Opensource Pilihan yang Menjanjikan

- Editor

Sabtu, 30 Maret 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SIAPA yang tidak kenal software (piranti lunak) bajakan di Indonesia? Kalaupun ada orangnya, jumlahnya mungkin Sedikit sekali. Karena menurut data dari studi tahunan Business Software Alliance (BSA), pada tahun 2001 tingkat pembajakan piranti lunak di Indonesia mencapai 88 persen. Jumlah ini merupakan ketiga tertinggi di dunia, dan pasti bukan prestasi yang patut dibanggakan.

Di sisi lain, jika memakai software secara legal, harganya tidak terjangkau bagi rata-rata orang Indonesia, apalagi setelah adanya krisis ekonomi yang sampai sekarang belum juga berakhir. Tetapi, ternyata ada alternatif lain yang murah dan legal, bahkan mungkjn lebih handal daripada software yang dipakai sekarang.

Umumnya, sistem operasi komputer yang terpasang di Indonesia adalah Windows buatan Microsoft, dan dapat dipastikan sebagian besar adalah tidak legal. Alternatif yang lain adalah sistem operasi Open Source. Yang dimaksud dengan Open Source adalah, selain mendapatkan bentuk binary (executable), Source code juga disertakan dalam distribusinya sehingga bisa dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. Adanya model Open Source ini, semua orang bisa memberikan kontribusi, walaupun misalnya hanya dengan menerjemahkan manual ke dalam bahasa lokal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sistem operasi alternatif yang cukup terkenal adalah Linux. Linux mempunyai banyak sekali varian, di antaranya yang paling banyak digunakan orang adalah RedHat, Caldera, Mandrake, SuSE, Debian, dan . Slackware. Selain itu, ada juga varian berukuran 1-2 disket seperti AlfaLinux, Fd Linux, LOAF, dan lain-lain yang cocok untuk komputer-komputer model lama. Begitu banyaknya varian Linux, sehingga sempat muncul joke suatu saat nanti jumlah distribusi Linux akan melebihi jumlah penggunanya.

Selain Linux, FreeBSD juga merupakan sistem operasi yang masuk dalam kategori Open Source ini. Walaupun tidak terkenal seperti Linux, banyak orang yang lebih mempercayakan sistem operasi FreeBSD untuk server karena dianggap lebih aman dan handal. FreeBSD mempunyai dua varian, yaitu OpenBSD dan NetBSD. Linux dan FreeBSD masih berada dalam satu keluarga Unix, sehingga mereka mempunyai banyak kemiripan, bahkan paket-paket aplikasi yang ada dalam CD distribsi banyak yang sama.

Proses instalasi sistem operasi Open Source tersebut tidaklah sesulit yang dibayangkan. Pada sebuah artikel di Harian Kompas edisi 22 Maret 2002 ditulis bahwa menginstal Mandrake 8.1 lebih mudah dibandingkan dengan menginstal Windows XP. Rata-rata sistem operasi Linux/ FreeBSD versi terbaru mempunyai kemampuan plug and play, sehingga tidak ada kesulitan berarti saat melakukan instalasi. Sistem operasi Linux/FreeBSD dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko komputer hanya dengan mengganti ongkos penggandaan CD.

Desktop
Untuk melakukan pekerjaan sehari-hari seperti mengetik dokumen, melakukan perhitungan, dan membuat presentasi, diperlukan aplikasi office yang mempunyai kemampuan setara dengan Microsoft Office. Tersedia cukup banyak pilihan aplikasi office untuk Open Source, di antaranya StarOffice, KOffice, Gnome Office, dan lainnya. Artikel ini ditulis dengan menggunakan aplikasi OpenOffice, aplikasi office bagi Open Source berbasis Java. Untuk keperluan migrasi, aplikasi-aplikasi office tersebut menyediakan fasilitas untuk membaca dan menulis ke dalam format Microsoft Office. Paket KOffice dan Gnome Office biasanya sudah ada dalam CD distribusi.

Di zaman serba Internet seperti sekarang ini, browser dan e-mail client sudah menjadi kebutuhan mendasar. Mozilla, Netscape, dan Opera menyediakan suatu paket yang terdiri dari browser, e-mail client, dan buku alamat dengan tampilan yang cukup menarik. Seperti halnya aplikasi office, tersedia juga opsi untuk mengimpor email berformat Microsoft Outlook.

Untuk aplikasi desktop lainnya, hampir semua aplikasi yang ada di Windows ada padanan aplikasi Open Source nya. Misalnya, Adobe PhotoShop dengan GIMP dan Blender, Winamp dengan X11Amp atau XMMS, Windows Media Player dengan mplayer, Free cell dengan Mahjong’, dan masih banyak lagi. Belum lagi ditambah aplikasi kecil-kecil yang disediakan di CD distribusi, misalnya aplikasi astronomi, biologi, dan kimia. Membuat homepage sendiri, baik untuk pribadi maupun untuk korporasi sudah menjadi hal yang sangat umum sekarang ini. Sebenarnya membangun server web sendiri juga tidak susah, karena paket-paket aplikasi yang diperlukan telah ada dalam CD distribusi, Hanya dengan menginstal paket Apache dan PHP serta sekitar 30 menit membaca manual dan melakukan konfigurasi, jadilah sebuah web server. Menambahkan back end database pun juga dilakukan dengan menginstal paket database PostgreSQL atau MySQL. Paket-paket yang ada dalam CD distribusi ternyata juga juga cukup untuk membuat intranet sendiri. Untuk sebuah intranet, dibutuhkan paket qmail atau postfix untuk mail server, bind atau djbdns untuk DNS, squid untuk proxy, dan ipfw untuk firewall. Bila penggunanya tidak terlalu banyak, semuanya bisa diinstal dalam satu komputer. Tentu saja dibutuhkan pengetahuan tentang network komputer yang memadai untuk melakukan hal ini, yang untungnya dokumentasi aplikasi tersebut cukup memadai.

Membuat aplikasi sendiri
Adakalanya aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan tidak tersedia. Bila ada sedikit kemampuan untuk programming, membuat aplikasi sebenarnya bukan sesuatu yang sulit. Dengan adanya komunitas Open Source, proses pengembangan aplikasi tidak harus dimulai dari nol. Cari saja aplikasi Open Source yang agak mendekati kebutuhan, lalu dilakukan modifikasi sehingga bisa memenuhi kebutuhan. Bukannya tidak mungkin bahwa dengan cara ini, pengalaman akan teknik-teknik baru dalam pemrograman akan bertambah dengan pesat setelah melihat teknik pemrograman orang lain.

Seandainya saja aplikasi yang diinginkan tidak tersedia, memulai membangun aplikasi tersebut dan ”melemparnya” sebagai aplikasi Open Source juga tidak ada salahnya. Karena statusnya yang Open Source tersebut, akan banyak orang dari seluruh dunia yang akan memberikan kontribusi dalam pengembangan aplikasi tersebut. Dengan demikian, pengembangan aplikasi akan menjadi lebih cepat karena dikerjakan oleh banyak orang. Pengalaman penulis sendiri sudah membuktikan hal ini.

Salah satu site yang menjadi tempat berkumpulnya komunitas open source adalah SourceForge (http://sourceforgemet). Di site SourceForge telah terkumpul lebih dari 50.000 aplikasi dan terdaftar sekitar 500.000 developer dari seluruh dunia. Aplikasi yang terkumpul sangat beragam, mulai dari Enterprise Resource Planning seperti Compiere dan Nola, Accounting, Database, sampai aplikasi Game dan Chat. SourceForge memberikan hosting gratis untuk aplikasi tersebut beserta source code-nya, di samping menyediakan fasilitas yang memadai untuk kerja tim. Di antara aplikasi-aplikasi yang terdaftar, ternyata ada juga yang masih berupa konsep. Bisa jadi penggagasnya sedang menunggu programmer sukarelawan. Contoh kasus, misalnya kita menginginkan sebuah aplikasi groupware yang berisi sistem untuk mengatur acara (event), buku alamat, anggota tim, proyek, pekerjaan, e-mail, dan dokumen. Setelah dicari di SourceForge, ditemukan sebuah aplikasi yang cukup menarik, yaitu TUTOS. Status pengembangan TUTOS sudah mencapai tahap ke-5 (stabil), dokumen lengkap, dan memakai bahasa yang relatif mudah, yaitu PHP.

Setelah diinstaI di kantor, ternyata menu dalam bahasa Inggris menyulitkan para pegawai. Karena source code tersedia, dengan mudah dapat dimodifikasi menjadi bahasa Indonesia. Beberapa lama kemudian, adanya sebuah Bulletin Board System (BBS) dirasa perlu untuk ‘menunjang produktivitas. Setelah dicari, ditemukan phpBB. Karena memakai bahasa yang sama, tidak perlu waktu yang lama, phpBB bisa diintegrasikan dengan TUTOS sehingga kebutuhan kita terpenuhi. Begitu juga jika ada kebutuhan lainnya, sebisa mungkin tidak perlu memulainya dari nol, sehingga mempercepat proses pengembangan aplikasi.

Melihat potensi Open Source yang cukup menjanjikan, bukannya tidak mungkin semuanya bisa digantikan dengan produk dari kategori ini, Walaupun dalam lisensinya disebutkan tidak ada jaminan aplikasi akan berjalan dengan baik, kenyataannya banyak di antara aplikasi-aplikasi tersebut yang lebih baik performanya dibandjngkan dengan aplikasi sejenis yang komersial. Diharapkan dengan adanya komunitas Open Source, tingkat pembajakan software di Indonesia bisa berkurang.

Azrul Azwar, Staf peneliti di Computer Network Research Group (CNRG)–ITB, Bandung

Sumber: Kompas, Senin, 25 November 2002

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Apa Itu Big Data yang Didebatkan Luhut Vs Mahasiswa
Gelar Sarjana
Berita ini 15 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB