Waspadai Hipertensi pada Perempuan

- Editor

Sabtu, 25 Februari 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hipertensi pada perempuan kerap tak terdiagnosis dengan baik. Padahal, kombinasi hipertensi dengan faktor risiko lain bisa memicu penyakit kardiovaskular. Untuk itu, perempuan perlu rutin mengecek tekanan darahnya.

Pakar hipertensi yang juga konsultan kardiologi, Arieska Ann Soenarta, mengatakan, data menunjukkan, prevalensi hipertensi pada perempuan tahun 1995-2013 lebih tinggi dibandingkan pada pria. “Di usia produktif, prevalensi hipertensi pada perempuan lebih rendah dari lelaki. Namun, di usia 60 tahun ke atas, prevalensinya terbalik,” kata Ann seusai jumpa pers 11th Scientific Meeting of Indonesian Society of Hypertension, Kamis (23/2), di Jakarta.

Saat perempuan menopause, hormon estrogen berkurang drastis sehingga merusak sel endotel pembuluh darah. Itu merangsang pembentukan plak di pembuluh darah dan mengaktifkan sistem yang meningkatkan tekanan darah. Saat hamil, perempuan berisiko hipertensi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, hal itu kerap terabaikan. Perempuan sibuk beraktivitas tanpa periksa kesehatan. Padahal, hipertensi tak terkendali memicu penyakit, seperti stroke, gagal ginjal, jantung, dan retinopati di mata. “Hipertensi pada ibu hamil menyebabkan kematian ibu dan janin. Ada 18 persen kematian ibu hamil akibat hipertensi,” ucap Ann.

Namun, menurunkan tekanan darah saja tak signifikan menekan risiko penyakit kardiovaskular. Penurunan tekanan darah dan kolesterol 10 persen bisa menekan risiko penyakit kardiovaskular 45 persen.

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, proporsi kolesterol jahat kategori tinggi dan amat tinggi usia di atas 15 tahun, yakni pada perempuan 17,6 persen, lebih tinggi daripada pada pria sebesar 13,4 persen. Kolesterol abnormal pada perempuan 39,6 persen dan pada pria 30 persen.

Berisiko demensia
Menurut Ketua Indonesian Society of Hypertension (InaSH) Yuda Turana, penderita hipertensi bisa terkena demensia setelah stroke. Riset mutakhir menyatakan, demensia bisa terjadi tanpa ada stroke lebih dahulu.

Riset pada hampir 2.000 partisipan di Yogyakarta menunjukkan, mereka dengan demensia dan hipertensi lebih banyak dari mereka yang demensia tanpa hipertensi. “Hipertensi di usia produktif jadi faktor risiko pikun di usia senja. Kontrol tekanan darah memperlambat demensia vaskular dan alzheimer,” kata Yuda.

Wakil Ketua InaSH Tunggul Situmorang menambahkan, hipertensi dan gaya hidup tak sehat jadi faktor risiko penyakit kardiovaskular. Jadi, pengendalian hipertensi menekan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kardiovaskular. (ADH)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Februari 2017, di halaman 13 dengan judul “Waspadai Hipertensi pada Perempuan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB