Selain dipakai sebagai penyedia irigasi dan air baku, Waduk Titab Ularan di Kabupaten Buleleng, Bali, juga bisa menghasilkan listrik lewat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Kepala Balai Wilayah Sungai Bali-Penida Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Putu Eddy mengatakan, Waduk Titab-Ularan bisa menghasilkan daya listrik sebesar 1,5 megawatt (MW). Kapasitas setara untuk mengaliri listrik di satu kecamatan padat penduduk di Bali.
“Dari kapasitas volume air 12 juta meter kubik, dan aliran air 300 meter kubik per detik bisa hasilkan 1,5 MW,” kata Eddy ditemui Waduk Titab-Ularan, Buleleng, Bali, Minggu (13/12/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Eddy, selain pembangkit, waduk terbesar di Pulau Dewata ini dapat mengairi lahan sawah seluas 1.794 hektar. Dibangun sejak tahun 2011, waduk ini menghabiskan dana konstruksi sebesar Rp 486 miliar, dan biaya pembebasan lahan sebanyak Rp 119 miliar.
“Waduk Titab Ularan menenggelamkan 6 desa di 2 kecamatan di lahan 119 hektar, dengan daerah genangan 65 hektar. Yaitu Ularan dan Rendiki di Kecamatan Seririt, dan yang masuk Kecamatan Busungbiu antara lain Kekeran, Telaga, Titab, dan Busungbiu,” jelas Eddy.
Sementara untuk kontruksi bendungan, sambung Eddy, menggunakan urukan batu. “Umur konstruksi bendungan ini sampai 50 tahun. Kalau bisa lebih itu jadi keuntungan buat pemerintah, sungai yang dibendung Sungai Saba (baca Sabe),” tutupnya. (Juft/Detik)
———————–
Selain Irigasi, Waduk Terbesar Bali Juga Bisa Hasilkan Listrik
Selain dipakai sebagai penyedia irigasi dan air baku, Waduk Titab Ularan di Kabupaten Buleleng, Bali, juga bisa menghasilkan listrik lewat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Kepala Balai Wilayah Sungai Bali-Penida Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Putu Eddy mengatakan, Waduk Titab-Ularan bisa menghasilkan daya listrik sebesar 1,5 megawatt (MW). Kapasitas setara untuk mengaliri listrik di satu kecamatan padat penduduk di Bali.
“Dari kapasitas volume air 12 juta meter kubik, dan aliran air 300 meter kubik per detik bisa hasilkan 1,5 MW,” kata Eddy ditemui Waduk Titab-Ularan, Buleleng, Bali, Minggu (13/12/2015).
Menurut Eddy, selain pembangkit, waduk terbesar di Pulau Dewata ini dapat mengairi lahan sawah seluas 1.794 hektar. Dibangun sejak tahun 2011, waduk ini menghabiskan dana konstruksi sebesar Rp 486 miliar, dan biaya pembebasan lahan sebanyak Rp 119 miliar.
“Waduk Titab Ularan menenggelamkan 6 desa di 2 kecamatan di lahan 119 hektar, dengan daerah genangan 65 hektar. Yaitu Ularan dan Rendiki di Kecamatan Seririt, dan yang masuk Kecamatan Busungbiu antara lain Kekeran, Telaga, Titab, dan Busungbiu,” jelas Eddy.
Sementara untuk kontruksi bendungan, sambung Eddy, menggunakan urukan batu. “Umur konstruksi bendungan ini sampai 50 tahun. Kalau bisa lebih itu jadi keuntungan buat pemerintah, sungai yang dibendung Sungai Saba (baca Sabe),” tutupnya.
Muhammad Idris
Sumber: detik.com, Minggu, 13/12/2015
———————–
Bendungan Titab Di Bali Mulai Penggenangan Air
Pemerintah mulai melakukan penggenangan (impounding) Bendungan Titab di Kabupaten Buleleng, Bali, pada Minggu (13/12/2015). Acara pengisian air awal Bendungan Titab di Desa Ularan itu akan dilakukan pada pukul 14.00 waktu setempat dan dihadiri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Mudjiadi menyatakan pembangunan Bendungan Titab yang menelan dana Rp486 miliar itu dibangun sejak 2011 dan selesai pada tahun ini untuk pekerjaan konstruksinya. Setelah ini pemerintah akan membangun dua bendungan lagi di Bali, yakni Talagabaja di Karangasem dan Sidan di Gianyar.
“Kita selesaikan dulu yang ini baru lanjut dua itu. Nah bangun bendungan di Bali itu ada khasnya, yakni pertimbangan untuk pariwisata atau arena arum jeram,” ujarnya, seperti dikutip dari siaran pers, Minggu (13/12/2015).
Pembangunan Bendungan Titab yang sumber airnya berasal dari Sungai Saba bertujuan mengatasi kekeringan dan penanggulangan banjir terutama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Bendungan Titab juga akan mengairi daerah irigasi Saba dan Puluran seluas 1.794,82 Ha untuk meningkatkan intensitas tanam dari 169% menjadi 275%.
Disamping itu memenuhi kebutuhan air baku sebesar 350 liter/ detik di 3 kecamatan yaitu Seririt, Banjar dan Busungbiu di Kabupaten Buleleng. Menambah cadangan energi listrik sebesar 2×0,75 MW untuk Kecamatan Busungbiu serta sebagai daerah konservasi air dan pariwisata.
Adapun kapasitas tampung Waduk/bendungan Titab sebesar 12 juta m3 menjadikan bendungan Titab – Ularan ini merupakan bendungan ke 6 sekaligus yang terbesar di Provinsi Bali. Bendungan lain di Bali yakni Palasari, Grogak, Telaga Tunjung, Benel, dan Muara.
Deandra Syarizka
Sumber: Bisnis Indonesia, Minggu, 13/12/2015
—————
Hari Ini Pengisian Awal Bendungan Titab Bali
Bendungan Titab yang berada di Kabupaten Buleleng Provinsi Bali, Minggu (13/12/2015) akan dilakukan pengisian awal (impounding).
Pembangunan Bendungan Titab yang sumber airnya berasal dari Sungai Saba dimaksudkan untuk mengatasi kekeringan dan penanggulangan banjir terutama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.
Bendungan Titab juga akan mengairi daerah irigasi Saba dan Puluran seluas 1.794,82 Ha untuk meningkatkan intensitas tanam dari 169 persen menjadi 275 persen.
Disamping itu memenuhi kebutuhan air baku sebesar 350 liter per detik di 3 kecamatan yaitu Seririt, Banjar dan Busungbiu di Kabupaten Buleleng. Menambah cadangan energi listrik sebesar 2×0,75 MW untuk Kecamatan Busungbiu serta sebagai daerah konservasi air dan pariwisata.
Kapasitas tampung Waduk/bendungan Titab sebesar 12 juta m3 menjadikan bendungan Titab – Ularan ini merupakan bendungan ke 6 dan merupakan yang terbesar di Provinsi Bali. Bendungan lain di Bali yakni Palasari, Grogak, Telaga Tunjung, Benel, dan Muara.
Dirjen Sumber Daya Air Mudjiadi menyatakan pembangunan Bendungan Titab dikerjakan sejak 2011 hingga 2014 (Multyears) dan selesai pada tahun ini yang menelan sekitar Rp 486 miliar untuk pekerjaan konstruksinya.
Direncanakan ada dua waduk lagi yang dapat dibangun di Provinsi Bali yakni Bendungan Talagabaja di Karangasem, dan Waduk Sidan di Gianyar.
“Kita selesaikan dulu yang ini baru lanjut dua itu. Nah bangun bendungan di Bali itu ada khasnya. Yakni pertimbangan untuk pariwisata atau arena arung jeram,” jelas Mudjiadi, Minggu (13/12/2015).
Hingga 5 tahun ke depan sangat dimungkinkan untuk pembangunan beberapa bendungan baru. Prasarana penampung air ini masih perlu dibangun guna menunjang ketahanan pangan khususnya beras agar Indonesia tidak impor lagi.
Sejalan dengan itu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ke depan akan terus berupaya untuk mempersiapkan lokasi yang cocok untuk dibangun infrastruktur bangunan air atau bendungan.
“Masalahnya tidak mudah menemukan lokasinya. Terlebih di Jawa. Karena untuk dibangun bendungan membutuhkan syarat tertentu seperti geografi (harus cekungan), tanahnya tidak rendah dan tidak banyak dihuni penduduk,” ungkap Mudjiadi.
Sumber: Tribunenews, Minggu, 13 Desember 2015
—————-
Waduk Terbesar di Bali Tenggelamkan 6 Desa
Bendungan sekaligus waduk terbesar di Pulau Bali, yaitu Bendungan Titab Ularan efektif mulai beroprasi hari ini. Selain sebagai saluran irigasi, bendungan ini juga difungsikan sebagai sebagai penyedia air baku sebesar 300 meter kubik per detik, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mikrohidro sebesar 1,5 megawatt (MW).
Kepala Balai Wilayah Sungai Bali-Penida Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Putu Eddy mengatakan, Bendungan Titab Ularan membendung aliran Sungai Saba (baca: Sabe) dan menenggelamkan 6 desa di 2 Kecamatan di Kabupaten Buleleng.
“Waduk Titab Ularan menenggelamkan 6 desa di 2 kecamatan di lahan 119 hektar, dengan daerah genangan 65 hektar. Yaitu Ularan dan Rendiki di Kecamatan Seririt, dan yang masuk Kecamatan Busungbiu antara lain Kekeran, Telaga, Titab, dan Busungbiu,” jelas Eddy ditemui di Bendungan Titab Ularan, Buleleng, Bali, Minggu (13/12/2015).
Nantinya, jika kapasitas maksimal sudah terisi hingga 12 juta meter kubik air, bendungan ini sanggup mengaliri sawah seluas 1.794 hektar. Ini akan membuat daearah sepanjang aliran Sungai Saba dan Paluran tak lagi krisis air, bahkan saat musim kemarau.
Mulai dibangun sejak 2011, menurut Eddy, pembangunan Bendungan Sabe menelan biaya sebesar Rp 685 miliar yang terdiri dari biaya konstruksi Rp 468 miliar, dan biaya pembebasan lahan sebesar 119 miliar, semuanya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pembangunan dilakukan oleh 2 kontraktor BUMN dengan kerjasama operasi (KSO) antara PT Brantas Abipraya (Persero), dan PT Nindya Karya (Persero).
“Umur bendungan dirancang untuk masa 50 tahun dengan konstruksi urukan batu,” katanya.
Sebagai informasi, bendungan Tatib Ularan akan diresmikan secara langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuldjono, dan Mantan Presiden Megawati Soekarno Putri.
Muhammad Idris
Sumber: detik.com, Minggu, 13/12/2015