Wahid Hasyim, Memodifikasi Traktor Tanpa Awak

- Editor

Selasa, 4 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berawal dari hobi bermain pesawat aeromodelling, Wahid Hasyim (34), pemuda asal Desa Tepakyang, Kecamatan Adimulyo, Kebumen, Jawa Tengah, terdorong membuat modifikasi traktor tanpa awak. Gagasan unik dan kreatif itu membuat pekerjaan membajak sawah menjadi lebih cepat dan efektif.

”Sekarang mencari operator traktor itu sudah langka. Banyak yang tidak mau jadi operator karena capek dan kakinya sakit di sawah,” kata Hasyim, Rabu (28/11/2018), saat ditemui di rumah sekaligus bengkel motor dan elektronik Chandrageni miliknya di RT 002/ RW 002, Dukuh Kaum, Desa Tepakyang, Kebumen.

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO–Wahid Hasyim membuat traktor tanpa awak yang bisa membantu petani untuk bekerja lebih efektif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hasyim yang merupakan lulusan Jurusan Otomotif SMK Ma’arif 1 Kebumen pada 2005 itu memiliki keahlian di bidang elektronik sejak kecil karena sering melihat sang paman memperbaiki aneka barang elektronik. Sembari menjalankan usaha bengkel motor dan elektronik di rumahnya, menerbangkan pesawat aeromodelling di langit desanya juga menjadi hobinya setiap sore.

MEGANDIKA WICAKSONO–Berawal dari hobi bermain pesawat aeromodelling, Wahid Hasyim (34) pemuda asal Desa Tepakyang, Kecamatan Adimulyo, Kebumen, Jawa Tengah terdorong membuat modifikasi traktor tanpa awak. Gagasan unik dan kreatif itu membuat pekerjaan membajak sawah menjadi lebih cepat dan efektif.

Pakai remote
Namun, karena sebulan terakhir hujan sudah sering turun dan menggenangi areal persawahan yang biasa dipakai untuk landing pesawatnya, Hasyim kemudian berpikir kreatif bagaimana cara menyalurkan hobinya sekaligus bermanfaat bagi orang lain. Akhirnya suami dari Peni Asih (29) itu memodifikasi traktor milik Kelompok Tani Sumber Rezeki agar dapat digerakkan menggunakan remote control seperti saat menerbangkan pesawat aeromodelling miliknya.

”Saya mulai mencoba memodifikasi traktor Oktober lalu. Trial and error selama dua minggu. Dua kali gagal, sistem mekaniknya pecah karena tidak kuat. Traktor, kan, besar tenaganya seperti kerbau, jadi mekaniknya harus kuat. Perlu spareparts yang kuat,” kata Hasyim yang sudah menghabiskan dana sekitar Rp 2 juta untuk uji coba.

Selain itu, selama dua minggu dia pun terjun ke sawah untuk mencermati dan mengenali lebih detail bagaimana cara kerja traktor itu.

Modifikasi traktor yang diterapkan pada traktor bertenaga 8,5 PK (daya kuda) bantuan dari Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (APBN 2016) adalah dengan menambah seperangkat remote control dan alat box control yang di dalamnya terdapat baterai, mikrokontroler, power distribution board, dan motor penggerak. ”Sistem kerjanya, (perintah) dari remote (diteruskan) melalui wireless kemudian diterjemahkan atau diolah oleh mikrokontroler menjadi sinyal voltase untuk menggerakkan motor listrik,” kata ayah dari Fika Hasyim Fauwsyiah (3).

Hasyim menyampaikan, sinyal voltase itu menggerakkan motor listrik pada tiga bagian traktor, yaitu pada kemudi kopling kanan, kopling kiri, dan gas. ”Penge-charge-an (pengisian ulang) baterai pada box controler memanfaatkan generator yang ada di diesel sehingga tidak perlu berulang kali menge-charge,” ujar Hasyim yang pernah satu tahun bekerja di pabrik kendaraan bermotor di Jakarta.

Pengisian ulang baterai hanya dilakukan pada remote control. Diperlukan waktu hingga 5 hari untuk mengisi ulang baterai 6 volt dan dapat digunakan secara optimal hingga 30 jam pengoperasian traktor tanpa awak tersebut.

Pada Rabu siang, Hasyim menunjukkan bagaimana cara mengoperasikan traktor tanpa awak yang diberi nama traktor siluman itu. Mula-mula, box controler dinyalakan dan segala fungsi kemudi dan gas dicoba. Setelah semuanya berjalan dengan baik, kemudian mesin diesel dinyalakan secara manual. Lalu, garu atau besi berbentuk sisir besar dipasang pada ekor traktor untuk nantinya dipakai meratakan tanah sawah.

Setelah semuanya siap, traktor kemudian dikemudikan menggunakan remote menuju ke areal persawahan. Hasyim tinggal mengoperasikan tuas-tuas pada remote control untuk mengarahkan traktor tersebut. ”Sistem ini dipakai untuk menjinakkan traktor, bukan untuk mengurangi kemampuannya,” kata Hasyim.

Traktor pun kemudian menuruni sawah, melewati parit kecil, dan melompati pematang sawah. Hilir mudik traktor berjalan mengelilingi sawah, berbelok tajam ke kanan dan ke kiri, serta melaju sesuai kecepatan yang diinginkan.

Mengenakan caping dan kacamata hitam, Hasyim mengendalikannya dari tepi jalan sambil menyeruput kopi dan juga didampingi oleh operator manual traktor, Kaputra (53), yang sesekali memberi aba-aba atau petunjuk arah yang harus dilewati traktor itu. Bahkan, traktor itu dapat dinaiki orang dengan bobot mencapai 70 kilogram.

Seperangkat remote dan box controler dibeli Hasyim dari China. Harganya mencapai Rp 3,5 juta dan perlu waktu sekitar tiga hari untuk memasangnya pada traktor. ”Jangkauan kendali remote dengan traktor ini bisa mencapai 900 meter hingga 1 kilometer,” katanya.

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO–Wahid Hasyim

Uji coba
Sebulan terakhir, Hasyim telah membuat dua modifikasi traktor siluman ini. Satu traktor milik kelompok tani dan lainnya sudah dijual. Hasyim mengatakan, modifikasi hasil karyanya tersebut menurut rencana akan dipatenkan. Namun, sebelum dipatenkan masih perlu uji coba lanjut. ”Masih perlu uji coba terutama pada ketahanan dan manuvernya,” katanya. Selain itu, traktor pun rencananya akan dilengkapi dengan kamera sehingga medan yang ada di depan traktor pun dapat dipantau di layar remote control.

Kaputra, operator trotoar secara manual di Desa Tepakyang, mengatakan, untuk membajak sawah seluas 100 ubin (1 ubin= 14 meter persegi) dengan menggunakan traktor diperlukan biaya sewa Rp 100.000. Untuk proses membajak atau membalik tanah, baik secara manual maupun menggunakan operator ataupun menggunakan traktor remote control dalam satu jam sama-sama bisa menyelesaikan sawah seluas 100 ubin.

Namun, untuk meratakan permukaan sawah, traktor beroperator manual hanya bisa menyelesaikan 100 ubin sawah dalam waktu satu jam. Berbeda jika menggunakan remote control, dalam satu jam luas sawah yang diratakan bisa mencapai 300 ubin. ”Pekerjaan jadi lebih cepat dan badan tidak capek,” kata Kaputra.

Kepala Desa Tepakyang Tachrir mengaku bangga atas inovasi dan kreativitas Hasyim. Tachrir berharap karya inovasi ini dapat diaplikasikan oleh para petani karena dapat mengolah sawah secara efektif dan efisien. ”Kami bangga karena ada anak muda yang kreatif. Traktor ini diharapkan dapat lebih menghemat tenaga petani dalam menggarap sawah,” kata Tachrir.

Di Desa Tepakyang, lanjut Tachrir, terdapat areal persawahan mencapai 187 hektar. Desa yang dihuni oleh 470 kepala keluarga dengan jumlah 1.250 jiwa itu sebanyak 90 persen di antaranya bermata pencarian sebagai petani. Di tangan anak muda yang kreatif seperti Hasyim inilah masa depan pertanian berada. Atas sentuhan inovasi nan canggih dari Hasyim, bertani pun tampak menjadi sesuatu yang mengasyikkan.

Wahid Hasyim
Lahir: Kebumen, 2 Agustus 1984
Pendidikan:
– SD Negeri Tepakyang (lulus 1996)
– SMP Negeri 2 Adimulyo (lulus 1999)
– SMK Ma’arif 1 Kebumen (2001-2004)
Istri: Peni Asih (29)
Anak: Fika Hasyim Fauwsyiah (3)
Pekerjaan: Pemilik Bengkel Motor & Elektronik Chandrageni

MEGANDIKA WICAKSONO

Sumber: Kompas, 3 Desember 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu
Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia
Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun
Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik
Cerita Sasha Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Unair, Pernah Gagal 15 Kali Tes
Sosok Amadeo Yesa, Peraih Nilai UTBK 2023 Tertinggi se-Indonesia yang Masuk ITS
Profil Koesnadi Hardjasoemantri, Rektor UGM Semasa Ganjar Pranowo Masih Kuliah
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Kamis, 28 September 2023 - 15:05 WIB

Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu

Kamis, 28 September 2023 - 15:00 WIB

Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia

Kamis, 28 September 2023 - 14:54 WIB

Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:43 WIB

Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB