Katak panah beracun atau dyeing poison dart frog (Dendrobates tinctorius) sangat beracun dan memperingatkan pemangsa dengan pola kuning-dan-hitam cerah.
Namun, penelitian baru yang dipimpin ilmuwan di University of Bristol mengungkapkan pola warna lebih dari sekadar sinyal “bahaya.” Warna kulitnya juga berfungsi sebagai alat kamuflase.
Penulis utama, Jim Barnett menyelesaikan penelitian ini yang diterbitkan di jurnal Proceedings of National Academy of Sciences, sambil belajar untuk PhD di Bristol. Barnett berbasis di McGill University di Kanada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Efektif sebagai sinyal peringatan, itu belum tentu strategi terbaik untuk menjadi sangat mencolok,” ujarnya dalam Sciencedaily, 4 Juni 2018.
JAMES B BARNETT–Katak panah beracun atau dyeing poison dart frog (Dendrobates tinctorius) berfungsi sebagai peringatan kepada mangsa maupun sebagai alat kamuflase. Foto diambil dari Sciencedaily dengan kredit foto: James B Barnett
Efektif sebagai sinyal peringatan, itu belum tentu strategi terbaik untuk menjadi sangat mencolok.
Berevolusi
Predator tertentu berevolusi dengan membangun toleransi racun yang mematikan bagi manusia. Selain itu, beberapa predator belum menemukan sinyal peringatan mangsa sebelumnya (kesalahan berbahaya bagi predator, tetapi juga untuk katak).
“Jadi, pola warna yang bisa berbeda dari dekat, tetapi bekerja sebagai kamuflase dari kejauhan, akan memberikan keuntungan lengkap,” kata dia.
Jadi, pola warna yang bisa berbeda dari dekat, tetapi bekerja sebagai kamuflase dari kejauhan, akan memberikan keuntungan lengkap.
Dalam risetnya ini, Barnett menggabungkan kerja lapangan di Hutan Guyana Perancis, pemodelan komputasi, dan eksperimen visual laboratorium. Ia dan rekannya dari Fakultas Ilmu Biologi University of Bristol dan the School of Experimental Psychology menyelidiki bagaimana katak panah beracun menggunakan warna tubuhnya untuk menyeimbangkan manfaat dari sinyal peringatan efektif dengan keunggulan penyembunyian.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan warna katak ini sangat mencolok pada jarak dekat. Pada jarak jauh, warna-warna tertentu serta susunannya memungkinkan pola untuk menyatu bersama membentuk kamuflase yang cocok dengan latar belakang.
Dengan kata lain, pola dan warna tubuh katak ini memberikan keuntungan saat predator pada jarak jauh dan dekat. Ketika kamuflase-nya diketahui predator, katak masih memiliki senjata berupa peringatan warna kulit yang terang.
Co-author Profesor Innes Cuthill dari University of Bristol menambahkan, “Warna mampu memberi sinyal ketika dekat dengan calon pasangan, sementara tetap tidak mencolok untuk predator yang lebih jauh akan tampak menguntungkan. Begitu juga untuk aplikasi manusia seperti kamuflase militer, dimana pengenalan oleh sekutu sama pentingnya dengan penyembunyian dari musuh”.–ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 7 Juni 2018