Perkembangan teknologi informasi yang berkembang pesat membuat hati Brian Marshal (29) tergerak untuk berbuat sesuatu di Tanah Air. Setelah lulus dari Universitas Teknologi Nanyang (NTU), Singapura, dia memilih Jakarta untuk berkarya. Lewat usaha rintisan Sirclo, Brian membantu usaha kecil dan menengah mendesain toko online secantik mungkin.
Akhir bulan Juni 2018, di sebuah ruangan kantor di kawasan Green Office Park, BSD Serpong, beberapa anak muda sudah asyik bekerja di depan komputernya masing-masing. Ruangan yang bau cat dengan dinding yang belum rapi, sebagian lagi masih ditutup plastik. Papan nama Sirclo pun belum terpasang.
CHRISTOFORUS RISTIANTO–CEO Sirclo Brian Marshal
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat itu, mereka memang baru satu minggu menempati ruangan tersebut.
Brian yang mengenakan baju berwarna abu-abu bertuliskan Sirclo, masuk ke ruangan, lantas menyapa para pegawai dengan mendatangi sebuah meja besar yang dipenuhi komputer. “Mau setor muka dulu ha-ha,” kata Brian sambil tersenyum. Lalu, dia pun bercakap-cakap dengan beberapa orang.
Brian baru tiba di Indonesia setelah berlibur ke luar negeri. Dengan santai, Brian meletakkan tasnya di sebuah meja. “Saya juga belum tahu nih, nanti meja saya di mana. Kami baru pindah satu minggu ini, masih banyak yang harus ditata. Seharusnya sudah selesai sebelum lebaran. Jadi, untuk mengejar penyelesaian interiornya, kami bergantian dengan tukang yang mulai bekerja pukul 20.00,” ujar dia.
Sebelumnya, Sirclo menempati sebuah ruko di kawasan Jakarta Pusat untuk operasional usaha rintisan yang melayani pembuatan website untuk wirausaha muda. Siapa saja yang ingin membuat toko daring bisa membuat website melalui Sirclo secara gratis. Banyak pilihan desain toko daring yang bisa dipakai.
Namun, bila ingin membuat website dengan nama sendiri, Sirclo menyediakan jasa dengan tarif tertentu. Tidak berhenti di situ, usaha yang didirikan Brian ini juga menyediakan pemeliharaan laman toko daring. Selain itu, Sirclo sering menyediakan pelatihan gratis untuk pemilik toko online. Bukan hanya di Jakarta, pelatihan juga digelar di Bandung, Surabaya dan Yogyakarta.
Sejak berdiri tahun 2013, Sirclo sudah membantu pembuatan desain web toko daring sebanyak 70.000 web. “Jumlah itu termasuk yang sudah tidak aktif lagi. Sekarang yang masih aktif sekitar 25.000, sedangkan 1.000 di antaranya sudah membuat dengan nama sendiri,” kata Brian.
Siapa saja yang ingin membuat toko daring bisa membuat website melalui Sirclo secara gratis. Banyak pilihan desain toko daring yang bisa dipakai.
Mengembangkan usaha lokal yang dirintis dari nol memang tidaklah mudah. Untuk itu, Brian menerapkan beberapa program di Sirclo yang diharapkan mampu mendorong usaha klien menjadi berkembang. Program pertama adalah 30 hari menuju sukses yang mendampingi wirausaha yang merintis usaha lewat daring.
“Kami membantu mereka mulai dari mendesain website toko daringnya, mengunggah foto produknya di website hingga metode pembayaran melalui daring juga. Jadi, kami ikut memantau,” imbuhnya.
Brian memaparkan, pendampingan untuk wirausaha dilakukan khusus terhadap usaha-usaha yang belum sama sekali menjual produknya di media sosial. Sebab, pengusaha yang seperti itu memiliki pelayanan yang berbeda dengan pengusaha yang mereknya berada di level menengah ke atas, misalnya yang sudah menjual produknya melalui Instagram.
“Pengusaha yang merintis dari awal masih butuh banyak inspirasi, mulai dari bagaimana caranya berbisnis, mendapatkan penjualan dan pesanan pertama,” jelasnya.
CHRISTOFORUS RISTIANTO–CEO Brian Marshal mengobrol dengan karyawannya, di kantor Sirclo, Green Park Office, Serpong, akhir bulan Juni 2018.
Program pemantauan tersebut dibantu oleh tim Sirclo yang terdiri dari empat pilar, yakni tim marketing, business development, support, dan user success. Empat tim ini bertugas memantau perkembangan toko-toko dan berusaha toko tersebut makin sukses.
Selain 30 hari menuju sukses, ada juga program latihan yang dilakukan di cabang Sirclo yang ada di Indonesia, di antaranya Jakarta, Bandung, Jogjakarta, dan Surabaya. Pelatihan tersebut dilakukan sebanyak 1-2 dua kali dalam satu minggu dengan materi yang sama setiap minggunya berupa memulai bisnis daring.
“Pelatihan tersebut gratis, tidak harus menjadi klien Sirclo. Kalau di Jakarta dua kali, di luar itu hanya sekali,” ujar Brian.
Sementara itu, untuk pengusaha yang usahanya berada di level menengah ke atas dan masih mau berkembang, Sirclo biasanya membuat beragam lokakarya seperti cara mengefektifkan iklan penjualan di Facebook atau mengundang institusi yang bergerak dalam bidang keuangan dengan topik modal usaha.
Brian mencontohkan salah satu toko daring yang memulai perjalanannya lewat Sirclo dan kini sudah sukses, yaitu Sale Stock Indonesia. “Ada juga yang sebelumnya menjual barang lewat forum chat lalu beralih membuat web di Sirclo dan sampai sekarang masih bertahan,” ujarnya.
Karya untuk negeri
Sebagai peraih Medali Perunggu International Olympiad in Informatics 2007, Brian mendapat keistimewaan untuk kuliah di Universitas Teknologi Nanyang (NTU), Singapura. Setelah lulus kuliah, dia harus bekerja selama tiga tahun di Singapura.
Setelah itu, Brian merasa harus kembali ke Indonesia untuk menerapkan ilmunya di Tanah Air. Tahun 2013, Brian mulai usaha di bidang teknologi informasi dengan menempati sebuah kamar kos di kawasan Jakarta Pusat. Dari kamar kos itulah muncul ide mendirikan Sirclo.
Brian dibantu empat temannya saat merintis Sirclo. Namun, hingga kini hanya satu temannya yang masih bersama mengembangkan Sirclo. “Sekarang masih ada satu orang teman yang masih kerja di Sirclo dan kini menjadi kepala divisi penjualan. Tetapi, kami masih bertemu dengan teman-teman yang dulu ikut mendirikan usaha ini,” ungkap pria asal Bandung ini.
Ia lantas melakukan riset usaha yang serupa dengan Sirclo di luar negeri. Hasilnya, negara-negara di Benua Eropa sudah memiliki perusahaan sejenis itu.
Selain itu, Brian juga menangkap tren usaha secara daring yang terlihat pada tahun 2013. Akan tetapi, katanya, kendala pengusaha lokal dalam mencoba peruntungan bisnis daring adalah membuat website dan memiliki karyawan yang mempunyai kemampuan di bidang TI.
Ia menambahkan, untuk membuat website melalui perusahaan yang bergerak dalam bidang software development juga cukup lama dan biayanya mahal kala itu.
Di sisi lain, perrkembangan Sirclo juga sempat mengalami hambatan di tahun 2015. Brian bercerita, kala itu, Sirclo sedang mengalami masalah keuangan sehingga melakukan pengurangan jumlah karyawan dari 30 menjadi 16.
“Pengeluaran besar, tapi pendapatan enggak meningkat. Itu cukup parah sampai kami dihadapkan pada dua pilihan, yaitu tutup atau pengurangan jumlah karyawan,” tuturnya.
Alhasil, 16 orang tersebut harus bekerja dua kali lebih banyak dengan pendapatan yang sama namun pengeluarannya yang sedikit. Adapun untuk 12 orang karyawan lainnya diberikan waktu selama satu bulan untuk mencari pekerjaan sebelum meninggalkan Sirclo.
“Sebagai wiraswasta, saya bertanggung jawab akan 12 karyawan ini. Memikirkan gaji terakhir hingga membantu mereka untuk mendapatkan pekerjaan baru,” ujar Brian.
Kini, Brian terus berusaha mengembangkan usaha rintisannya. Selain menyediakan jasa pembuatan laman toko daring, Sirclo juga menyediakan gudang penyimpanan barang yang akan didistribusikan kepada konsumen yang membeli secara daring. (*)
Brian Marshal
Lahir: Bandung, 29 Maret 1989
Pendidikan:
Ilmu Komputer di Nanyang Technological University (NTU) Singapura (2008-2011)
TK-SMA BPK PENABUR Bandung
Karier:
– Konsultan PwC Singapura (2011)
– – Magang di IBM Singapura (2012)
– Analis di MCA Indonesia (2013)
Organisasi:
– Pendiri dan Ketua di Ikatan Alumni Tim Olimpiade Komputer Indonesia (IA-TOKI)
– Presiden di Pelajar Indonesia NTU (PINTU)
Penghargaan;
– IT Youth Award, Singapore Computer Society (SCS) 2011
– Young Leader for Indonesia, McKinsey & Company (YLI) 2010
– Medali Perunggu, International Olympiad in Informatics (IOI) 2007
– Medali Perak, Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2005
MARIA SUSY BERINDRA
Sumber: Kompas, 31 Juli 2018