Kehidupan Karang Multispesies Lebih Sehat

- Editor

Senin, 28 Januari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Morotai, Ekowisata Selam Bersama Hiu
Perairan Morotai di Maluku Utara masih memiliki kesehatan ekosistem terumbu karang yang baik. Ini ditunjukkan dengan kehadiran ikan hiu sirip hitam (black tip) dalam penyelaman di beberapa titik selamnya. Seperti Kamis (13/9/2018) sekelompok ikan hiu sirip hitam menyambut penyelam di perairan Pulau Mitita, sekitar 40 menit dari Daruba (Ibukota Kabupaten Morotai). Menurut rencana, perairan ini serta beberapa area lain di Morotai akan menjadi kawasan konservasi perairan (KKP) untuk memperkuat/memperluas KKP Pulau Rao yang telah dibentuk sejak 2012. KKP Pulau Rao seluas 330 hektar akan diperluas menjadi 58.011 ha yang terdiri ekosistem terumbu karang, mangrove, dan tempat bersarang penyu. 
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO (ICH)
13 SEPTEMBER 2018

Morotai, Ekowisata Selam Bersama Hiu Perairan Morotai di Maluku Utara masih memiliki kesehatan ekosistem terumbu karang yang baik. Ini ditunjukkan dengan kehadiran ikan hiu sirip hitam (black tip) dalam penyelaman di beberapa titik selamnya. Seperti Kamis (13/9/2018) sekelompok ikan hiu sirip hitam menyambut penyelam di perairan Pulau Mitita, sekitar 40 menit dari Daruba (Ibukota Kabupaten Morotai). Menurut rencana, perairan ini serta beberapa area lain di Morotai akan menjadi kawasan konservasi perairan (KKP) untuk memperkuat/memperluas KKP Pulau Rao yang telah dibentuk sejak 2012. KKP Pulau Rao seluas 330 hektar akan diperluas menjadi 58.011 ha yang terdiri ekosistem terumbu karang, mangrove, dan tempat bersarang penyu. KOMPAS/ICHWAN SUSANTO (ICH) 13 SEPTEMBER 2018

Sebuah studi baru menunjukkan, karang hidup sehat apabila berdampingan dengan spesies karang lain. Kehilangan satu spesies karang dapat berdampak pada jenis spesies yang lain. Ini menunjukkan keanekaragaman jenis karang dalam perairan merupakan faktor penting untuk menjaga kesehatan ekosistem terumbu karang.

Di perairan lepas pantai Pasifik Fiji, dua peneliti laut dari Georgia Institute of Technology, Amerika Serikat, mengumpulkan kelompok karang semua spesies yang sama pada 36 meja atau plot. Kemudian, 16 bulan kemudian, para peneliti memeriksa kondisi karang tersebut.

Destinasi Wisata Baru – Sekumpulan hiu paus bergerombol mengitari perahu-perahu tradisional yang membawa pengunjung di Pantai Botubarani, Bone Bolango, Gorontalo, Kamis (14/4). Pengaturan wisata minat khusus ini perlu diatur agar tak membahayakan fauna dilindungi ini serta keselamatan pengunjung.
Kompas/Ichwan Susanto (ICH)
14 April 2016

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO–Perairan Morotai di Maluku Utara masih memiliki kesehatan ekosistem terumbu karang yang baik. Ini ditunjukkan dengan kehadiran ikan hiu sirip hitam (black tip) dalam penyelaman di beberapa titik selamnya. Seperti pada 3 September 2018, sekelompok ikan hiu sirip hitam menyambut penyelam di perairan Pulau Mitita, sekitar 40 menit dari Daruba (ibu kota Kabupaten Morotai). Menurut rencana, perairan ini serta beberapa area lain di Morotai akan menjadi kawasan konservasi perairan (KKP) untuk memperkuat/memperluas KKP Pulau Rao yang telah dibentuk sejak 2012. KKP Pulau Rao seluas 330 hektar akan diperluas menjadi 58.011 ha yang terdiri ekosistem terumbu karang, mangrove, dan tempat bersarang penyu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketika Cody Clements, satu dari dua peneliti, pertama kali turun dan memeriksanya, matanya langsung melihat sesuatu yang baru. ”Plot-plot dengan satu spesies ’tersapu habis’, dan mereka ditumbuhi alga,” kata Clements, dalam Sciencedaily, 23 Januari 2019.

Tubuh karang berwarna coklat menunjukkan jaringan sel telah mati. Pada bagian skeleton lainnya telah memutih atau dalam proses kematian.

Sebagai pembanding, Clements, peneliti pascadoktoral dan penulis laporan, juga mengumpulkan 12 kelompok karang dengan campuran tiga spesies, yaitu kelompok keanekaragaman hayati. Pada waktu pengamatan yang sama, karang dengan polikultur memiliki pertumbuhan yang sehat.

Penelitian menunjukkan, keanekaragaman hayati berkontribusi bagi kelangsungan hidup karang. Selain itu, kehilangan keanekaragaman hayati dapat membahayakan kelangsungan spesies karang.

Keanekaragaman hayati berkontribusi bagi kelangsungan hidup karang. Kehilangan keanekaragaman hayati dapat membahayakan kelangsungan spesies karang.

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Ecology & Evolution 2019 dengan judul ”Biodiversity Enhances Coral Growth, Tissue Survivorship and Suppression of Macroalgae”. Penulisnya Cody S Clements dan Mark E Hay.

”Ini adalah eksperimen awal untuk melihat apakah kami akan mendapatkan hasil awal, dan kami berhasil,” kata peneliti utama Mary Hay, profesor di Sekolah Ilmu Biologi Georgia Institute of Technology.

Ia mengatakan, selama bertahun-tahun terjadi kematian terumbu sehingga mengurangi variasi spesies karang dan membuat terumbu karang lebih homogen. Namun, lanjutnya, ilmu pengetahuan masih tidak cukup memahami tentang bagaimana keanekaragaman hayati karang membantu terumbu karang bertahan hidup.

Morotai, Ekowisata Selam Bersama Hiu
Perairan Morotai di Maluku Utara masih memiliki kesehatan ekosistem terumbu karang yang baik. Ini ditunjukkan dengan kehadiran ikan hiu sirip hitam (black tip) dalam penyelaman di beberapa titik selamnya. Seperti Kamis (13/9/2018) sekelompok ikan hiu sirip hitam menyambut penyelam di perairan Pulau Mitita, sekitar 40 menit dari Daruba (Ibukota Kabupaten Morotai). Menurut rencana, perairan ini serta beberapa area lain di Morotai akan menjadi kawasan konservasi perairan (KKP) untuk memperkuat/memperluas KKP Pulau Rao yang telah dibentuk sejak 2012. KKP Pulau Rao seluas 330 hektar akan diperluas menjadi 58.011 ha yang terdiri ekosistem terumbu karang, mangrove, dan tempat bersarang penyu.
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO (ICH)–13 SEPTEMBER 2018

GEORGIA TECH / CODY CLEMENTS–Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Ecology & Evolution 2019 dengan judul ”Biodiversity Enhances Coral Growth, Tissue Survivorship and Suppression of Macroalgae” menunjukkan karang yang hidup berdampingan dengan jenis karang lain memiliki kehidupan sehat dibanding karang yang hidup dengan jenis karang yang sama. Laporan ini ditulis Cody S Clements dan Mark E Hay. Tampak plot-plot atau meja karang yang menjadi penelitian mereka di Karibia.

Dalam penelitian ini, Clements menempatkan 48 meja yang ditanam karang. Setiap meja atau plot diisi dengan 18 karang. Sejumlah 12 meja diisi spesies A, 12 meja diisi spesies B, dan 12 meja diisi spesies C, serta sejumlah 12 meja diisi spesies A, B, dan C.

Semua meja berisi spesies gabungan A, B, dan C tampak tumbuh bagus. Hanya monokultur spesies Acropora millepora yang memiliki pertumbuhan baik pada 16 bulan. Namun, spesies ini rentan terhadap penyakit, pemutihan, predator, dan gelombang. Dalam jangka waktu lama, spesies ini diperkirakan akan membutuhkan pertolongan spesies lain untuk mengatasi kerentanannya tersebut.

Informasi dalam studi ini dapat membantu para ahli ekologi menata kembali terumbu yang hancur dengan karang. Upaya-upaya rehabilitasi terumbu karang di masa lalu sering menggunakan spesies tunggal sehingga tak heran karang tersebut sulit bertahan. Hasil riset ini menunjukkan upaya rehabilitasi berupa ”penanaman” kembali karang-karang tersebut akan lebih berhasil dengan jenis karang bervariasi.

Tutupan berkurang drastis
Penelitian ini dilandasi pengamatan Hay akan tutupan karang yang berkurang drastis selama empat dekade. ”Sangat mengejutkan betapa cepatnya karang Karibia jatuh. Pada 1970-an dan awal 1980-an, karang terdiri dari sekitar 60 persen tutupan karang hidup,” kata Hay.

Tutupan karang menurun secara dramatis sepanjang 1990-an dan kini sekitar 10 persen di seluruh Karibia. Ia masih ingat pada masa lalu menemukan terumbu karang beragam jenis serta tumbuh kompleks seperti blok-blok perkotaan. Namun kini, katanya, sebagian besar terumbu Karibia lebih terlihat seperti tempat parkir dengan beberapa karang jarang tersebar di sekitarnya.

Clements pun menyebutkan fakta menyedihkan kondisi terumbu karang di Pasifik. Sekitar setengah dari tutupan karang hidup menghilang di sana antara awal 1980-an dan awal 2000-an dengan penurunan yang semakin cepat.

”Dari 1992 hingga 2010, Great Barrier Reef, yang bisa dibilang merupakan sistem terumbu yang dikelola terbaik di Bumi, kehilangan 84 persen,” kata Clements.

Ia menggarisbawahi ini semua tak termasuk peristiwa pemutihan terbaru di Great Barrier Reef yang membunuh sebagian besar karang setempat dalam dua tahun terakhir.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 24 Januari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB