Super Tucano, Pesawat “Jadul” yang Diminati USAF

- Editor

Jumat, 12 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sekilas, penampilannya seperti pesawat tempur “jadul” era Perang Dunia II. Sayap tegak yang kecil dan melengkung di bagian depan, sayap utama yang porosnya membujur lurus, dan bermesin baling-baling.

Di TNI AU, moncong pesawat ini dicat dengan motif kepala hiu menyeringai berwarna merah, yang makin membuatnya mirip dengan “Si Cocor Merah” P-51 D Mustang, pesawat legendaris AS era Perang Dunia II yang pernah memperkuat TNI AU di masa lalu.

Namun jangan salah duga, pesawat-pesawat Super Tucano ini sama sekali bukan pesawat “jadul” hanya karena tampilannya itu. Di balik kulitnya, pesawat buatan Embraer dari Brasil ini dijejali berbagai teknologi terkini untuk menjalankan misi militer modern di medan tempur abad ke-21.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Baling-balingnya, misalnya, sudah bukan lagi digerakkan oleh mesin piston seperti Mustang, tetapi menggunakan mesin turboprop Pratt & Whitney Canada PT6A-68C yang sangat populer dan diandalkan banyak produsen pesawat.

Laman resmi Divisi Pertahanan dan Keamanan Embraer menyebutkan sederet perangkat canggih di pesawat itu, antara lain, sistem avionik, navigasi, dan mode penyerangan yang serba terkomputerisasi; layar display elektronik (glass cockpit) dan head up display (HUD); perangkat pandangan inframerah (FLIR); sampai sistem data-link.

Pesawat dengan kode EMB 314 ini dirancang sebagai pesawat tempur taktis ringan yang berguna dalam misi tempur ancaman ringan, seperti misi penumpasan pemberontakan (counter-insurgency/COIN) dan dukungan serangan udara bagi pasukan darat. Kemampuan manuver dan kecepatannya yang rendah (kecepatan maksimum 590 km per jam) membuatnya ideal untuk menghancurkan berbagai sasaran di darat dalam pertempuran jarak dekat.

Dalam kondisi standar, pesawat ini membawa dua pucuk senapan mesin FN Herstal M3P kaliber 12,7 milimeter, satu di setiap sayap yang masing-masing berisi 200 peluru. Namun, lima cantelan (hard points) di bawah sayap dan badan pesawat mampu membawa berbagai persenjataan, seperti bom dan rudal hingga seberat 1.500 kg. Untuk pertempuran udara, di kedua ujung sayap juga bisa dipasangi rudal udara-ke-udara sekelas AIM-9 Sidewinder.

a9326c3a712845ce811491b537474afbKOMPAS/RIZA FATHONI–Pesawat tempur ringan EMB 314 Super Tucano buatan pabrik Embraer, Brasil, saat mendarat di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, 1 September 2012. Sebanyak empat dari 16 pesawat yang dipesan ini menggantikan pesawat OV-10 Bronco Skuadron Udara 21 Lanud Abdulrahman Saleh, Malang.

Kecanggihan dan kemampuan Super Tucano ini bahkan memikat Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF). Oleh USAF, pesawat ini diberi kode designasi A-29, yang menandakan peran pesawat untuk misi serangan darat.

19e581fc61c1411e8cf7813b812f497dDedengkotnya angkatan udara di dunia ini bahkan telah memesan 20 Super Tucano dalam program untuk membantu menghidupkan kembali Angkatan Udara Afganistan. Menurut UPI.com, empat pesawat pertama telah tiba di Afganistan, 19 Januari lalu.

Surat kabar The Washington Post edisi 9 Maret 2015 bahkan menyebutkan Super Tucano bisa menjadi salah satu kandidat pengganti pesawat legendaris A-10 Thunderbolt II yang telah habis masa pakainya.

Di Indonesia, Super Tucano dibeli untuk menggantikan armada pesawat OV-10 Bronco. Kini, delapan dari 16 pesawat yang dipesan dari Brasil sudah dioperasikan Skuadron 21 di Pangkalan Udara Abdurachman Saleh, Malang, Jawa Timur.

Jatuhnya salah satu pesawat Super Tucano ini dalam misi uji terbang pasca-perawatan, Rabu (10/2/2016), yang menewaskan empat orang, sungguh sangat disayangkan….

DAHONO FITRIANTO

Sumber: Kompas Siang | 11 Februari 2016

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 12 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB