Anak Indonesia Bicara di Forum Politik Tingkat Tinggi PBB di New York

- Editor

Selasa, 23 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

On 15 July 2019 at UNICEF House in New York, Roslinda speaks at a panel discussion at the event ‘Leave No Child Behind: Achieving the SDFs through investing in the rights of the child’. Roslinda, 14 years old, is a second year Junior High School student from Kopbapari Village, Sumba Island in Indonesia. She leads advocacy activities with her village’s Child Forum to ensure space for child voices and pro-child development programmes in her village. Her village has a high prevalence of stunting and violence against children. The region has also high illiteracy problem, school dropouts, lack of access to basic sanitation and poor clean water supply. Roslinda involved with Wahana Visi Indonesia (partner of World Vision International) activities since 2016 and then selected as child forum coordinator in Kombapari Village since 2018. Through Roslinda  and her friend's advocacy and contribution, her village became one of the first villages in Indonesia that issued a regulation on Children Protection, including child marriage prevention and birth certificate obligation, which resulted in having 100% coverage of birth certificate. She is also leading the Child Forum’s participation at the Village Development Process (musrembangdes), which resulted in securing around 60 million rupiah village funds for the EVAC campaign. Her village also declared its commitment to becoming a Child-Friendly Village. Roslinda is passionate about children’s rights and envisions every child in her village and in Indonesia to be protected from any forms of violence. She is also concerned about the school' dropouts’ problem and believes that all children deserve a better education.

The Governments of Indonesia, Ghana and Viet Nam in partnership with UNICEF, the UN Committee on the Rights of the Child, Plan International, Save the Children, SOS Children’s Villages International, World Vision, and ChildFund Alliance held a breakfast side event at UNICEF House in New York.  As the wor

On 15 July 2019 at UNICEF House in New York, Roslinda speaks at a panel discussion at the event ‘Leave No Child Behind: Achieving the SDFs through investing in the rights of the child’. Roslinda, 14 years old, is a second year Junior High School student from Kopbapari Village, Sumba Island in Indonesia. She leads advocacy activities with her village’s Child Forum to ensure space for child voices and pro-child development programmes in her village. Her village has a high prevalence of stunting and violence against children. The region has also high illiteracy problem, school dropouts, lack of access to basic sanitation and poor clean water supply. Roslinda involved with Wahana Visi Indonesia (partner of World Vision International) activities since 2016 and then selected as child forum coordinator in Kombapari Village since 2018. Through Roslinda and her friend's advocacy and contribution, her village became one of the first villages in Indonesia that issued a regulation on Children Protection, including child marriage prevention and birth certificate obligation, which resulted in having 100% coverage of birth certificate. She is also leading the Child Forum’s participation at the Village Development Process (musrembangdes), which resulted in securing around 60 million rupiah village funds for the EVAC campaign. Her village also declared its commitment to becoming a Child-Friendly Village. Roslinda is passionate about children’s rights and envisions every child in her village and in Indonesia to be protected from any forms of violence. She is also concerned about the school' dropouts’ problem and believes that all children deserve a better education. The Governments of Indonesia, Ghana and Viet Nam in partnership with UNICEF, the UN Committee on the Rights of the Child, Plan International, Save the Children, SOS Children’s Villages International, World Vision, and ChildFund Alliance held a breakfast side event at UNICEF House in New York. As the wor

Roslinda, siswa Kelas 3 SMP asal Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, tampil sebagai salah satu pembicara kunci di High Level Political Forum (HLPF) on Sustainable Development di New York, 9-18 Juli lalu. Di depan sejumlah menteri dari berbagai negara dan pejabat lembaga-lembaga PBB, Roslinda yang baru berusia 14 tahun itu berbicara tentang penghapusan kekerasan terhadap anak (PKTA).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

CHRISTINE NESBITT–Roslinda (14) saat berbicara pada High Level Political Forum (HLPF) on Sustainable Development di New York, AS, Kamis (18/7/2019. Siswa kelas 3 SMP di Sumba Timur itu berbicara tentang isu perlindungan anak termasuk di dalamnya penghapusan kekerasan terhadap anak, pencegahan perkawinan anak, dan pencegahan penelantaran anak.

Selain Roslinda, ada tiga anak lainnya masing-masing dari Mongolia, Lesotho, dan Ghana yang mendapat kesempatan untuk berbicara secara estafet di forum politik tingkat tinggi yang masuk dalam agenda tahunan PBB itu. Wakil anak dari Lesotho berbicara tentang perkawinan anak, dari Mongolia berbicara tentang dampak perubahan iklim terhadap anak.

“Saya fokus bicara tentang penghapusan kekerasan terhadap anak,” kata Roslinda yang biasa disapa Oslin, Senin (22/7/2019) siang di Jakarta atau dua hari setelah ia pulang dari New York. Selama di New York, Oslin didampingi Wahana Visi Indonesia, yayasan sosial kemanusiaan yang bekerja untuk membuat perubahan berkesinambungan pada kehidupan anak, keluarga, dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan.

Oslin juga tampil pada lima sesi pertemuan lain yang menjadi bagian dari rangkaian forum politik tingkat tinggi itu. Pada sesi Leave No Child Behind: Achieving the SDGs through Investing in the Rights of the Child, ia menjadi pembicara kunci bersama para menteri dan delegasi dari berbagai negara, termasuk Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia Bambang PS Brodjonegoro.

Pada sesi Putting Children at The Heart of 2030 Agenda yang dihadiri oleh sejumlah pejabat dari berbagai negara termasuk Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise, Oslin berbicara tentang isu yang sama.

CHRISTINE NESBITT–Roslinda ketika berbicara di salah satu acara yang masuk dalam rangkaian High Level Political Forum (HLPF) on Sustainable Development di New York, 9-18 Juli 2019. Siswa kelas 3 SMP di Sumbawa Timur itu berbicara tentang isu perlindungan anak termasuk di dalamnya penghapusan kekerasan terhadap anak, pencegahan perkawinan anak, dan pencegahan penelantaran anak.

Ia juga bertemu dengan Utusan Khusus Sekjen PBB Urusan Penghapusan Kekerasan terhadap Anak Najat Maala M’Jid. Ia menyampaikan berbagai masalah kekerasan terhadap anak, termasuk penelantaran anak dan perkawinan anak di Indonesia, khususnya di daerah asalnya Sumba Timur. Ia berharap PBB mendorong negara-negara anggota untuk melakukan aksi nyata untuk mengatasi persoalan tersebut.

Direktur Komunikasi Wahana Visi Indonesia Priscilla Christin mengatakan, Oslin dipilih mewakili anak Indonesia di forum politik tingkat tinggi PBB lewat seleksi yang cukup ketat. “Kami menyaring anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia untuk mengikuti focus group discussion tentang anak. Dari situ kami, juri, dan anak-anak yang terlibat memilih Oslin.”

Oslin dipilih karena memiliki pengalaman terlibat dalam advokasi perlindungan anak di desanya di Sumba Timur. Ia adalah ketua Forum Anak di Desa Kombapari, Sumba Timur yang membawa banyak perubahan positif terkait penghargaan terhadap anak. “Dia cerdas, mengusai isu-isu anak, dan memiliki kemampuan berkomunikasi sangat baik,” tambah Priscilla.

Oslin menceritakan, sebelum ada forum anak, kekerasan dan penelantaran terhadap anak sangat muda dijumpai di Desa Kombapari dan sekitarnya. “Dulu di sebuah desa di Sumba Timur ada anak usia 6 tahu yang dijodohkan dengan bapak-bapak. Anak itu mendapat kekerasan dan akhirnya trauma,” katanya.

Selain itu, lanjut Oslin, anak seringkali dimarahi dengan kata-kata kasar, ditampar, bahkan dipukul dengan kayu oleh orangtua atau guru. “Sekarang tidak lagi karena orangtua, guru, dan tokoh agama diajak untuk mengikuti pelatihan pengasuhan anak dengan cinta. Kalau ada masalah dengan anak, kami akan membicarakannya bersama-sama,” ujar Oslin yang terlibat dalam program pelatihan itu.

CHRISTINE NESBITT–Roslinda (berdiri ketiga dari kanan) berfoto bersama sejumlah pejabat dari beberapa negara, yakni (duduk dari kiri ke kanan) Wakil Menteri Perencanaan dan Investasi Vietnam Nguyen Van Trung, Menteri Perencanaan Ghana George Yaw Gyan-Baffour, Menteri Pembangunan Nasional Indonesia Bambang PS Brodjonegoro, Menteri Anak dan Pemuda Irlandia Katherine Zappone, Senin (15/7/2019), di markas UNICEF, New York.

Ia bersama anak-anak yang terlibat di forum anak juga memperjuangkan rumah perlindungan anak bagi anak-anak yang telantar karena orangtuanya pergi menjadi TKI ke luar negeri. Selain itu, forum anak berhasil memperjuangkan akta kelahiran untuk sekitar 200 anak di Desa Kombapari.

“Sekarang semua anak di desa saya sudah punya akta kelahiran yang menjadi syarat untuk masuk sekolah,” kata Oslin. Berkat advokasi Oslin dan forum anak, Desa Kombapari menjadi desa layak anak.

Oslin mengaku mendapat banyak pengetahuan tambahan setelah berbicara di forum politik tingkat tinggi PBB di New York. Dari situ, ia tahu bahwa persoalan yang menimpa anak di berbagai negara banyak macamnya. Di Chile, misalnya, banyak anak yang menderita akibat migrasi. Di negara lainnya, banyak anak menderita karena konflik. Kenyataan ini mempertebal tekad Oslin untuk terus terlibat dalam gerakan advokasi anak.

“Setelah ini, saya akan membagikan pengetahuan saya kepada anak-anak lain. Saya akan ajak teman-teman di sekolah dan guru untuk ikut terlibat dalam gerakan perlindungan anak ,” tegasnya.–BUDI SUWARNA

Sumber: Kompas, 22 Juli 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu
Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia
Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun
Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik
Cerita Sasha Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Unair, Pernah Gagal 15 Kali Tes
Sosok Amadeo Yesa, Peraih Nilai UTBK 2023 Tertinggi se-Indonesia yang Masuk ITS
Profil Koesnadi Hardjasoemantri, Rektor UGM Semasa Ganjar Pranowo Masih Kuliah
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Kamis, 28 September 2023 - 15:05 WIB

Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu

Kamis, 28 September 2023 - 15:00 WIB

Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia

Kamis, 28 September 2023 - 14:54 WIB

Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:43 WIB

Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB