Ketika Joko Susilo berhasil memompa air, warga yang sudah lama kekeringan terlihat sangat gembira. Situasi seperti itu membuat Joko terus menekuni profesi sebagai pembuat pompa air hydram.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI—-Joko Susilo, produsen pompa hydram dari Temanggung, Jawa Tengah.
Bekerja sebagai produsen hydraulic ram pump atau pompa hydram, tidak sebatas dijalankan oleh Joko Susilo (53) untuk mencari keuntungan. Lebih dari itu, ia juga meniatkan kerjanya untuk tugas kemanusiaan. Ia sering berbagi ilmu tentang pompa hydram agar warga bisa membuat sumur sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Joko memberikan ilmu soal pompa hydram secara gratis di rumahnya di Desa Karanggedong, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Sebelum pandemi, tamu-tamu yang ingin belajar padanya mengalir setiap bulan. Pompa hydram adalah pompa hidrolik yang mengandalkan kekuatan terjunan air. Pompa itu bisa mengalirkan air dari sumber air yang ada di lokasi rendah ke rumah-rumah warga yang berada di atasnya.
Tidak hanya memberi ilmu, ia menyilakan tetamu yang perlu penginapan untuk menggunakan kamar di rumahnya. “Setiap tamu yang datang saya perbolehkan untuk menginap dan makan gratis di rumah, sesuai kebutuhan mereka,” ujarnya, Rabu (24/3/2021).
Sebagian dari tetamu yang sering datang berasal dari kalangan pelajar, guru, dosen, mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di berbagai daerah. Mereka biasanya datang untuk kebutuhan tugas belajar atau melakukan penelitian tentang pompa hydram.
Khusus untuk kalangan akademisi, Joko mengaku senang dengan kunjungan mereka. Selain belajar, para akademisi terebut biasanya membeli beberapa unit pompa hydram untuk dipasang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. “Pompa yang dibeli dan ilmu yang didapatkan, langsung mereka teruskan dan terapkan di masyarakat,” tambah Joko.
Kelompok tamu lainnya adalah warga, calon pelanggan yang ingin membeli pompa hydram, namun terlebih dahulu ingin berkonsultasi perihal cara kerja dan pemasangannya. Sebagian datang dari daerah yang jauh, antara lain Pulau Buru, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Tidak hanya berhenti saat tatap muka, Joko melayani konsultasi untuk mereka melalui telepon atau media sosial.
Tugas tambahan
Ketika diminta memasang pompa hydram di beberapa daerah, Joko kerap mendapat tugas tambahan jika proyek itu tidak didukung oleh masyarakat. Ia mesti menjelaskan soal pompa hydram dan meyakinkan manfaatnya. “Saya harus sabar karena warga biasanya baru percaya setelah melihat contoh terlebih dahulu,” ujarnya.
Situasi seperti itu antara lain ia hadapi saat memasang pompa hydram di Bajawa, NTT. Saat itu ia diminta memasang pompa oleh pemerintah desa, tapi proyek itu ternyata ditolak oleh warga,. Joko berusaha meyakinkan warga dengan membangun instalasi sementara. Setelah melihat bahwa pompa tersebut nyata mengalirkan air, barulah warga mau bergotong royong memasang instalasi permanen untuk kebutuhan desa.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI—Joko Susilo di bengkelnya di Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Rabu (24/3/2021).
Kesulitan lain muncul karena pemasangan pompa hydram seringkali dilakukan di daerah pedalaman dengan akses jalan buruk. Apapun yang ia hadapi, Joko berusaha menikmati. Ketika air yang ia pompa mengalir, ia akan sangat senang karena air itu memberi kebahagiaan kepada banyak orang.
Hal itu ia saksikan saat memasang pompa hydram di Bengkayang, Kalimantan Barat. Ia melihat betapa warga sangat suka cita mendapatkan air dan langsung memeluk dan menyalami Joko. Padahal, warga tersebut sedang menderita luka bakar di sekujur tangannya.
“Saya sungguh terharu karena kebahagiaannya mendapatkan air dari pompa hydram bisa menutupi luka perih yang sebenarnya sedang ia derita,” ujarnya.
Di tempat lain di NTT, Joko bahagia mendengar cerita dari salah seorang kepala desa bahwa warga sangat bersyukur mendapatkan aliran air dari pompa hydram. Mereka merayakan momen itu dengan memandikan sepasang lansia yang sudah 10 tahun tidak mandi karena kesulitan mendapatkan air.
Susah air
Joko tahu bagaimana berartinya air. Betapa tidak Joko semasa kecil dibesarkan di lingkungan yang susah air di Desa Karanggedong. Sumber air di desanya saat itu berada sekitar 200-300 meter di bawah permukiman. Karena itu, sejak kecil Joko sering ditugaskan mengambil air di sana dan membawanya ke rumah.
Ketika ia duduk di bangku SD, Joko mendengar cerita warga tentang sebuah pompa hydram, peninggalan masa penjajahan Belanda. Pompa itu bisa menyedot air dari bawah dan mengalirkannya ke atas. Sayangnya, pompa itu hilang dan tidak diketahui keberadaannya.
Cerita itu terus melekat dalam pikiran Joko. Gambaran tentang pompa tersebut akhirnya baru terwujud saat dirinya duduk di bangku Kelas II SMK. Di halaman terakhir salah satu buku pelajaran, tertera gambar skema water hammer pump yang selama ini dicari-cari warganya. Joko tergerak untuk mencoba membuat pompa itu meski ia tak memiliki pengetahuan teknis soal pompa.
Ia mencoba bertanya kepada banyak orang yang mengerti soal pompa. Berbekal penjelasan banyak orang, ia mencoba membuat pompa pertamanya dengan bahan kayu. Pompa itu lantas diuji coba dengan menyedot air dai sebuah sumber dan mengalirkannya ke sawah yang berada setengah meter di atasnya. Percobaan itu lumayan berhasil meski belum sempurna.
Selepas lulus SMK pada 1986, Joko terus menguji dan memodifikasi pompa hydram. Berniat serius menekuni usaha pompa hydram, ia melepaskan pekerjaan di sebuah perusahaan air minum yang sempat dijalaninya selama setahun. Setelah sekitar 10 tahun bergulat dengan pompa, ia akhirnya mulai berani menerima pesanan dari tetangga sekitar.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI—Joko Susilo bekerja bersama para karyawannya di bengkelnya di Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Rabu (24/3/2021).
Tahun 2000, saat mendapatkan pesanan 15 mesin pompa dari Pemerintah Kabupaten Temanggung, Joko mulai mempekerjakan seorang karyawan, dan saat ini berkembang menjadi tiga karyawan. Saat ada banyak permintaan, dia merekrut lebih banyak orang, dari warga sekitar untuk terlibat dalam aktivitas produksi. Pesanan demi pesanan terus mengalir dari sejumlah daerah, mulai Aceh hingga Merauke.
Joko terus berupaya mengembangkan pemasaran melalui media sosial mapun situs milik teman. Belakangan ia menjual pompa hydram melalui marketplace.
Pemasaran dengan metode konvensional dari mulut ke mulut juga terus berjalan. Dari berbagai upaya promosi tersebut, sejak tiga tahun lalu, pompa hydram Joko telah mampu menembus pasar luar negeri. Sedikitnya lima kali ia mengirim pompa buatannya ke Malaysia dan Timor Leste.
Joko yang merupakan lulusan SMK jurusan teknologi pengolahan hasil pertanian, mengaku, dirinya tidak pernah terpikir untuk menggeluti usaha membuat pompa hydram. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa pompa buatannya akan disukai oleh banyak orang, bahkan hingga mampu dikirim ke luar negeri.
Namun, dalam perjalanannya, dia semakin menyukai pekerjaan itu, karena apa yang ia lakukan bisa mendatangkan kebahagiaan bagi orang lain.
Joko Susilo
Lahir: Temanggung, 9 September 1967
Istri: Yulaika (45)
Anak:
Fransiska Christy (24)
Jordan Joshua Chriaty (6)
Oleh REGINA RUKMORINI
Editor: BUDI SUWARNA
Sumber: Kompas, 3 April 2021