Vaksin Malaria Dicoba pada Manusia untuk Pertama Kalinya

- Editor

Jumat, 11 Januari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Malaria ternyata juga menyebabkan masalah pada ibu hamil yang berakibat 220.000 kematian setiap tahun di dunia. Pengobatan yang tersedia selama ini tidak tuntas mengatasi malaria. Namun, tim ilmuwan Denmark dan Jerman telah berhasil mencoba vaksin melaria pada manusia.

NOEL FILKOSTIG UNTUK KOMPAS–Wartawan Kompas, Frans Pati Herin, dirawat di Rumah Sakit Otto Kuyk di Ambon, awal Februari 2018, akibat malaria yang diduga ditularkan di Asmat, Papua, setelah ia bertugas di sana.

Penelitian berjudul ”Percobaan Klinis Pertama pada Manusia, PAMVAC, Kandidat Vaksin Mencegah Malaria Terkait Kehamilan” itu dimuat dalam jurnal Clinical Infectious Diseases edisi 10 Januari 2019 yang juga dipublikasikan Sciencedaily.com. Penelitian dilakukan tim dari Universitas Kopenhagen, Denmark, dan Universitas Tubingen, Jerman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut ringkasan dalam jurnal, kandidat vaksin tersebut disebut PAMVAC, kependekan dari pregnancy-associated malaria vaccine atau vaksin malaria terkait kehamilan. Vaksin tersebut dibuat dari VAR2CSA, protein penyebab malaria, yaitu Plasmodium falciparum.

CDC/DR. MAE MELVIN TRANSWIKI–Parasit Plasmodium falciparum yang memicu malaria paling mematikan.

Vaksin dicoba kepada 36 sukarelawan dewasa Jerman yang sehat dengan cara diimunisasi dengan tiga suntikan intramuskuler atau melalui otot. Vaksin diberikan setiap empat minggu. Sukarelawan diamati selama enam bulan setelah imunisasi terakhir.

”Ini adalah tonggak yang luar biasa bagi kita untuk dapat menunjukkan bahwa vaksin kita benar-benar aman dan menginduksi respons antibodi yang tepat dalam darah yang kita inginkan,” kata Morten Agertoug Nielsen, peneliti dari Departemen Imunologi dan Mikrobiologi Universitas Kopenhagen.

Subyek tes Jerman digambarkan sebagai ”malaria naif” karena mereka tidak terkena parasit malaria sehingga tidak akan pernah mengembangkan malaria kehamilan. Namun, mereka digunakan sebagai subyek uji untuk mendokumentasikan bahwa vaksin tersebut aman dan tampaknya berfungsi sebelum diperkenalkan pada kelompok perempuan Afrika yang rentan dan berisiko terkena malaria terkait kehamilan.

KOMPAS/ADHITYA RAMADHAN–Petugas kesehatan Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, menyiapkan insektisida untuk disemprotkan ke dinding rumah untuk mencegah penyebaran penyakit malaria, Kamis (4/5/2017). Provinsi NTT merupakan salah satu provinsi dengan angka kejadian malaria yang tinggi.

”Tentu saja kami akan melakukan lebih banyak tes karena kami ingin mengambil vaksin sejauh yang kami bisa. Oleh karena itu, kami bekerja sama dengan rumah sakit di Benin di Afrika, tempat kami dapat melakukan penelitian pada wanita yang berisiko terkena penyakit ini,” kata Ali Salanti, peneliti lainnya dari Departemen Imunologi dan Mikrobiologi Universitas Kopenhagen.

Di Indonesia, seperti ditulis wartawan Kompas, Aditya Ramadhan, 23 Januari 2018, sejak Komando Pembasmian Malaria dibentuk pada 1959 oleh Presiden Soekarno hingga 2018, penanggulangan malaria belum tuntas. Hingga tahun 2018, sekitar 80 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah endemis malaria rendah hingga tinggi.

KOMPAS/AGUS SUSANTO (AGS)–Dokter menulis obat untuk penderita positif malaria di Puskesmas Skouw, Distrik Muara Tami, Jayapura, Papua, Sabtu (15/7/2017). Angka kejadian malaria di wilayah ini masih cukup tinggi.

Hasilnya, PAMVAC aman dan ditoleransi dengan baik. PAMVAC yang diformulasikan dengan bahan pembantu berbasis alhydrogel adalah aman, dapat ditoleransi dengan baik dan diinduksi antibodi aktif secara fungsional. PAMVAC selanjutnya akan dinilai pada wanita sebelum kehamilan pertama di daerah endemis.

Angka kesakitan malaria di satu daerah ditentukan dengan annual parasite incidence (API) yang merupakan jumlah kasus malaria per 1.000 penduduk dalam setahun. Status eliminasi dicapai suatu daerah jika angka API kurang dari 1, kasus positif berdasarkan konfirmasi laboratorium kurang dari 5 persen, dan tak ada lagi penularan tiga tahun berturut-turut. Saat ini baru DKI Jakarta dan Bali yang semua kabupaten atau kotanya berstatus eliminasi malaria.

Di Indonesia, angka API tahun 2011 hingga 2016 terus menurun, yakni 1,75 menjadi 0,84. Meski demikian, masih ada 167 dari 514 kabupaten atau kota (52 persen populasi) dengan endemisitas rendah sampai tinggi yang belum bebas malaria. Mayoritas daerah itu berada di kawasan timur Indonesia, yakni Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara.

Oleh SUBUR TJAHJONO

Sumber: Kompas, 11 Januari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB