AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

- Editor

Minggu, 16 Februari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Seiring dengan kemajuan pesat di bidang teknologi, Artificial Intelligence (Al/kecerdasan buatan) semakin berkembang pesat. Masyarakat di seluruh dunia pun terpukau dengan kehadiran produk AI yang cakupannya semakin luas dalam berbagai sektor pembangunan, termasuk pelayanan publik, kesehatan, dan pendidikan.

Dirangkum dari laporan WriterBuddy, terdapat lebih dari 24 miliar kunjungan ke 50 alat AI teratas pada September 2022 hingga Agustus 2023. Dari 24 miliar kunjungan tersebut, Amerika Serikat mendominasi sebagai pengguna AI terbanyak dengan 5,5 miliar kunjungan, diikuti oleh India dengan 2,1 miliar kunjungan dan Indonesia di posisi ketiga dengan 1,4 miliar kunjungan.

Dirilis pada November 2022, ChatGPT, chatbot AI dari OpenAI yang memiliki kemampuan menjawab pertanyaan apapun telah menjadi alat berbasis AI yang paling populer. Laporan yang sama mencatat ChatGPT telah berhasil menarik 14 miliar kunjungan, atau 60% dari traffic 50 tool AI teratas. Hingga akhir tahun 2024 lalu, raksasa teknologi dunia terus berlomba mengembangkan AI pada produk dan layanannya masing -masing. Meta, misalnya, perusahaan induk WhatsApp dan Instagram meluncurkan Meta AI pada September 2024 lalu. Kini fitur tersebut telah tersedia di WhatsApp maupun Instagram.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Meta AI bisa digunakan untuk mencari atau membuat sesuatu yang diinginkan hanya dengan memasukan prompt melalui kata-kata dan chatbot itu akan memprosesnya dan menampilkan sesuai dengan perintah yang dibuat oleh penggunanya. Meta kian agresif menjadikan asisten AI sebagai bagian penting dalam aplikasinya. Dalam video yang diunggah di Instagram pribadinya, founder sekaligus bos Meta, Mark Zuckerberg, menyebut kalau Meta AI kini telah dipakai oleh hampir 600 juta pengguna aktif bulanan.

Selain Meta, juga ada Google yang telah merilis model AI terbarunya, yaitu Gemini 2.0 pada Rabu (11/12/2024).

Melansir dari The Verge, Gemini 2.0 hadir sekitar 10 bulan setelah peluncuran versi 1.5 dan masih berada dalam tahap “pratinjau eksperimental.” Gemini 2.0 tidak hanya lebih efisien dalam menjalankan tugas -tugas, tetapi juga dapat melakukan hal-hal baru yang sebelumnya tidak bisa dilakukan. Model terbaru ini dapat menghasilkan audio dan gambar secara asli, memperkenalkan kemampuan multimoda yang memungkinkan AI menangani berbagai jenis data sekaligus. “Gemini 2.0 adalah sebuah langkah besar menuju era agen AI. Kami melihat 2025 sebagai titik awal yang sebenarnya untuk masa depan berbasis agen,” kata CEO Google DeepMind, Demis Hassabis seperti dikutip Bisnis Tekno.

Kini AI telah menjadi topik yang hangat diperbincangkan oleh kalangan akademisi dan berbagai forum, termasuk dalam konteks hubungan internasional. Menurut Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), AI merujuk pada sistem berbasis mesin yang menghasilkan keluaran seperti prediksi, konten, rekomendasi atau keputusan, baik secara eksplisit maupun implisit, melalui input yang diterimanya, dan memiliki potensi untuk mempengaruhi lingkungan fisik atau virtual.

Prinsip Kerja AI
Sementara itu menurut Guru Besar Universitas Telkom Bandung, Prof Udin Saparudin, AI adalah sistem komputer yang mampu berpikir dan berperilaku cerdas dengan cara meniru konsep, cara berpikir dan perilaku manusia. Istilah AI pertama kali muncul pada tahun 1956, saat diadakan Dartmouth Summer Research Project on Artificial Intelligence di Dartmouth College, Hanover, New Hampshire, Amerika Serikat. Konferensi ini diprakarsai oleh John McCarthy, seorang ilmuwan komputer dari Massachusetts Institute of Technology, yang juga dianggap sebagai “bapak kecerdasan buatan.

“AI muncul dari kebutuhan manusia untuk menciptakan solusi cerdas yang dapat bekerja lebih baik, lebih cepat, dan lebih efisien dalam berbagai aspek kehidupan. Adapun prinsip kerja AI yaitu knowledge acquisition dan experience acquisition. Model yang sekarang umum digunakan adalah Neural Network. Pendekatan untuk knowledge acquisition disebut expert system. Sedangkan pendekatan untuk experience acquisition disebut machine learning. Teknologi ini (AI) berupaya mengatasi tantangan kompleks, meningkatkan kualitas hidup, dan memperluas potensi penemuan baru,” beber Prof Udin Saparudin kepada Majalah Gontor.

Lanjut Prof Udin Saparudin menjelaskan, secara umum sesuai dengan tujuan AI yakni membantu manusia dalam berfikir, AI dapat membantu manusia dalam hal mengingat sesuatu (memori), AI membantu mengambil keputusan yang kompleks, AI membantu memecahkan masalah, dan lain-lain. Para pakar mulai membagi AI menjadi dua bagian, yakni Weak AI dan Strong AI. Weak AI dengan perkembangan sampai dengan hari ini mampu secara parsial dan tipikal meniru pikiran dan perilaku manusia.

“Ke depan riset AI adalah Strong AI, di mana AI mampu meniru pikiran manusia secara general (artificial general intelligence). Jika AI digunakan untuk tujuan kebaikan tentu menjadi peluang bagi umat manusia, tetapi sebaliknya jika AI dibuat untuk tujuan keburukan tentu akan menjadi ancaman bagi umat manusia,”tegasnya.

AI Sebagai Peluang
Di tengah antusiasme masyarakat terhadap potensi besar teknologi AI, Menteri Komunikasi dan Digital RI, Meutya Hafid menilai AI sebagai potensi besar untuk memacu kreativitas dan inovasi di berbagai sektor. “InsyaAllah, karya-karya inovatif berbasis AI dari Indonesia akan terus bermunculan, meski saat ini teknologi inti masih banyak diimpor,” ujar kata Meutya Hafid dalam keterangan resmi dikutip Jum’at (10/1/2025).

Meutya juga menyampaikan komitmennya untuk mengawal pengembangan AI di Indonesia agar dilakukan secara kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab. Bahkan pihaknya sedang meramu kebijakan yang tidak hanya berbasis data dan regulasi, tetapi juga mempertimbangkan rasa dan kepentingan bersama. “Kami ingin memastikan bahwa AI membawa manfaat besar bagi Indonesia, sambil tetap melindungi kepentingan masyarakat luas,”ujarnya.

Menurutnya, saat ini Eropa menjadi salah satu model terbaik dalam pengelolaan teknologi AI, dengan pendekatan yang seimbang antara inovasi dan pengawasan. “Kita belajar dari pengalaman negara lain, seperti Eropa, yang telah lebih dulu mengembangkan kebijakan untuk mengelola AI. Dari situ, kita bisa mengambil pelajaran berharga untuk merumuskan kebijakan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia,” jelasnya.

Perkembangan teknologi digital yang demikian pesat juga telah direspon Pemerintah melalui peluncuran Kerangka Ekonomi Digital Nasional pada tahun 2023 dengan memproyeksikan AI dan semikonduktor menjadi komponen inti dari strategi ekonomi digital Indonesia saat ini dan di masa depan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan bahwa transformasi teknologi menjadi kunci untuk membuka potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan mempercepat tiga mesin ekonomi yakni dengan merevitalisasi mesin ekonomi konvensional, menggerakkan mesin ekonomi baru, dan memperkuat ekonomi Pancasila.

Selain memprakarsai dan meluncurkan Roadmap Making of Indonesia 4.0 untuk merevitalisasi sektor manufaktur dan bertransformasi menjadi kekuatan besar dalam revolusi industri keempat melalui transformasi teknologi, dalam Keketuaan ASEAN 2023 Menko Airlangga juga telah meluncurkan Digital Economic Framework Agreement (DEFA) dalam upaya meningkatkan perekonomian di kawasan ASEAN.

Lebih lanjut, Pemerintah telah membentuk satuan tugas terkait semikonduktor untuk mempercepat pengembangan ekosistem semikonduktor di tanah air. Dalam waktu dekat, Indonesia akan memperluas kapasitas Assembly, Testing & Packaging (ATP) lokal dan pengembangan talenta berketerampilan tinggi.”Setiap pengembangan AI maupun semikonduktor di belalcangnya ada puluhan manusia. Jadi ini justru akan menambah lapangan pekerjaan dengan skill yang berbeda-beda,” jelas Menko Airlangga dalam keterangan resmi yang dikutip Jumat (10/1/2025).

Oleh Muhammad Khaerul Muttaqien

Disalin dari: Majalah Gontor, Sya’ban 1446H/ Februari 2025

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Berita ini 12 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:44 WIB

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Berita Terbaru

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB

Berita

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:44 WIB