Whatsapp Versus Penguntit dan Peretas

- Editor

Jumat, 20 September 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sempatkah tebersit kekhawatiran jika percakapan di Whatsapp diketahui orang lain? Atau bahkan diretas orang yang tidak bertanggung jawab seperti penguntit siber, baik untuk berbuat jahat maupun sekedar kepo (ingin tahu)?

Siapa yang tidak memiliki akun Whatsapp? Kemudahan yang ditawarkan membuat sebagian besar masyarakat menggunakan aplikasi perpesanan ini untuk memenuhi kebutuhan berkomunikasi yang semakin tinggi di era digital.

Laporan ”Digital in 2019” oleh HootSuite dan We Are Social mencatat, penetrasi internet di Indonesia pada Januari 2018-Januari 2019 mencapai 150 juta orang atau 56 persen dari total penduduk.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Seluruhnya mengakses media sosial (medsos), terutama Youtube (88 persen), Facebook (81 persen), dan Instagram (80 persen). Adapun pengguna aplikasi perpesanan WhatsApp sebesar 83 persen.

Berbagai percakapan dilakukan melalui Whatsapp. Mulai dari percakapan ringan, percakapan yang sifatnya curahan hati, sampai perbincangan rahasia menyangkut bisnis atau keperluan penting lainnya.

Namun, apakah sempat terbesit kekhawatiran jika percakapan yang ditulis di WhatsApp diketahui oleh orang lain? Atau bahkan diretas orang yang tidak bertanggung jawab seperti penguntit siber atau cyberstalker, baik untuk berbuat jahat maupun sekedar kepo (ingin tahu)?

Keamanan digital di Indonesia masih relatif rendah, terutama di kota besar seperti Jakarta dengan pengguna telepon pintar yang besar. Dari laporan The Economist Intelligence Unit 2015, Jakarta berada di urutan ketiga terbawah pada indeks keamanan digital dari 50 kota besar yang diteliti.

–Jumlah Daerah Berdasar Tingkat Kerawanan di Aspek Penggunaan Media Sosial

Komponen yang diteliti pada indeks ini menyangkut, keamanan warga menggunakan internet, teknologi digital, dan frekuensi pencurian identitas.

Kasus peretasan akun Whatsapp memang tidak sedikit yang sudah dilaporkan. Salah satu kasus yang pernah dilaporkan adalah peretasan Whatsapp milik salah seorang operator sistem informasi penghitungan suara (Situng) saat proses perhitungan suara hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) 2018 berlangsung.

Melalui akun ini, peretas mengeluarkan semua anggota grup yang diisi oleh operator Situng dari seluruh Indonesia yang digunakan untuk koordinasi. Telepon genggam sejumlah petugas KPU yang menangani data juga dihujani telepon dari nomor tidak dikenal melalui Whatsapp call tanpa henti selama berjam-jam (Kompas, 4/7/2018).

Meski begitu, upaya peretasan biasanya dilakukan peretas dengan memanfaatkan celah kelalaian dari pemilik akun. Trik yang cukup umum dilakukan dengan memanfaatkan fitur migrasi nomor.

Biasanya, peretas mengaktifkan nomor baru yang ingin digunakan, kemudian memilih fitur migrasi akun dengan memasukkan nomor yang ingin diganti. Secara otomatis, pihak Whatsapp akan memverifikasi dengan mengirim pesan singkat melalui SMS ke pemilik akun sebenarnya.

Pemilik akun yang tidak sadar dan tak paham terhadap pesan tersebut biasanya akan langsung menyetujuinya. Jika hal itu terjadi, akun yang dimiliki bisa langsung berpindah ke peretas.

Selain itu, kemungkinan yang dapat membuat akun Whatsapp diretas adalah karena tidak menonaktifkan aplikasi Whatsapp Web pada perangkat teknologi lain yang pernah digunakan. Akibatnya, orang lain yang tidak bertanggung jawab bisa mengakses akun Whatsapp tersebut secara bebas.

–Fitur Keamanan Ganda Whatsapp

PIN dan enkripsi
Direktur Komunikasi Whatsapp Inc Sravanti Dev, di Jakarta, Sabtu (14/9/2019), mengatakan, Whatsapp telah memberikan beberapa fitur pelengkap untuk memastikan keamanan dan kerahasiaan pengguna bisa terjamin. Sayangnya, tidak semua pengguna mengerti dan memanfaatkan fitur ini secara maksimal.

Fitur pertama yang bisa dimanfaatkan adalah Verifikasi Dua Langkah atau Two-step Verification. Melalui fitur ini, aplikasi baru bisa diakses setelah memasukkan pin keamanan yang sebelumnya telah diatur.

Cara mengaktifkannya melalui menu pengaturan yang biasanya ada di kanan atas tampilan Whatsapp. Setelah itu, pilih menu Akun kemudian pilih Verifikasi Dua Langkah.

Kemudian, pengguna bisa memasukkan enam digit PIN yang sebelumnya pernah digunakan saat pertama kali mendaftarkan nomor telepon pada aplikasi Whatsapp. PIN inilah yang nantinya digunakan sebagai sandi untuk membuka aplikasi Whatsapp yang dimiliki.

Selain fitur ini, pengguna juga bisa memanfaatkan fitur enkripsi ujung ke ujung atau end-to-end encryption. Fitur ini memang diatur untuk selalu aktif dan tidak ada cara untuk menonaktifkannya.

Fitur ini untuk memastikan, percakapan yang terjadi hanya diketahui oleh pengirim pesan dan penerima pesan. Jika sudah terenkripsi, pesan, foto, video, ataupun suara dan dokumen diamankan dan tidak bisa diketahui oleh siapa pun.

”Tidak ada pihak lain yang bisa membuka dan membaca pesan yang disampaikan pada aplikasi, bahkan pihak WhatsApp sekalipun,” tutur Sravati.

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Direktur Komunikasi Whatsapp Inc Sravanti Dev

Meski begitu, ia tidak menjawab secara jelas terkait keperluan pemerintah ataupun pihak berwajib, seperti Badan Inteligen Negara dan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam mengakses informasi yang dimiliki seseorang pada akun Whatsapp.

”Kami terus bekerja sama dengan pemerintah untuk hal yang baik,” katanya.

”Cyberstalking”
Masalah lain yang cukup banyak dialami oleh pengguna Whatsapp adalah persoalan cyberstalking atau penguntitan di dunia maya. Bentuk kejahatan ini dilakukan melalui media internet atau alat elektronik lainnya dengan melecehkan seseorang ataupun sekelompok orang. Biasanya, pelaku tidak menunjukkan identitasnya saat melakukan pelecehan ini.

Para penguntit ini bisa meneror korbannya secara terus-menerus hingga menimbulkan ancaman pada tindakan pelecehan. Tidak jarang, penguntit meneror dengan cara menelepon korban setiap waktu, mengirimkan gambar atau video yang mengandung unsur ancaman dan seksual, ataupun mengirimkan pesan-pesan yang mengganggu.

Bagi sebagian orang, tindakan ini sangat mengganggu dan menimbulkan trauma bagi korban. Meski begitu, seharusnya hal ini tidak perlu terjadi karena pengguna Whatsapp yang merasa terganggu dengan orang lain bisa memblokir akun orang tersebut melalui fitur blokir.

Caranya mudah. Buka tampilan perpesanan orang yang dinilai mengganggu itu. Kemudian, tekan tanda titik tiga pada kanan atas tampilan dan pilih menu Lainnya. Dengan pilihan blokir, kontak seseorang tersebut langsung otomatis terblokir dan tidak lagi bisa menghubungi lagi.

Adapun fitur-fitur lain yang bisa dioptimalkan untuk menjaga informasi yang sifatnya pribadi, antara lain dengan mengatur siapa saja yang bisa melihat status pengguna, foto profil, serta waktu terakhir membuka Whatsapp. Selain itu, pengguna juga bisa mengatur informasi keterbacaan pesan yang biasanya ditandai dengan tanda centang dua berwarna biru.

Sejauh ini, Whatsapp telah memberikan jaminan akan keamanan bagi para pengguna. Untuk itu, para pengguna sebaiknya bisa memanfaatkannya secara optimal dan jadilah pengguna yang bertanggung jawab.

Oleh DEONISIA ARLINTA

Sumber: Kompas, 15 September 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB