SAAT ini di pasaran banyak beredar berbagai merk pasta gigi dengan berbagai keunggulan produk masing-masing. Ada yang menawarkan dengan keunggulan napas segar sepanjang hari, gigi lebih cemerlang, napas segar lebih lama, gigi putih kuat napas segar meyakinkan, lebih ampuh mencegah gigi berlubang, ada juga yang menawarkan dengan pasta gigi berenzim. Namun semua itu pasti tidak ketinggalan akan mempromosikan sebagai pasta gigi yang mengandung fluoride, baik sebagai gel fluoride, bifluoride maupun fluorigard.
Tentunya kita sebagai konsumen berhak untuk menentukan, mana dari banyak macam pasta gigi tersebut yang sesuai dengan kondisi kita. Baik kondisi kesehatan mulut (khususnya gigi) maupun kondisi keuangan. Kiranya tak ada salahnya jika kita sebagai konsumen terlebih dahulu mengetahui lebih dahulu manfaat apa yang akan kita peroleh sebelum kita menentukan pilihan.
Dengan beragamnya merk pasta gigi, kita semakin diuntungkan dengan banyaknya pilihan. Lain halnya pada zaman dahulu, di mana pasta gigi belum banyak macamnya seperti sekarang dan harga yang masih relatif mahal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bersih tapi merusak
Pada waktu itu orang masih banyak yang mempergunakan bubuk batu bata atau bubuk arang dan sikat gigi dari sabut kelapa. Hal ini juga dapat membuat gigi kita bersih, namun sabut kelapa dan bubuk batu bata sebagai bahan abrasif (penggosok) terlalu kuat untuk gigi kita. Sehingga hal tersebut seringkali justru akan merusak lapisan email yang terdapat pada gigi.
Pada saat pasta gigi belum banyak dikenal, orang mempergunakan serbuk gigi yang komposisinya tidak jauh berbeda dengan pasta gigi yang ada sekarang. Pada dasarnya pasta gigi terdiri atas bahan abrasif (sebagai bahan penggosok), deterjen, dan corrigent (sebagai bahan tambahan).
Bahan abrasif adalah bahan pembersih dan penggosok gigi sehingga gigi menjadi bersih dan mengkilap. Bahan abrasif yang umum dipergunakan berupa garam-garam kalsium atau garam-garam magnesium yaitu CaCO3, CaPO4 maupun MgCO3, MgPO4. Sebab selain unsur fluor ternyata bila terdapat banyak unsur kalsium, magnesium, molibdenum atau vanadium, maka akan terdapat jumlah karies yang rendah.
Bahan abrasif ini tidak boleh terlalu kasar karena dapat merusak atau menipiskan lapisan email yang terdapat pada gigi.
Deterjen yang dipergunakan merupakan bahan pembersih gigi. Biasanya bahan deterjen inilah yang menyebabkan adanya busa atau buih pada pasta gigi.
Corrigent yang merupakan bahan tambahan, bisa merupakan tambahan rasa, warna, bau atau tambahan bahan lain. Untuk bahan tambahan ini harus dihindarkan bahan yang mengandung karbohidrat, karena jika tertinggal di sela-sela gigi akan dapat mengaktifkan bakteri pembentuk asam sehingga akan mempercepat kerusakan gigi (karies).
Bahan tambahan
Pada semua pasta gigi akan mengandung ketiga bahan tersebut yaitu bahan penggosok, pembersih maupun bahan tambahan. Biasanya pada bahan tambahanlah letak perbedaan antara satu pasta gigi dengan yang lainnya. Sebagai contoh dalam hal penambahan rasa, ada pasta gigi yang berasa menthol, rasa strawberry (pasta gigi untuk anak-anak) atau rasa tambahan yang lain. Juga pada penambahan warna, bisa ditambahkan warna untuk lebih menarik konsumen, ada yang berwarna hijau bening, merah muda atau bahkan ada pasta gigi yang bergaris.
Tentunya pada bahan tambahan inilah yang akan menjadikan selling point dari masing-masing produk pasta gigi. Karena pada umumnya produsen akan menunjukkan letak kelebihannya dibanding yang lain pada bahan tambahan ini, seperti misalnya pada penambahan enzim.
Fluor yang terdapat pada pasta gigi juga merupakan bahan aktif sebagai bahan tambahan, karena fluor tidak langsung membersihkan atau sebagai bahan penggosok gigi. Sejauh mana fluor berperan dalam mencegah atau menghambat kerusakan gigi?
Mencegah karies
Sejarah hubungan , fluor dengan gigi dimulai pada abad yang lalu yaitu sejak ditemukan fluor pada jaringan gigi. Kemudian pada akhir abad yang lalu, fluor mulai dipakai untuk mencegah karies gigi. Namun hal ini masih merupakan pertentangan sampai saat ini.
McKay pada tahun 1934 membuktikan terjadinya fluorosis (penyakit kerusakan gigi di mana gigi berwarna kecokelatan) di daerah yang mempunyai kadar fluor yang tinggi namun sebaliknya terlihat jumlah karies yang rendah. Dari hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian fluor harus dalam kadar optimum, karena jika berlebih dapat menyebabkan terjadinya fluorosis dan jika kurang dapat mengakibatkan jumlah karies gigi yang tinggi.
Pemberian fluor ini dapat dilakukan secara sistemik, topikal maupun kombinasi keduanya. Secara sistemik pemberian fluor bisa berupa tablet berfluor, Vitamin berfluor, tablet fluor prenatal (diminum oleh ibu hamil), garam berfluor, susu berfluor dan juga fluoridasi air minum.
Untuk fluoridasi air minumi (pemberian tambahan fluor pada air minum) pada negara yang telah maju hal ini sudah dilakukan. Untuk di Indonesia seperti hasil penelitian salah seorang dokter gigi, masih merupakan gagasan yang perlu dikaji lebih lanjut dan memerlukan waktu yang panjang untuk melaksanakannya. Dalam penelitian tersebut ditemukan kadar fluor dalam air minum yang rendah di beberapa daerah namun juga ditemukan kadar fluor yang optimum pada daerah lain. Meski demikian hal ini tidak dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk mengetahui kebutuhan fluor dari masing-masing individu.
Batas aman pemakaian fluor dalam air minum adalah 0.8-1.2 ppm, jika orang telah meminum air dengan kadar fluor tersebut sejak awal kehidupannya sampai 12 tahun kemudian, maka akan terhindar dari kemungkinan karies maupun fluorosis.
Pasta berfluor
Secara topikal pemberian fluor dapat dilakukan dengan jalan topikal aplikasi fluor (sodium fluoride, stannuos fluoride) pada gigi anak-anak yaitu pemberian atau pengolesan fluor secara langsung pada gigi-gigi yang telah dibersihkan. Ini umumnya dilakukan oleh dokter gigi. Atau pemakaian obat kumur yang mengandung fluor dan pasta gigi berfluor.
Mineralisasi email pada gigi yang telah tumbuh tidak hanya melalui pulpa (saraf gigi) dan dentin (lapisan gigi di bawah email) saja, tetapi ion-ion saliva (ludah) secara tetap meletakkan komposisi mineral langsung ke permukaan gigi atau email.
Salah satu elemen kimia yang terdapat di permukaan email adalah fluor. Pada pemberian fluor secara topikal, di sini fluor yang diberikan akan membantu pembentukan octo calsium phosphat sebagai bahan baku yang akan diubah menjadi hidroxylapatit yang akan menyusun email. Juga fluor dalam konsentrasi rendah akan mempengaruhi pembentukan kristal email.
Jika kita telah mempergunakan pasta gigi yang mengandung fluor, apakah gigi kita pasti terhindar dari karies? Jawabnya adalah tidak, karena proses terjadinya karies merupakan suatu yang kompleks yang tidak hanya melibatkan gigi itu saja. Jika fluor diberikan dengan tepat, baik cara, waktu maupun kadarnya maka email akan dapat menyerap fluor lebih baik sehingga hal ini akan mencegah karies.
Sikat yang benar
Jadi efek pemberian fluor secara topikal tidak dapat dirasakan langsung tanpa kita memperhatikan hal-hal yang lain. Cara menyikat gigi yang benar, juga akan mempengaruhi kesehatan gigi kita. Di sini fungsi pasta gigi hanya sebagai bahan pembantu dalam membersihkan gigi. Sama halnya dengan sabun pada waktu kita mencuci, maka pembersihan secara mekanis juga perlu diperhatikan. Meskipun kita mempergunakan sabun yang mempunyai kualitas bagus dan diiklankan dengan mencuci sendiri, tentunya kita juga masih memerlukan tangan kita untuk mencucinya.
Analog dengan hal tersebut di atas, meskipun kita mempergunakan pasta gigi yang mahal dan diiklankan dengan tambahan bahan-bahan berkhasiat, namun kita tidak tepat dalam mempergunakan, tentunya hal ini juga tidak efektif. Jadi dalam menentukan pilihan pasta gigi yang kita pakai, janganlah hanya terpancang pada iklan maupun mahalnya harga pasta itu saja. tapi memang benar-benar efektif dalam pemakaian.
Sekali lagi, yang panting bukanlah pastanya, tetapi bagaimana kita membersihkan dan menjaga kesehatan gigi kita. (drg Arvila Z.)
Sumber: Kompas, 2 JULI 1989