Mantan rektor sekaligus Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang Sudharto P Hadi, yang baru saja mengakhiri masa jabatannya sebagai rektor, menerbitkan buku Bekerja dengan Cinta: Catur Warsa Membangun Undip Rumah Kita. Isinya semacam buku harian berisi suka duka Sudharto empat tahun sebagai rektor. Jabatan rektor, kata dia, merupakan jabatan untuk “menakut-nakuti”.
“Ada kata-kata ‘Dilarang Menginjak Rumput’ atau ‘Dilarang Berjualan di
Sini’ misalnya, diakhiri dengan kata-kata ‘Tertanda, Rektor’, padahal saya tidak tahu soal itu,” ujarnya di kediamannya di Tembalang, Semarang, Sabtu (18/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, jabatan rektor juga jabatan yang sunyi. Ia mencontohkan, ketika ada program bersepeda ke kampus, ia kadang bersepeda seorang diri. Kadang hanya ditemani seorang dosen. Hingga suatu ketika pensiunan pejabat Pemerintah Provinsi Jateng bertemu dan menyapa mengaku heran.
“Kata dia, kalau yang bersepeda itu bupati, atau wali kota, atau gubernur, pasti yang mengikuti banyak sekali. Rektor itu jabatan yang sunyi. Kadang-kadang saya juga menghadiri berbagai kegiatan seorang diri tanpa didampingi,” kata Sudharto.
Meski demikian, ia mengaku bahagia selama menjadi rektor. Pengalaman mulai dari mendapat penghargaan kalpataru, menghadapi orang yang mencoba menyuap, pentas wayang orang, hingga kebiasaan makan di warung yang tetap dilakukan sekalipun menjabat sebagai rektor. Soal makan di warung mungkin untuk mengimbangi kesunyiannya sebagai rektor. (UTI)
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 April 2015, di halaman 32 dengan judul “Jabatan yang Sunyi”.