Awas Hujan Asam

- Editor

Rabu, 18 Januari 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BULAN Juni, yang menurut kalender musim di Indonesia adalah musim kemarau, saat ini hampir setiap hari turun hujan. Bengawan Solo dan anak sungai Brantas meluap membanjiri beberapa kota di Jawa Timur.

Manusia secara sadar atau tidak telah memberikan andil besar dalam mempercepat kemusnahan bumi yang hanya satu ini. Dengan teknologi majunya mau tidak mau telah mem berikan dampak lingkungan yang sangat luas. Jika udara yang tarkena dampak, atmosfer dengan segala gejalanya memungkinkan pencemagan udara itu menyebar jauh dan sumber pencemar. Hal ini dapat menyebabkan kacaunya musim. Hujan di musim kemarau misalnya.

Diantara akibat pencemaran udara yang sangat berbahaya adalah terjadinya hujan asam. Hampir semua benda hidup dan tidak hidup terpengaruh langsung atau tidak langsung dengan adanya hujan asam. Tanah yang tersiram hujan asam akan bersifat asam dan dengan tingkat keasamannya mikroorganisme, seperti bakteri, aktinomycetes, fungi, algae dan protozoa yang merupakan unsur pokok ekosistem tanah akan mati. Sehingga mengakibatkan semakin bertumpuknya sampah yang utuh tidak dicerna alam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Yang lebih berbahaya adalah kemampuan larutan asam atau air hujan asam dalam melarutkam garam-garam logam, menguraikannya dari senyawa-senyawa yang tadinya tidak beracun menjadi ion logam yang beracun bagi tumbuhan maupun hewan. Logam-logam beracun tadi akan dibawa oleh aliran air hujan ke sungai dan danau.

Di sini perairan akan menerima dua macam pencemar sekaligus yaitu logam beracun dan hujan asam. Hujan asam telah menurunkan pH perairan sampai sedemikan rendahnya, sehingga perairan tersebut tidak mampu lagi menghidupi ikan dan organisme lainnya.

Terhadap benda tidak hidup, hujan asam sangat berbahaya baik terhadap logam, gedung-gedung maupun bangunan-bangunan yang lain. Keadaan asam menyebabkan proses korosi yang semakin cepat dan merusak hampir semua bangunan.

Telah menjadi keprihatinan dunia akan rusaknya monumen dan arca bernilai sejarah dan seni, yang terdapat di Acropolis, Athena, monumen sejarah di berbagai negara seperti gedung-gedung kuno di Amerika Serikat dan Kanada, termasuk jembatan-jembatan raksasa di bagian utara benua Amerika dan Eropa.

Monumen Taj Mahal Agra di India sudah terancam bahaya hujan asam, dan siapa tahu Candi Borobudur satu-satunya peninggalan sejarah bernilai internasional yang kita miliki sudah terpengaruh adanya hujan asam.

Tanaman terhambat
Secara tidak langsung terhadap tanaman, kehilangan unsur hara dan mineral termasuk menimpisnya persediaan kalsium dan fosfor tanah terkikis hujan asam, telah menghambat pertumbuhan tanaman pertanian seperti jagung, kubis, gandum dan kedelai. Secara langsung hujan asam dapat melarutkan lapisan lilin perlindung daun, sehingga daun lebih peka dan mudah terserang hama, daya tahan terhadap penyakit menurun.

Terhadap manusia secara tidak langsung melalui adanya logam berat dalam air minum dan proses biokumulasi pada rantai makanan perairan, sehingga hujan asam merupakan ancaman potensial yang serius terhadap kesehatan manusia.

Didefinisikan oleh Tandjung (1982), hujan asam adalah air hujan yan mempunyai pH lebih rendah 5,6. Air hujan yang tidak tercemar sebenarnya sudah bersifat asam dengan pH 5,6. Kenaikan derajad keasaman air hujan terutama disebabkan adanya bahan pencemar SO2 dan NO3 dari berbagai proses pembakaran, asap kendaraan, cerobong-cerobong pabrik maupun gunung berapi.

Bahan pencemar ini akan bereaksi dengan uap air di udara, ikut mengalami kondensasi dan timbullah hujan yang bersifat asam (lihat gambar).

Dalam mencegah terjadinya hujan asam dan sekaligus mangurangi dampak lingkungannya, pemerintah Jepang telah menerapkan alternatif yang patut ditiru, dengan mengharuskan semua pusat industri untuk melengkapi cerobon-cerobong pabrik dengan alat pembersih udara yang disebut Flue Gas Desulfurization. Alat ini mampu mengurangi 95% jumlah oksida belerang yang dimuntahkan dari cerobong asap pabrik.

Juga di India pemerintahnya telah menutup dua pusat pembangkit tenaga listrik untuk melindungi Taj Mahal Agra.

Memang terkesan mahal dalam melindungi lestarinya alam, tetapi apa artinya itu, jika dibanding manfaat yang dapat diberikan untuk kita dan generasi sesudah kita nanti.

Masrikan, Mahasiswa Jurusan Biologi Lingkungan Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Sumber: Kedaulatan Rakyat, tanpa tanggal dan tahun

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif
Berita ini 30 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:11 WIB

Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB