Yohanes Martono, Ketekunan Peneliti Pemanis Alami

- Editor

Kamis, 1 Oktober 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Yohanes Martono setia meneliti tanaman Stevia rebaudiana yang bisa dimanfaatkan untuk pemanis alami sejak 2006. Kini, secara bertahap, hasil penelitiannya bisa digunakan menjadi obat herbal bagi penderita diabetes.

DOKUMENTASI PRIBADI—Yohanes Martono (39), Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga, Jawa Tengah.

Impian Yohanes Martono (39) semasa remaja agar hidupnya berguna dengan menjadi penemu membuahkan hasil. Ketekunan Yohanes meneliti daun Stevia rebaudiana, yang biasa dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti gula sejak 2006, kini dapat dipakai sebagai bahan herbal untuk membantu penderita diabetes.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Salatiga, Jawa Tengah, Yohanes Martono yang dihubungi dari Salatiga, Selasa (8/9/2020), mengisahkan ketertarikannya terkait dengan tanaman Stevia rebaudiana yang mengandung bahan pemanis alami. Pemanis dari tanaman stevia asal Paraguay yang dapat tumbuh subur di Indonesia ini diteliti bisa menurunkan gula darah hanya kalau gula darah tinggi.

Yohanes mendapatkan daun stevia dari Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Saat dia mulai meneliti, sekitar tahun 2006, daun stevia masih belum diakui sebagai salah satu alternatif bahan pemanis. Baru pada tahun 2008, Eropa dan Amerika Serikat mulai mengizinkan tanaman stevia menjadi salah satu alternatif pemanis.

Setelah menelusuri kajian ilmiah soal daun stevia, Yohanes merasa bersemangat. Apalagi ada kajian tentang peningkatan penderita sakit diabetes, terutama tipe 2, yang disebabkan gaya hidup. Dia pun fokus meneliti senyawa dominan pada daun stevia. Ada yang untuk memberikan rasa manis dan ada yang lebih kuat untuk menurunkan gula darah.

”Waktu itu, saya meriset bagaimana mengkristalkan supaya jadi serbuk untuk jadi gula. Lama-kelamaan, saya tertantang untuk memformulasikan dengan herbal Indonesia lainnya supaya bisa bermanfaat untuk mengatasi penyakit diabetes,” ujar Yohanes.

Yohanes memilih tetap setia meriset manfaat daun stevia untuk mengatasi penyakit diabetes. Penelitian ini dinilai prospektif sehingga mendapatkan hibah penelitian berkesinambungan dari pemerintah.

Riset berkembang dengan mengombinasikan daun stevia bersama bahan herbal lain yang ada di Indonesia yang bermanfaat bagi kesehatan. Yang terbaru, riset daun stevia yang dilakukan Yohanes dilakukan sebagai pengontrol gula darah dan kolesterol untuk mengurangi risiko infeksi Covid-19.

Yohanes yang sedang menyelesaikan program doktor kimia farmasi di Universitas Gadjah Mada ini menguji coba campuran zat di daun stevia dengan sejumlah bahan herbal lain, seperti temu lawak, kelor, teh, madu, dan mint. Kombinasi daun stevia dengan herbal lain tersebut tetap ditargetkan untuk menurunkan gula darah dan kolesterol. Selain itu, bermanfaat untuk imunitas atau sistem daya tahan tubuh, serta analgesik atau menurunkan rasa nyeri.

Menurut Yohanes, dari penelitian terakhir sudah diuji coba ke tikus untuk mengatasi diabetes. Ternyata hasilnya kuat dalam menurunkan gula darah, yakni hanya saat gula darah tinggi. Kalau gula darah normal, hanya menjaga tetap stabil. Selain itu, ditemukan juga manfaat antikolesterol.

DOKUMENTASI PRIBADI—Yohanes Martono, dosen dan peneliti di UKSW, tekun meneliti daun stevia sebagai pemanis alami sejak tahun 2006.

Riset panjang Yohanes mulai dilirik industri. Ketika ada industri yang tertarik memproduksi kombinasi daun stevia dan bahan herbal lain berdasarkan kajian ilmiah menjadi herbal kesehatan yang diminati generasi muda, Yohanes pun setuju untuk berkolaborasi

”Saya tertarik dengan ide mengembangkan herbal yang diminati generasi muda. Mereka enggak mau minum karena bau dan rasa tidak enak. Karena stevia dasarnya sudah manis, tinggal mengolah supaya manisnya menonjol. Harapannya dari sisi rasa bisa kayak minuman di pasaran, tapi memiliki senyawa target yang menyehatkan,” papar Yohanes.

Yohanes bersyukur punya kesempatan untuk berjejaring dengan industri sehingga risetnya punya arah yang jelas. Herbal dari bahan lokal di Indonesia bisa dikembangkan menjadi obat tradisional. Yang terendah, dalam bentuk jamu, jika sudah diuji coba ke hewan bisa menjadi obat herbal terstandar.

”Maunya hasil riset kombinasi stevia dan herbal lain ini bisa jadi fitofarmaka, sekelas obat. Saat ini masih sedikit jumlahnya, padahal potensi besar,” ujar Yohanes.

Meskipun sudah siap diproduksi sebagai herbal untuk penyakit diabetes, Yohanes masih menyimpan rasa penasaran. Dia masih punya cita-cita yang butuh ketekunan dan perjuangan panjang serta jejaring ilmuwan internasional.

DOKUMENTASI PRIBADI—Yohanes Martono (kiri) aktif mendampingi mahasiswa UKSW mengembangkan riset yang diikutkan ke kompetisi riset.

”Saya berpikir, apa mungkin satu formula yang fungsinya seperti mengotomatisasi insulin dalam tubuh supaya penderita diabetes tidak lagi menyuntikkan insulin ke dalam tubuh,” kata Yohanes yang memiliki lima paten ini.

Yohanes membayangkan formula ini secara otomatis menurunkan gula darah saat naik. Jika gula darah normal, fungsinya menjaga tetap stabil. ”Ini rasa penasaran yang butuh waktu dan infrastruktur. Saya berencana untuk mengembangkan dengan industri dan berkolaborasi lintas keilmuan di dalam dan luar negeri. Saya ingin bisa berkontribusi untuk mengatasi penyakit diabetes,” kata Yohanes.

Kembangkan Singkong
Tak hanya herbal yang menarik hati Yohanes. Baginya, bahan lokal yang ada di Indonesia punya potensi untuk dikembangkan. Salah satunya singkong yang diolah jadi mocaf (tepung berbahan baku singkong) ternyata punya manfaat kesehatan.

Menurut Yohanes, pembuatan Mocaf sudah banyak. Tapi, UKSW fokus mengembangkan dengan metode terasetilasi. Pembuatan mocaf biasanya mengandalkan bakteri alam sehingga standarnya tidak bisa dikontrol dan produk tidak terstandar.

Yohanes dan tim mengisolasi bakteri untuk fermentasi singkong dari limbah air rendaman kedelai pembuatan tempe. Bakteri yang diisolasi dikombinasikan dengan bakteri alam. Kualitas Mocaf pun terstandar.

Ternyata penggunaan Mocaf terasetilasi juga berdampak pada kesehatan. Mocaf merupakan bahan nongluten yang bisa digunakan untuk orang-orang kebutuhan khusus, seperti penyandang autis. Inovasi ini diakui sebagai inovasi prosfektif secara nasional. Lalu, mocaf juga baik untuk penderita diabetes yang menghindari karbohidrat tinggi karena takut gula darah meningkat.

DOKUMENTASI PRIBADI—Yohanes Martono (paling kanan) mengembangkan riset yang bisa dimanfaatkan UMKM sebagai produk unggulan Indonesia yang punya manfaat kesehatan.

Yohanes memaparkan hasil uji coba kandungan karbohidrat Mocaf dibandingkan dengan terigu, kandungan gula tidak mudah pecah. Mocaf yang diasetilasi di dalam tubuh memberikan rasa kenyang dan tidak terurai menjadi gula.

Banyak mahasiswa yang tertarik untuk mengembangkan riset soal Mocaf yang dibawa ke ajang kompetisi dan meraih juara. Salah satunya inovasi Mocaf untuk membuat mi.

Yohanes mengatakan akan setia meriset bahan lokal yang ada di Indonesia. Sebab, dia merasa ”berutang” ke negara dan kampus yang dicintainya. Dia, yang sempat tidak kuliah setahun usia lulus SMA di Salatiga karena kendala finansial, bersyukur bisa kuliah di program S-1 kimia UKSW dengan bantuan beasiswa. Lalu, dia juga mendapat beasiswa kuliah S-2 hingga S-3 di Universitas Gadjah Mada.

Yohanes Martono

Lahir: Temanggung, 3 Maret 1981

Pendidikan:
S-1 Kimia, UKSW (2000-2004)
S-2 Kimia Farmasi UGM (2007-2009)
S-3 Kimia Farmasi UGM (2013-sekarang)

Hak kekayaan intelektual:
Metode pembuatan minuman dari bahan baku stevia yang berkhasiat antidiabetes dan antioksidan (2016) grabted
Metode pembuatan tabir surya dari bahan baku ampas teh hitam industri (2016)
Metode pembuatan tepung mocaf terasetilasi dari bahan baku singkong (2016)
Metode pembuatan sabun cair antibakteri minyak asiri dari bahan baku ampas herbal industri jamu (2016)
Metode pembuatan lotion antiaging dari bahan baku ampas herbal industri jamu (2016)

Penghargaan, antara lain:
111 Karya Inovasi Indonesia Paling Prospektif oleh Business Innovation Center (2019) untuk Mocaf Inovasi untuk masyarakat kebutuhan khusus
Nominasi Ristekdikti-MTIC Award (2016)
Pengabdian Masyarakat Terbaik UKSW (2018)
Enam Besar Seleksi Dosen Berprestasi Tingkat LLDikti VI Jawa Tengah (2018)
Pembimbing peringkat 1 Kinno Youth Innovation Award (2017) Mocafi sebagai bahan pembuat mi pengganti terigu

Organisasi Profesi/Ilmiah:
Reviewer Nasional Program Kreativitas Mahasiswa Kemenristek Dikti (2019-sekarang)
Reviewer Penelitian Nasional (206-sekarang)
Himpunan Kimia Indonesia (2011-sekarang)

Oleh ESTER LINCE NAPITUPULU

Editor: MARIA SUSY BERINDRA

Sumber: Kompas, 30 September 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu
Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia
Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun
Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik
Cerita Sasha Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Unair, Pernah Gagal 15 Kali Tes
Sosok Amadeo Yesa, Peraih Nilai UTBK 2023 Tertinggi se-Indonesia yang Masuk ITS
Profil Koesnadi Hardjasoemantri, Rektor UGM Semasa Ganjar Pranowo Masih Kuliah
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Kamis, 28 September 2023 - 15:05 WIB

Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu

Kamis, 28 September 2023 - 15:00 WIB

Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia

Kamis, 28 September 2023 - 14:54 WIB

Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:43 WIB

Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB