SDM Unggul Berkeindonesiaan

- Editor

Kamis, 12 September 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Para pekerja menyelesaikan proyek konstruksi sebuah gedung di kawasan Senayan, Jakarta, beberapa waktu yang lalu. Persatuan Insinyur Indonesia (PII) meminta pemerintah memberikan ruang bagi pelaku industri, termasuk di bidang konstruksi, Indonesia semakin berkiprah menggarap pasar dalam negeri. Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pasar jasa konstruksi di Indonesia pada 2014 mencapai 278 miliar dollar AS atau senilai Rp 3.530 triliun dengan asumsi nilai tukar Rp 12.700 per dollar AS.

Kompas/Hendra A Setyawan (HAS)
13-02-2015

Para pekerja menyelesaikan proyek konstruksi sebuah gedung di kawasan Senayan, Jakarta, beberapa waktu yang lalu. Persatuan Insinyur Indonesia (PII) meminta pemerintah memberikan ruang bagi pelaku industri, termasuk di bidang konstruksi, Indonesia semakin berkiprah menggarap pasar dalam negeri. Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pasar jasa konstruksi di Indonesia pada 2014 mencapai 278 miliar dollar AS atau senilai Rp 3.530 triliun dengan asumsi nilai tukar Rp 12.700 per dollar AS. Kompas/Hendra A Setyawan (HAS) 13-02-2015

Peringkat perguruan tinggi (PT) Indonesia di dunia saat ini menduduki posisi ratusan. Hal ini mendorong berbagai kajian tentang cara tercepat untuk mendongkrak peringkat ini ke puluhan, bahkan nomor satu dunia.

Dapatkah impian ini direalisasikan dengan kondisi dan lingkungan pendidikan dan penelitian di Indonesia saat ini, setidaknya dalam kurun lima tahun ke depan? Ada banyak cara paling ekstrem hingga cara yang semestinya dilakukan sebagai negara dan bangsa yang memikirkan bagaimana wajah ideal pendidikan dan penelitian kita.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA–Pengunjung mencari informasi di Stan Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya pada Surabaya Great Expo 2019 di Exhibition Hall Grand City, Surabaya, Kamis(15/9/2019). Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka HUT ke 726 Kota Surabaya dan HUT ke-74 Kemerdekaan Indonesia menjadi tempat pelaku UMKM dalam menampilkan hasil kerajinannya. Kegiatan diikuti oleh 187 stan dari berbagai daerah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pertama, kita harus tahu latar belakang pemberian peringkat PT di dunia yang tak lepas dari suatu bisnis besar lembaga pemeringkatan dunia untuk menyedot dana sebesar-besarnya dari PT di dunia, ‘hanya’ dari mengumpulkan informasi PT dan membuat peringkat. Sehingga, PT di dunia harus menyediakan dana cukup besar untuk meladeni agar dapat menempatkan diri atas permintaan “pasar pemeringkatan” dunia ini, sementara banyak PT kita masih kembang kempis melakukan proses waras ajar (pendidikan) dan penelitian karena keterbatasan dana.

Bersamaan hal di atas, pemerintah mendorong PT dan institusi penelitian menghasilkan sesuatu yang dapat mendukung peningkatan produksi oleh industri yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas kehidupan rakyat, budaya, bangsa, dan negara, khususnya SDM unggul dan infrastruktur pendukungnya sebagai sasaran utama kabinet mendatang.

KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO–Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Nofita Fitri Kurniasih (21), Rahma Fauzia Madaningrum (21), dan Nuvidian Khasanah (22), mengembangkan penelitian lendir bekicot untuk dimanfaatkan sebagai pasta gigi guna mencegah karies yang ditandai dengan gigi berlubang. Mereka membuat inovasi pasta gigi ”Gelecot Toothpaste”, di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (2/8/2019).

Pertama, kita harus tahu latar belakang pemberian peringkat PT di dunia yang tak lepas dari suatu bisnis besar lembaga pemeringkatan dunia untuk menyedot dana sebesar-besarnya dari PT di dunia, ‘hanya’ dari mengumpulkan informasi PT dan membuat peringkat.

Hal ini sama dengan tujuan PT dan institusi penelitian di negara-negara besar dan maju, hanya bedanya industri di negara kita tak banyak yang punya litbang yang baik dan menjalankan fungsinya sesuai pembentukannya. Bahkan setiap penulis berkunjung ke litbang-litbang sipil dan militer hingga pelosok negeri ini, yang terdengar adalah kelakaran “sulit berkembang (litbang)”.

Ini beda dengan negara maju, di mana industri banyak permintaan, tetapi memberi dana ke institusi pendidikan dan penelitian. Istilahnya “mau beri mulut, tetapi harus beri uang”. Sedangkan industri di dalam negeri Indonesia “maunya beri mulut saja, tetapi tidak mau keluar uang”. Ini jelas tidak fair dan adil bagi para peneliti dan staf pengajar di Indonesia.

Kita harus membuat lingkungan penelitian dan industri yang saling dukung, dalam bentuk penyediaan SDM dan hasil penelitian yang unggul untuk meningkatkan kualitas dan jumlah produksi di industri, sehingga akhirnya keuntungan industri harus sebagian (besar) dikembalikan untuk penelitian produk-produk baru selanjutnya.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO–(dari kiri ke kanan) Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Pelaksana Tugas Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengunjungi Stasiun penyedia listrik umum (SPLU) milik PLN dalam pameran dan parade kendaraan bermotor listrik di Kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (31/8/2019). Kegiatan tersebut menjadi salah satu upaya dalam menyukseskan program percepatan penggunaan kendaraan berbasis elektrik yang telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019.

Sedangkan industri di dalam negeri Indonesia “maunya beri mulut saja, tetapi tidak mau keluar uang”.

Tak beres
Ada sesuatu yang tidak beres di negeri ini walau telah merdeka 74 tahun, tetapi jumlah dan mutu hasil keluaran penelitian dan pendidikan kita jalan di tempat, bahkan sudah terlewati oleh negara lain yang jelas merdeka lebih muda dari Indonesia. Bila dilihat dari populasi dunia dan tingkat kemajuan PT dan institusi penelitian kita, kita sudah ditendang jauh hari. Apakah kita akan tetap menjadi pemain cadangan saja di luar lapangan, atau malah hanya jadi penonton saja di kompetisi pendidikan dan penelitian dunia saat ini?

Kadang kasihan melihat kiprah peneliti dan staf pengajar Indonesia di dunia yang masih jauh dibanding negara-negara sekeliling kita. Kita negara besar dengan jumlah populasi yang sangat besar, tetapi pada di mana kontribusi mereka kepada dunia? Walau pemerintah sudah menggencarkan pengiriman dosen dan mahasiswa beberapa tahun ini, sepertinya antara pemerintah dan pelaku penelitian dan warah ajar belum mempunyai persepsi yang sama.

Kita semua punya tujuan bersama untuk memosisikan Indonesia nomor satu di dunia, pada saat pemerintah mempunyai tujuan meningkatkan mutu SDM dan lapangan kerja lewat penguatan industri, sedangkan institusi pendidikan dan penelitian menjadi pemangku tugas sebagai penyedia SDM berkualitas dan berbagai jenis ‘produk’ yang dapat dijual. Jujur saja, selama ini arah vektor pemerintah dan institusi pendidikan dan penelitian seakan beda dan saling tak mau tahu, sehingga pemerintah dan semua institusi tak mendapatkan target yang berimbas pada peningkatan peringkat kita di dunia.

KOMPAS/MUCHAMAD ZAID WAHYUDI–Pelaksana Tugas Direktur Kawasan Sains, Teknologi dan Lembaga Penunjang Lainnya, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Kemal Prihatman (kanan) dan Kepala Subdirektorat Kawasan Sains dan Teknologi, Kemristekdikti Yani Sofyan (kiri) menunjukkan sejumlah produk yang dihasilkan oleh sejumlah Kawasan Sains dan Teknologi binaan Kemristekdikti di Jakarta, Kamis (22/8/2019). Produk tersebut antara lain teh putih, jus buah noni atau mengkudu, helm dari limbah tandan buah segar sawit, minyak kemenyan sebagai pengikat aroma parfum, hingga sejumlah aplikasi teknologi informasi.

Walau pemerintah sudah menggencarkan pengiriman dosen dan mahasiswa beberapa tahun ini, sepertinya antara pemerintah dan pelaku penelitian dan warah ajar belum mempunyai persepsi yang sama.

Berdasarkan pengalaman penulis yang berkiprah di dunia penelitian dan pendidikan, khususnya bidang penginderaan jarak jauh (remote sensing), sehingga produk, hasil penelitian, dan SDM (mahasiswa dan peneliti bimbingannya) yang dihasilkan telah bekerja di berbagai lembaga ruang angkasa dunia (ESA, JAXA, KARI, NSPO, Lapan, dan lain-lain) dan perguruan tinggi dunia lainnya.

Agar kondisi penelitian dan pendidikan di Indonesia membaik secara paket hemat, ada beberapa usaha perubahan seperti di bawah ini.

“Frontier” bukan “follower”
Setiap kita melahirkan dan menciptakan sesuatu pasti punya tujuan, demikian juga institusi pendidikan dan peneliti. Kedua institusi ini pada hakikatnya harus jadi ujung tombak (frontier) pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia yang bersumber dari kearifan (lokal maupun global) penemunya. Selama ini pemimpin bidang penelitian dan pendidikan kita sering mendengungkan istilah “mengejar ketertinggalan”. Ketertinggalan secara fisik tak masalah, tetapi saat kita menanamkan modal dan memulai suatu program untuk mengejar ketertinggalan itu, maka kita sudah tertinggal kembali dan hanya buang-buang dana saja, dan negeri yang kita cintai ini terus jadi pengikut (follower) institusi-institusi dunia lain.

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Peserta PIRN XVIII mengumpullan data riset dengan mewancarai narasumber yang relevan di kawasan adat Desa Osing di Desa Kemiren, Banyuwangi, Selasa (25/6/2019). Selain terjun ke lapangan mengumpulkan data yang dibutuhkan, peserta akan mrnganalisa, dan mempresentasikan hasil riset.

Kedua institusi ini pada hakikatnya harus jadi ujung tombak (frontier) pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia yang bersumber dari kearifan (lokal maupun global) penemunya.

Konsekuensi sebagai frontier, kita harus selalu berpikir hal-hal baru yang dapat bersumberkan dari cara pikir dan tata cara networking Indonesia yang original di dunia. Kita harus menciptakan hal-hal baru yang dapat dikontribusikan untuk Indonesia, Asia, hingga dunia. Pada saat hasil pemikiran dan produk kita dipakai di dunia, kita jadi frontier di situ.

Kebetulan penulis orang Jawa (Kartasura, Solo), hingga saat ini masih berusaha menjaga baik tata krama dan cara pikir Jawa dalam penelitian radar untuk pesawat, pesawat tanpa awak, hingga satelit di tingkat dunia, yang hasilnya telah dipakai beberapa lembaga ruang angkasa dunia, di mana orang asing menghargai pengejawantahan budaya Jawa dalam produk tingkat tinggi dunia.

Masih banyak sekali produk dan pemikiran daerah Indonesia yang ‘Only One’ yang dapat dikemas dan “dijual” sebagai produk tingkat tinggi dunia, dan jelas dapat menjadi sumber devisa negara, dan pendapatan ini dapat diputar kembali untuk penguatan SDM dan infrastruktur pendidikan, dan penelitian di masa depan Indonesia.

KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA–Proses produksi baterai lithium ion di Unit Produksi Baterai Lithium, Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, Jawa Tengah, Jumat (31/5/2019). Produksi baterai lithium ini merupakan hasil riset tim peneliti UNS.

Kita harus menciptakan hal-hal baru yang dapat dikontribusikan untuk Indonesia, Asia, hingga dunia.

Peringkas sistem kepegawaian
Kita sadar sistem kepegawaian kita sangat rumit dibanding negara maju, berdasarkan pengalaman penulis sebagai PNS Indonesia dulu. Proses perekrutan panjang, rumit, melelahkan, dan hasil SDM terpilih belum tentu dapat bersaing di kancah dunia, khususnya peneliti dan staf pengajar. Dari pengamatan terhadap peneliti dan staf pengajar Indonesia yang akan melanjutkan ke Jepang untuk program Master dan Doktor sejak 2005, banyak calon mahasiswa yang kurang baik (siap) dibanding calon dari Asia Tenggara dan Asia Selatan, padahal mereka peneliti dan staf pengajar di institusi penelitian dan PT yang jelas hasil saringan sistem kepegawaian Indonesia.

Peneliti dan staf pengajar di PT dan lembaga penelitian, bagaikan otak atau lembaga think tank suatu negara, jadi harus benar-benar dibuat lingkungan persaingan yang cepat, jujur, bebas, bersih, dan berprestasi. Agar kita benar-benar dapat bibit peneliti dan staf pengajar yang baik, perlu dibangun sistem kepegawaian yang ringkas, bebas, transparansi, dan meluas.\

Agar kita benar-benar dapat bibit peneliti dan staf pengajar yang baik, perlu dibangun sistem kepegawaian yang ringkas, bebas, transparansi, dan meluas.

Sistem saat ini jangankan mengangkat rektor asing, pengangkatan staf pengajar asing saja sangat sulit. Kita perlu menerapkan sistem pengangkatan dan sirkulasi (perpindahan) peneliti dan pengajar secara nasional yang lebih mudah antar lembaga penelitian dari/ke/antar PT, sehingga setiap orang mudah bersaing untuk jadi peneliti dan staf pengajar terbaik.

Kriteria dan persyaratan yang jelas, adil, dan transparan untuk perekrutan pegawai dengan tim penilai yang netral dari pihak administrasi, staf peneliti senior, staf ahli bidang serupa dari lembaga peneliti lain dan asosiasi bidang kajian kandidat dll. Sehingga, setiap PT dan lembaga penelitian dapat memperoleh peneliti dan staf pengajar terbaik untuk setiap lowongan, serta sirkulasi peneliti dan staf pengajar nasional yang cepat dapat kita realisasikan.

Bahkan kita dapat lakukan sistem bedol ‘desa’ atau transmigrasi internasional laboratorium untuk dapat hasil penelitian terkini dunia, dengan merekrut laboratorium lengkap dengan profesor, staf, dan mahasiswanya dibawa ke Indonesia. Ini cara paling cepat meningkatkan jumlah dan kualitas paper hasil dari Indonesia, dan paten bisa dimiliki institusi (negara) Indonesia.

Kita perlu menerapkan sistem pengangkatan dan sirkulasi (perpindahan) peneliti dan pengajar secara nasional yang lebih mudah antar lembaga penelitian dari/ke/antar PT, sehingga setiap orang mudah bersaing untuk jadi peneliti dan staf pengajar terbaik.

Perkuat peran diaspora.
Pemerintah lewat Kemenristekdikti telah mengadakan berbagai program cendikia diaspora untuk menghubungkan PT di luar negeri asal diaspora dengan PT-PT di Indonesia. Skema pendanaan untuk kerja sama peneliti dalam negeri dengan para diaspora juga sudah mulai dirintis, dan sangat baik. Hal ini akan lebih cantik bila dihubungkan dengan litbang-litbang teknis di departemen hingga pemerintah daerah, agar mereka dapat belajar bagaimana sebenarnya peran litbang hingga dapat akses ke informasi dunia, dan dapat kontribusi untuk Indonesia dan dunia secara nyata.

Independensi publikasi karya ilmiah
Karya ilmiah dalam bentuk tulisan atau paper bukanlah hasil akhir suatu proses penelitian atau kajian. Jujur, masyarakat bahkan peneliti kita sendiri masih banyak yang meremehkan publikasi karya ilmiah, karena diangkat sebagai hasil akhir setiap penelitian. Paper sangat penting sebagai catatan, referensi, duplikasi, dan pemasyarakatan suatu hasil penelitian, sehingga perlu dinilai dan dipublikasikan oleh instansi yang independen dan netral. Sehingga setiap paper atau hasil publikasi harus diterbitkan di jurnal yang punya obyektivitas dan netralitas tinggi.

Pemerintah punya peran penting menciptakan sistem pengawasan jurnal di bawah masyarakat ilmiah sesuai bidangnya, bukan di bawah suatu PT atau institusi penelitian seperti saat ini. Kemenristek perlu turun tangan untuk mengatur dan menaungi masyarakat ilmiah (asosiasi) dan mendukungnya untuk memperkuat bidang-bidang kajian di PT, lembaga penelitian, dan masyarakat untuk mempertahankan kualitas setiap jurnal yang mempublikasikan hasil-hasil riset peneliti, staf pengajar, industri, dan masyarakat dari Indonesia dan dunia.

KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–pembukaan Sidang Komisi C Majelis Senat Akademik (MSA) PTN-BH, di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (1/4/2019). Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, yang membuka sidang itu, meminta perguruan tinggi melakukan restrukturisasi organisasi.

Oasis iptek dunia
Selama ini peneliti, staf pengajar, hingga mahasiswa masih banyak mengacu pada iptek dari luar negeri. Padahal Indonesia punya banyak sekali hint atau sumber ide untuk penelitian tingkat dunia. Arah vektor penguatan pendidikan dan penelitian kita harus bersumberkan “keindonesiaan”, yaitu penelitian khas Indonesia dan menjadikannya tren dunia. Cara pikir, budaya, alam Indonesia perlu dikaji lebih dalam dan diejawantahkan ke dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern hingga masa depan. Bila perlu setiap pengajuan proposal penelitian harus mencantumkan kriteria apa untuk memperkaya dan kontribusi terhadap alam, budaya, dan pemikiran khas Indonesia.

Penulis selama ini menggunakan hint dari alam Indonesia, misalnya bentuk daun untuk menciptakan berbagai antena tipis mobile ground station satellite communications satelit ETS-VIII Jepang, suara jangkrik untuk synthetic aperture radar (SAR) yang telah dipasang di pesawat CN235MPA TNI-AU, satelit mikro lembaga ruang angkasa Jepang (JAXA), pesawat pengamat bencana Taiwan (NSPO), satelit observasi bumi Korea (KARI), satelit mikro Eropa (ESA) untuk observasi bumi dan sensor ruang angkasa masa depan.

KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA–Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhamad Nasir (kedua dari kiri) bersama Gubernur Bali I Wayan Koster (tengah) bersama-sama akan melepaskan poster peluncuran Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-24 di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala Renon, Denpasar, Bali, Kamis (21/2/2019). Provinsi Bali menjadi tuan rumah peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-24 yang puncaknya dilaksanakan 10 Agustus 2019.

Kita perlu arahkan penelitian kita untuk menggali nilai alam, budaya, dan pemikiran khas Indonesia lebih dalam, dan mempublikasikannya sebanyak mungkin ke dunia internasional, sehingga nanti kian banyak peneliti asing yang mengacu ke hasil penelitian peneliti Indonesia, akhirnya dapat mengangkat nama peneliti dan bangsa Indonesia, alias promosi gratis di dunia iptek. Akhirnya harkat martabat peneliti kita akan terangkat, dan niscaya suatu saat ada peraih penghargaan Nobel dari Indonesia.

(Josaphat Tetuko Sri SumantyoGuru Besar Chiba University, Jepang, Anggota Dewan Pakar Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE), Penerima Penghargaan Ikon Prestasi Pancasila 2019 (BPIP))

Sumber: Kompas, 12 September 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Jurnal ‘Legality’ Milik Fakultas Hukum UMM Kini Terindeks Scopus
Jurnal Hukum Unissula Terindeks Scopus, Jadi Rujukan Dosen dan Pakar Internasional
Publikasi Scopus Diminta Dihapus Jadi Persyaratan Wajib Guru Besar
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:05 WIB

Jurnal ‘Legality’ Milik Fakultas Hukum UMM Kini Terindeks Scopus

Minggu, 20 Agustus 2023 - 08:53 WIB

Jurnal Hukum Unissula Terindeks Scopus, Jadi Rujukan Dosen dan Pakar Internasional

Minggu, 20 Agustus 2023 - 08:49 WIB

Publikasi Scopus Diminta Dihapus Jadi Persyaratan Wajib Guru Besar

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB