Ekspedisi Pinisi Petakan Potensi Masyarakat Pesisir

- Editor

Senin, 7 Januari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa yang digelar Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (Iskindo) dan Yayasan Makassar Skalia memasuki trip kedua, 3 sampai 18 Januari 2019. Program ini berwujud pelayaran mengelilingi sebagian wilayah Indonesia dengan pinisi selama delapan bulan, 18 Desember 2018 hingga 17 Agustus 2019.

Pada trip kedua, kapal layar yang mengangkut 12 awak itu, kini menelusuri rute Kendari-Molawe, Konawe Utara-Pulau Labengki-Lameruru-Bungku, Morowali-Donggi-Luwuk-Ampana, Tojo Una-Una-Pulau Togean-Torosiaje-Gorontalo-Bitung. Sebelumnya, pada trip pertama, mereka menelusuri Makassar-Bulukumba-Pulau Kabaena, Bombana-Teluk Lianabanggai, Buton Tengah-Baubau-Raha-Pulau Saponda-Kendari.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA–Para pembuat perahu pinisi di Tana Beru, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Bulukumba salah satu sentra pembuatan kapal pinisi yang terkenal di seluruh dunia. Beberapa negara di Eropa, Amerika hingga Afrika pernah memesan perahu di Bulukumba.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Koordinator Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa, Moh Abdi Suhufan, mengungkapkan, dua temuan penting terkait kondisi masyarakat pesisir yang disinggahi. Untuk pembuatan kapal pinisi, di Bulukumba (Sulawesi Selatan), misalnya, terjadi krisis bahan baku. Kayu bitti (Vitex cofassus) yang layak dipakai belum masif dibudidayakan. Akibatnya, terjadi peningkatan ongkos produksi karena bahan baku terpaksa didatangkan dari luar provinsi.

Perlu ada program nasional atau provinsi Sulsel yang mendukung ketersediaan bahan baku kayu yang diperoleh dari budidaya dan penyediaan lahan hutan di wilayah seperti Bulukumba, Sinjai, dan Selayar. Berdasarkan keterangan Cabang Dinas Kehutanan Bulukumba, potensi hutan rakyat di Bulukumba seluas 21.843 hektar sementara di Sinjai 8.686 hektar, dan Selayar ada 15.000 hektar.

Di samping itu, ditemukan perubahan perubahan geomorfologi, diduga karena perubahan iklim dan penangkapan ikan dengan bom. Kondisi seperti ini ditemukan di Pulau Saponda (Sulawesi Tenggara).

Ketua umum Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia, Zulficar Mochtar mengatakan bahwa tema pelayaran trip 1 adalah tentang optimalisasi pemanfaatan pulau-pulau kecil sebagai asset pembangunan. “Kami ingin ada formula pembangunan yang tepat, berkeadilan, dan tetap memberi perlindungan bagi masyarakat. Dalam hal ini pemerintah dapat mengelola pulau-pulau kecil sebagai sumber pendapatan negara” kata Zulficar.

Hal ini tidak mudah sebab kebijakan pembangunan saat ini belum memberi perhatian dan prioritas yang jelas tentang upaya apa yang akan dilakukan pemerintah untuk tata kelola pulau kecil yang jumlahnya ribuan.

KOMPAS/MOHAMAD FINAL DAENG–Kapal pinisi dalam program “Pinisi Bagi Negeri”, tengah berlayar di perairan Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (12/4/2017). “Pinisi Bagi Negeri”, kolaborasi antara Yayasan Makassar Skalia dan PT Toyota Astra Motor, menjalankan program edukasi maritim dan konservasi terumbu karang untuk pelajar dan mahasiswa di Makassar.

Pelayaran ini bermisi penyadaran akan sejarah maritim dan pinisi, teknik berlayar, pendidikan lingkungan, serta edukasi kebencanaan. “Ada misi pendidikan karakter bangsa yang ingin kita bangkitkan dalam program ini,” kata Abdi menambahkan. (*/NAR)–NASRULLAH NARA

Sumber: Kompas, 7 Januari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB