Riset Teripang LIPI Menjanjikan

- Editor

Sabtu, 9 Mei 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tahun Ini, Tim Targetkan Senyawa Aktif
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia memelopori inovasi riset yang berujung pada suplemen makanan dan obat dari hewan laut teripang. Produk dari biota laut yang melimpah di Indonesia itu berpeluang menggantikan produk impor dari Malaysia.


Selama ini, selain Malaysia, beredar luas suplemen makanan berbasis teripang dari Amerika Serikat. Malaysia juga memproduksi pangan berbahan gamat (bahasa Malaysia untuk teripang) dalam bentuk jeli.

Oleh karena itu, riset menghasilkan suplemen makanan dan obat dari teripang merupakan upaya menghadirkan substitusi impor. LIPI juga memilih jenis teripang (Stichopus vastus) yang sangat jarang dikonsumsi dan bernilai ekonomi rendah agar tidak berbenturan dengan kebutuhan pangan masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI menjadikan riset teripang tersebut sebagai salah satu program berkelanjutan periode 2015-2019. “Bioteknologi kelautan merupakan unggulan P2O. Untuk lima tahun mendatang, karena anggaran terbatas, kami fokus menggarap teripang dulu,” kata Pelaksana Harian Kepala P2O LIPI Dirhamsyah, Jumat (8/5), di Jakarta.

tripang-emasDi level internasional, biota-biota laut Indonesia diincar sejumlah negara. Mereka ingin bekerja sama mengkaji potensi manfaat biota laut di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian potensi manfaat biota laut, termasuk teripang, mendesak dilakukan guna mengamankan kekayaan hayati Indonesia.

Sekretaris Kelompok Penelitian Budidaya dan Bioprospeksi Laut P2O LIPI Tutik Murniasih menambahkan, industri dalam negeri sama sekali belum memulai pengkajian teripang agar menghasilkan produk bernilai tambah.

Suplemen makanan
Peneliti kimia bahan alam laut pada P2O LIPI, Abdullah Rasyid, menulis potensi pemanfaatan spesies teripang tersebut sebagai suplemen makanan dan diterbitkan dalam jurnal ilmiah Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, Agustus 2014. Sebagai sampel, Rasyid mengumpulkan delapan individu Stichopus vastus dengan total bobot basah 2,5 kg dari Teluk Ratai, Lampung Selatan, Lampung, pada Juni 2013.

Menurut dia, spesies itu berpotensi unggul dijadikan suplemen makanan karena tinggi protein dan rendah lemak. Teripang juga mengandung antioksidan sehingga membantu mempertahankan kekebalan tubuh.

“Efek samping calon suplemen masih dalam penelitian, tetapi kemungkinan besar tidak ada mengingat selama ini konsumsi teripang oleh masyarakat aman,” ujar Rasyid.

Ia melanjutkan, meskipun teripang jenis Stichopus vastus masih melimpah, P2O LIPI menyiapkan kajian budidaya jenis tersebut di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tujuannya, saat produksi massal suplemen makanan sudah berjalan, produsen tidak kesulitan bahan baku dan bisa mendapatkan teripang dewasa. Teripang dengan bobot minimal 200 gram per individu adalah yang sudah optimal untuk dimanfaatkan karena sudah menghasilkan senyawa aktif.

Tutik mengatakan, purwarupa suplemen makanan berbahan teripang yang siap diproduksi massal ditargetkan selesai 2016. Setelah itu, LIPI akan menawarkan purwarupa kepada industri. “Saat ini, kami masih harus menjalankan uji toksikologi (keamanan suplemen), termasuk uji invivo pada tikus, serta selanjutnya memproses paten,” ujarnya.

Pelindung saraf
Selain suplemen makanan, P2O LIPI juga menargetkan adanya obat berbahan senyawa aktif dari teripang Stichopus vastus, khususnya obat pelindung saraf (neuroprotective agent). Ratih Pangestuti, peneliti bioteknologi kelautan P2O LIPI, menargetkan purwarupa obat pelindung saraf tersebut siap tahun 2017.

Riset dijalankan bersama Pusat Penelitian Biologi LIPI dengan anggaran Rp 300 juta-Rp 400 juta per tahun dan jangka waktu tiga tahun. Tahun ini, tim peneliti menargetkan memperoleh senyawa aktif (marker) spesifik berpotensi bahan baku obat pelindung saraf, terutama mencegah kematian sel saraf.

Fokusnya pada pencegahan, bukan pengobatan, terhadap sejumlah penyakit terkait saraf, seperti tekanan darah tinggi, stroke, dan alzheimer. Riset obat berbahan teripang dari area tropis belum ada. (JOG)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Mei 2015, di halaman 13 dengan judul “Riset Teripang LIPI Menjanjikan”.

Posted from WordPress for Android

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB