Zainal Abidin, Dosen Cerdas dan Patriotis

- Editor

Kamis, 25 Oktober 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di sela-sela kesibukannya sebagai peneliti utama Southwest Research Institute (SwRI), di Texas, AS, Zainal Abidin menyempatkan diri membuat konten video mata kuliah jurusan teknik mesin.

ARSIP PRIBADI—–Zainal Abidin Peneliti Utama/Manajer Analisis di Southwest Research Institute (SWRI) San Antonio, Texas, AS.Belajar dari pengalamannya saat kuliah di Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1990-an, Zainal Abidin membuat modul kuliah daring. Penjelasan berbagai mata kuliah lewat video untuk memudahkan mahasiswa memahami perkuliahan dan mengakses informasi dari internet.

Tahun 2018, Zainal Abidin atau Bidin sudah membuat konten video mata kuliah teknik mesin. Awalnya, ia melihat trend anak muda yang gemar berselancar dimedia sosial, salah satunya Youtube. Setelah membuat beberapa materi kuliah teknik mesin, tepat di HUT Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2018 ia mengunggah konten video pertama, materi kuliah Thermodinamika I di kanal Youtube yang dibuatnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Saya mengunggah materi kuliah Thermodinamika I karena ini mata kuliah dasar bagi mahasiswa teknik yang tingkat ketidaklulusannya bisa lebih dari lima puluh persen,” kata Bidin, peneliti utama Southwest Research Institute (SwRI), di Texas, AS saat diwawancara melalui Zoom, Senin (14/6/2021).

Video kuliah tersebut berdurasi 1-2 jam. Menurut Bidin, mata kuliah eksakta harus banyak belajar latihan soal. Di tiap video yang dibuat, ia menjelaskan materi secara pelan-pelan sehingga durasinya lama.

Melalui kanal Youtube Kuliah Teknik (Engineering Lectures), Bidin sudah memproduksi 142 video. “Video materi kuliah sesuai dengan silabus akademik perkuliahan jurusan teknik mesin sehingga bisa dimanfaatkan mahasiswa di mana pun. Modalnya hanya kuota internet,” ujarnya.

Keinginannya untuk berbagi tanpa pamrih ditunjukkan dengan tidak mengaktifkan monetisasi semua materi videonya. Ia tak ingin mahasiswa yang sedang menyimak kuliah daring harus terhalang karena ada materi iklan. Beberapa kontennya juga menjadi bahan ajar di sejumlah institusi dan perusahaan. Salah satunya, materi pelatihan teknisi di perusahaan pemeliharaan pesawat terbang PT GMF Aero Asia.

ARSIP PRIBADI—-Zainal Abidin membagi ilmunya melalui video mata kuliah jurusan teknik mesin di Youtube.

Upaya Bidin mendapat respon positif dari kolega sesama peneliti dan dosen di Indonesia. Komentar di tayangan videonya banyak memuji konten tersebut. Sebagian besar yang mengakses adalah mahasiswa teknik mesin dari berbagai kampus di Indonesia.

Selain membuat konten berbahasa Indonesia, ia juga membuat konten materi kuliah berbahasa Inggris. Statusnya sebagai profesor tamu di University of Texas San Antonio (UTSA), Texas, AS, dia harus mengajar dan membimbing mahasiswa program doktoral dari berbagai negara.

Bidin juga memotivasi anak muda dengan cara membuat konten video pengalaman sekolah dan bekerja di luar negeri. Yang menarik, di salah satu video, Bidin menyarankan agar para lulusan SMA tidak buru-buru kuliah S1 di luar negeri. Menurutnya, untuk pendidikan S1 di Indonesia sudah bagus. Lebih penting lagi, selama menempuh S1 di Indonesia bisa memberikan wawasan kebangsaan dan nasionalisme kuat yang menjadi pondasi kuat saat berkarier.

Nasionalisme tinggi ditunjukkan Bidin yang sampai sekarang tidak melepaskan statusnya sebagai warga negara Indonesia. Saat menetap di AS, dalam waktu satu setengah tahun dia sudah memegang green card sebagai penduduk permanen yang tinggal di AS. Institusi tempatnya berkarya juga sudah menawari pindah kewarganegaraan dengan menyiapkan pengacara dan menanggung biaya naturalisasi menjadi warga AS. Semua ia tolak karena baginya menjaga identitas paling utama, sehingga status WNI tak akan pernah dilepas.

Konsekuensi dari sikapnya yang masih memegang paspor Indonesia adalah banyaknya kendala saat ia harus melakukan perjalanan dinas ke berbagai negara. Sebagai WNI, ia tidak bebas bepergian ke berbagai negara karena harus mengurus dokumen perjalanan tambahan. Hal sebaliknya kalau ia memegang paspor AS, maka dengan mudah dia bisa masuk ke berbagai negara untuk dinas. Namun, semua kendala itu dijalaninya dengan tujuan bisa berkarya dan diakui di berbagai negara sebagai WNI.

Kini, pemegang sejumlah paten di bidang teknik mesin tersebut, terus aktif membagikan ilmu dan pengalamannya dengan berbagai cara. Secara rutin dia juga menginisiasi seminar daring tentang teknik ataupun dunia kerja di luar negeri dengan menggandeng beberapa perguruan tinggi di bawah Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia.

Bukan tanpa alasan dia mengajak koleganya sesama diaspora dan kaum nahdliyin di luar negeri untuk membuat webinar teknik. Selain untuk menghilangkan stigma orang-orang NU yang kurang melek teknologi juga mengajak kaum muda NU untuk lebih berani tampil sebagai teknokrat. Untuk ini ia menggaet diaspora-disapora Indonesia yang sukses di luar negeri sebagai pembicara webinar.

ARSIP PRIBADI—-Zainal Abidin, pemegang sejumlah paten di bidang teknik mesin tersebut, terus aktif membagikan ilmu dan pengalamannya dengan berbagai cara. Secara rutin dia juga menginisiasi seminar daring tentang teknik ataupun dunia kerja di luar negeri dengan menggandeng beberapa perguruan tinggi di bawah Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia.

Ia sering membagikan pengalamannya bekerja dengan orang asing untuk dicontoh kaum muda di Indonesia. Menurutnya, yang bisa diambil dari orang asing adalah soal etos kerja, disiplin, bekerja sama, berkompetisi dengan sehat, dan cara berterima kasih.

“Mereka bisa membuat suatu produk karena para ahli di berbagai bidang bisa bekerja sama. Misal untuk produk mobil, di situ ada puluhan ahli yag bisa berkumpul dan bekerja sama. Indonesia sudah mempunyai ahli-ahlinya dan saya yakin suatu saat bisa seperti itu”, katanya meyakinkan.

Bidin tak menampik jika suatu saat ia akan kembali ke Indonesia untuk berkarya dan mengabdi sesuai keilmuan yang dimilikinya. Baginya berbagi ilmu adalah hobi. Ia akan terus berbagi ilmu di manapun dan sampai kapanpun.

“Semoga semua materi mata kuliah teknik mesin bisa saya upload di media sosial sebelum saya tiada,” katanya berharap.

Anak petani
Bidin merupakan anak petani dari sebuah desa di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Dia diterima kuliah S1 di ITB tahun 1994. Saat kuliah, ia merasa semua berjalan tak seperti harapannya. Ada kalanya ia dan teman-temannya terpaksa tidak kuliah karena dosen berhalangan.

Dalam hati, ia merasa kalau dosen terlalu sering berhalangan akan mengganggu haknya mendapat pengajaran. “Kami ada kuliah kalau ada pengumuman dari dosen, jadi kalau enggak ada pengumuman berarti enggak ada kuliah,” kata Bidin.

Meskipun sedikit kecewa, ia menjalani kuliah dengan tekun dan berhasil lulus dalam empat tahun. Lalu, dia bergabung sebagai staf peneliti tidak tetap di LIPI Bandung dengan bidang studi kelayakan turbin gas mikro. Saat itu, dia juga mendapat beasiswa kuliah S2 di ITB yang diselesaikan dalam waktu kurang dari dua tahun. Ia lulus dengan IPK 3,93.

Setelah sempat setahun mengajar sebagai dosen teknik mesin di Universitas Brawijaya Malang, ia mendapat beasiswa program doktoral jurusan teknik mesin di Graz University of Technology, Austria, tahun 2002. Saat kuliah di benua Eropa inilah, Bidin mendapat banyak pengalaman.

Belajar jauh di negeri orang menuntut Bidin harus bisa mengatur banyak hal. Dia melihat kemampuan pengajar di kampus-kampus di Eropa sama dengan dosen-dosen di Indonesia. Yang membedakan, fasilitas pendidikan yang lebih baik di Eropa.

Bidin menempuh pendidikan S3 dengan biaya penuh dari Pemerintah Austria. Ia berhasil menyelesaikan program doktoral dalam waktu tiga tahun dan lulus dengan IPK sempurna dan mendapat predikat “mit Auszeichnung”, yang merupakan predikat tertinggi untuk lulusan S3 di Austria.

Meski tinggal di AS, Bidin masih menyempatkan menjalin silaturahmi dengan koleganya sesama peneliti dan dosen di Indonesia. Bila ke Indonesia, dia juga menyempatkan membagikan pengetahuannya ke berbagai kampus di Indonesia melalui kuliah umum tanpa meminta imbalan. Terkadang, dia memotivasi pelajar terutama di almamaternya di SMA Negeri 2 Kediri.

Zainal Abidin
Asal : Nganjuk, Jawa Timur
Lahir : 1975
Istri : Titek Noorida
Pendidikan terakhir : Doktor jurusan Teknik Mesin Graz University of Technology, Austria Lulus Cumlaude (mit Auszeichnung) (2002-2005)
Pekerjaan :

  • Peneliti utama dan manajer analisis di Southwest Reasearch Institute (SwRI) Texas, AS
  • Adjunct Professor di University of Texas San Antonio, Texas, AS
    Paten : Desain pipa untuk meningkatkan efisiensi kompresor
    Prestasi : Southeast Asia Technology Grant dari Pemerintah Austria (2002)

Oleh IWAN SETIYAWAN

Editor: MARIA SUSY BERINDRA

Sumber: Kompas, 23 Juni 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Inspirasi dari Perempuan Peneliti: Jalan Terang Masa Depan
Supartono, Ahli Beton Pratekan
Prof. Somadikarta Dengan Waletnya
Hakim Modern: Statistik
Prof. Drs. Med. Radioputro: “Sarjana Tak Bermutu”
Yohanes Martono, Ketekunan Peneliti Pemanis Alami
Lusiawati Dewi, “Dosen Tempe” dari Salatiga
Musa Hubeis Setia Mengkaji Pengembangan UMKM
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 23 Agustus 2022 - 23:01 WIB

Inspirasi dari Perempuan Peneliti: Jalan Terang Masa Depan

Senin, 22 November 2021 - 20:18 WIB

Supartono, Ahli Beton Pratekan

Jumat, 24 September 2021 - 13:32 WIB

Prof. Somadikarta Dengan Waletnya

Selasa, 10 Agustus 2021 - 23:23 WIB

Hakim Modern: Statistik

Rabu, 21 Juli 2021 - 12:54 WIB

Prof. Drs. Med. Radioputro: “Sarjana Tak Bermutu”

Kamis, 1 Oktober 2020 - 13:58 WIB

Yohanes Martono, Ketekunan Peneliti Pemanis Alami

Kamis, 27 Agustus 2020 - 11:33 WIB

Lusiawati Dewi, “Dosen Tempe” dari Salatiga

Jumat, 3 Juli 2020 - 15:37 WIB

Musa Hubeis Setia Mengkaji Pengembangan UMKM

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB