Makin Terbukti, Hubungan Medsos dengan Kesepian

- Editor

Rabu, 23 Januari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

laman Twitter, Senin (1/2). Situs media sosial berlambang burung ini menunjukkan tanda-tanda kemunduran selama beberapa tahun terakhir. Berdasarkan  data yang dirilis oleh sebuah perusahaan analisis 7Park Data, jumlah pengguna Twitter, khususnya di Amerika, terus merosot.

Kompas/Agus Susanto (AGS)
1-2-2016

laman Twitter, Senin (1/2). Situs media sosial berlambang burung ini menunjukkan tanda-tanda kemunduran selama beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data yang dirilis oleh sebuah perusahaan analisis 7Park Data, jumlah pengguna Twitter, khususnya di Amerika, terus merosot. Kompas/Agus Susanto (AGS) 1-2-2016

Media sosial sering menjadi tempat berkomunikasi orang kesepian. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan, orang yang mendapat pengalaman negatif di media sosial, meningkatkan potensi kesepian atau terisolasi. Perasaan kesepian itu berhubungan dengan tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan depresi.

laman Twitter, Senin (1/2). Situs media sosial berlambang burung ini menunjukkan tanda-tanda kemunduran selama beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data yang dirilis oleh sebuah perusahaan analisis 7Park Data, jumlah pengguna Twitter, khususnya di Amerika, terus merosot.
Kompas/Agus Susanto (AGS)
1-2-2016

KOMPAS–laman Twitter, Senin (1/2/2016), salah satu jenis medsos yang populer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penelitian berjudul “Pengalaman Positif dan Negatif di Media Sosial dan Persepsi Sosial yang Dipersepsikan” itu dimuat dalam American Journal of Health Promotion yang juga dipublikasikan sciencedaily.com 22 Januari 2019. Penelitian dilakukan tim ilmuwan Universitas Pittsburgh, AS.

Penelitian dibuat berdasarkan penelitian tahun 2017 yang mengindikasikan lebih banyak penggunaan media social (medsos) dikaitkan dengan meningkatnya perasaan kesepian.

Dalam abstrak penelitian disebutkan, tujuan riset ini adalah menguji hubungan antara pengalaman positif dan negatif di medsos dan persepsi isolasi sosial atau perceived social isolation (PSI). Peserta penelitian adalah sebanyak 1.178 mahasiswa Universitas Virginia Barat. Mereka berusia 18 hingga 30 direkrut pada Agustus 2016, dengan usia rata-rata 20,9 tahun. Sebanyak 62 persen peserta adalah perempuan. Peserta menyelesaikan survei daring untuk menilai penggunaan medsos dan PSI.

Cyber bullying kerap dialami remaja melalui media sosial atau perangkat teknologi informasi lainnya. Cyber Bulling yang berkepanjangan mengganggu kondisi kejiwaan remaja antara lain memicu stres.–Kompas/Lucky Pransiska (UKI)–12-08-2015

KOMPAS–Remaja adalah kelompok yang aktif bermedsos.

Peneliti menilai pengalaman positif dan negatif pada medsos dengan secara langsung meminta peserta memperkirakan berapa persentase pengalaman medsos mereka masing-masing melibatkan pengalaman positif dan negatif.

Hasilnya, setiap peningkatan 10 persen dalam pengalaman positif tidak secara signifikan terkait dengan isolasi sosial. Namun, setiap 10 persen peningkatan pengalaman negatif dikaitkan dengan peningkatan 13 persen dalam peluang PSI.

Peneliti menyimpulkan, memiliki pengalaman positif pada medsos tidak terkait dengan isolasi sosial yang lebih rendah, sedangkan memiliki pengalaman negatif pada medsos dikaitkan dengan isolasi sosial yang lebih tinggi. Temuan ini konsisten dengan konsep bias negatif, yang menunjukkan bahwa manusia cenderung memberikan bobot lebih besar untuk entitas negatif dibandingkan dengan yang positif.

KOMPAS–Kesepian berhubungan dengan penggunaan medsos.

“Media sosial tentang menghubungkan orang. Jadi, mengejutkan dan menarik bahwa penyelidikan kami mengungkapkan media sosial terkait dengan kesepian,” kata Brian Primack, peneliti Universitas Pittsburgh.

Ia menjelaskan, isolasi sosial yang dipersepsikan, yang merupakan sinonim dari kesepian, dikaitkan dengan hasil kesehatan yang buruk, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan depresi. “Karena media sosial begitu luas, sangat penting bagi kita untuk lebih memahami mengapa ini terjadi dan bagaimana kita dapat membantu orang menavigasi media sosial tanpa banyak konsekuensi negatif,” ujar Primack.

Namun, peneliti mengakui bahwa tidak jelas apakah orang yang merasa kesepian mencari pengalaman medsos yang negatif. Ada kecenderungan bagi orang untuk memberikan bobot yang lebih besar pada pengalaman dan sifat negatif dibandingkan dengan yang positif.

KOMPAS/A TOMY TRINUGROHO–Seorang warga di Tangerang Selatan, Banten, Minggu (7/5/2017), sedang mengakses media sosial melalui telepon seluler.

“Pengalaman negatif seperti argumen media sosial dapat dengan cepat meningkat dan meninggalkan kesan traumatis yang abadi. Mungkin juga orang yang terisolasi secara sosial condong ke arah penggunaan media sosial yang melibatkan interaksi negatif,” kata Jaime Sidani, peneliti Universitas Pittsburgh lainnya.

Meskipun tim peneliti merekomendasikan studi lebih lanjut untuk lebih menjelaskan dan mereplikasi penelitian mereka, temuan ini cukup kuat untuk intervensi mengurangi perasaan kesepian yang terkait dengan penggunaan medsos.

Oleh SUBUR TJAHJONO

Sumber: Kompas, 23 Januari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB