementerian. Permintaan 10 transponder, tetapi yang tersedia hanya 4,” ujar Rudiantara. Pembahasan pemberian transponder disesuaikan kebutuhan kementerian dan nilai tambah yang paling besar bagi pemerintah. Upaya selanjutnya mencari tambahan slot bagi Indonesia. Belasan satelit dari Indonesia telah diluncurkan, BRIsat menjadi satelit perbankan pertama.
Inovasi Bisnis BRI Dengan memiliki satelit, BRI berharap mampu memberikan layanan perbankan yang lebih baik bagi nasabahnya. Selama ini, BRI menyewa 23 transponder satelit senilai Rp 500 miliar per tahunnya. Kini, BRI memiliki 41 transponder satelit seharga Rp 3,375 triliun untuk masa guna selama 15 tahun. Dengan demikian, biaya komunikasi BRI dapat dihemat hingga 40 persen setiap tahun.
”Satelit adalah alat telekomunikasi untuk mengembangkan perbankan digital guna melayani nasabah lebih cepat, mudah, dan murah,” kata Asmawi. Hal itu akan meningkatkan daya saing BRI dengan bank-bank di kawasan Asia Tenggara dalam kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Layanan perbankan digital yang ingin dikembangkan itu antara lain perbankan video (video banking), penggunaan data biometri sebagai pengganti nomor identifikasi pribadi (PIN), mendigitalisasi Teras Pasar BRI, menyediakan akses internet gratis bagi nasabah di pasar-pasar tradisional hingga menghubungkan kantor-kantor BRI dan agen-agen laku pandai yang tersebar di pelosok Nusantara.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, satelit tidak akan mendatangkan pendapatan baru bagi BRI karena BRI sebagai pemilik dan operator satelit khusus tidak diperbolehkan menjual layanan jasa satelit. Namun dengan memiliki jaringan telekomunikasi lebih besar akan menambah kapasitas bagi BRI untuk mengembangkan inovasi bisnis dan pelayanan perbankan baru.
Selain itu, tersedianya jaringan telekomunikasi yang lebih besar juga akan memudahkan BRI mewujudkan kantor digital (e-office) dan pengurangan penggunaan kertas. Proses itu akan membuat birokrasi menjadi lebih efisien dan tidak membutuhkan banyak orang. Karena itu, sebagian besar tenaga pendukung (back office) BRI nantinya akan diubah menjadi tenaga pemasaran guna mengembangkan lebih maju bisnis BRI.
Proses yang sudah mulai berjalan itu diperkirakan akan menambah jumlah tenaga pemasaran BRI sebesar 20-25 persen. Dengan tenaga bisnis yang lebih besar, BRI berharap mampu tumbuh di atas rata-rata perbankan nasional.
(C05/MZW)
”Berdasarkan data telemetri yang dipantau di Palo Alto, posisi satelit saat ini berada di tempat yang benar,” kata Wakil Direktur Program SSL David Pidgeon.
Satu jam kemudian, dua panel surya satelit mulai membuka satu per satu. Pengisian baterai satelit pun berlangsung hingga memberi energi bagi satelit untuk melakukan sejumlah manuver agar bisa sampai posisi sesungguhnya.
Dari orbit transfer geostasioner (GTO) itu, BRIsat akan dipindahkan ke orbit geostasioner (GSO) di ketinggian 35.766 kilometer dari permukaan Bumi dalam 10 hari ke depan. Pemindahan dilakukan dengan mengubah bentuk orbit satelit dari yang semula berbentuk elips amat lonjong jadi lingkaran.
Selama di orbit geostasioner itu, satelit akan menjalani uji di orbit (IOT) 28 hari. Uji itu di titik 159,65 Bujur Timur atau 0,15 derajat dari posisi sebenarnya agar tak mengganggu orbit lain. Lalu, BRIsat akan digeser ke posisi sesungguhnya dalam dua hari. ”Setelah itu, satelit dioperasikan,” kata Direktur Operasional BRI Zulhelfi Abidin.
Keberadaan satelit di orbit itu mengakhiri dua pekan penantian peluncuran BRIsat yang tertunda tiga kali, yakni 8 Juni, 16 Juni, dan 17 Juni, karena alasan teknik ataupun cuaca. Meski penundaan peluncuran roket merupakan hal wajar demi keamanan dan keselamatan peluncuran, hal itu sempat memicu ketegangan dan kekhawatiran di antara direksi BRI.
Karena itu, Direktur Utama BRI Asmawi Syam tak bisa menyembunyikan kegembiraan saat BRIsat akhirnya lepas dari roket pembawanya. ”Ini satelit pertama di dunia yang dimiliki dan dioperasikan bank. Kebanggaan atas peluncuran ini tak hanya bagi BRI, tetapi juga bagi bangsa Indonesia,” ujarnya.
”Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, telekomunikasi sangat penting. Telekomunikasi membantu dari sisi kecepatan, kualitas, dan harga,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla saat menonton bersama siaran peluncuran BRIsat di Jakarta.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyatakan, peluncuran BRIsat menambah kapasitas satelit di Indonesia. Selama ini permintaan satelit amat tinggi, sedangkan jumlah satelit kurang.
Inovasi bisnis
Dengan memiliki satelit, BRI berharap memberikan pelayanan perbankan lebih baik kepada nasabah. Selama ini, BRI menyewa 23 transponder satelit senilai Rp 500 miliar per tahun. Kini, BRI punya 41 transponder satelit seharga Rp 3,375 triliun untuk masa guna 15 tahun. Ada 45 transponder asli di satelit, tetapi 4 transponder diserahkan penggunaannya kepada pemerintah. Jadi, biaya komunikasi BRI bisa dihemat 40 persen tiap tahun.
Menurut Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo, pemilik dan operator satelit khusus tak boleh menjual layanan jasa satelit. Namun, dengan punya jaringan telekomunikasi lebih besar, hal itu menambah kapasitas bagi BRI untuk mengembangkan inovasi bisnis dan layanan perbankan baru. (NDY/C05)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Juni 2016, di halaman 1 dengan judul “BRIsat Mulai Menjejaki Orbit”.