Penyelenggaraan pendidikan jarak jauh di Universitas Terbuka terkendala infrastruktur teknologi informasi yang terbatas, terutama di daerah-daerah terpencil. Akibatnya, belum semua mahasiswa UT memiliki akses teknologi informasi yang seharusnya bisa mempermudah perolehan bahan materi ajar.
Hal itu dikemukakan Rektor Universitas Terbuka (UT) Tian Belawati. ”Khusus di Indonesia, pemanfaatan teknologi informasi masih harus ditingkatkan. Pembangunan infrastrukturnya belum merata,” kata Tian seusai Wisuda Periode III Tahun 2010, Selasa (2/11) di Kampus UT, Tangerang, Banten.
Padahal, menurut Direktur Pascasarjana UT Udin Winataputra, pendidikan jarak jauh dengan teknologi informasi (TI) dan komunikasi menghilangkan hambatan jarak dan waktu karena para peserta didik bisa mengakses bahan ajar setiap saat dan di mana saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Dengan memanfaatkan teknologi informasi, biaya pendidikan jarak jauh menjadi lebih terjangkau seluruh lapisan masyarakat,” kata Udin.
Kendala infrastruktur TI ini, menurut Tian, harus segera ditangani agar UT bisa lebih mengembangkan diri, antara lain dengan membuat program politeknik, seperti yang ada di negara lain, misalnya di Afrika Selatan.
”Negara-negara lain yang memiliki UT sudah bisa membuat program politeknik jarak jauh, seperti fakultas teknik atau keperawatan. Tahun depan kita akan kirim tim untuk mempelajari itu,” ujarnya.
Jika kendala akses teknologi informasi ini bisa teratasi, jumlah mahasiswa UT—kini 650.000 orang di seluruh Indonesia kecuali Papua Barat dan di luar negeri—diyakini akan meningkat. Meski masih ada kendala pemanfaatan teknologi informasi, menurut Tian, sistem UT di Indonesia dinilai telah berjalan baik oleh tim penilai UT dari Inggris.
”Jika dilihat dari kondisi dan luas wilayah di Indonesia, sistemnya dinilai telah berjalan baik. Apalagi dengan banyaknya sinergi dengan berbagai instansi,” ujarnya.
Menurut peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti, fasilitas kegiatan belajar-mengajar di UT harus diperhatikan karena sistem pendidikan jarak jauh memberikan persamaan hak bagi semua orang untuk bisa memperoleh pendidikan berkualitas dengan biaya terjangkau. ”Biaya UT jauh lebih murah dibandingkan perguruan tinggi konvensional dan jangkauannya juga lebih luas,” ujarnya.
Pesan damai
Dalam pidato sambutan wisuda, Tian menekankan pentingnya pendidikan sebagai salah satu cara untuk menyinergikan keberagaman. Pendidikan juga membantu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan manusia sehingga akan meningkatkan derajat dan martabat manusia. Jika itu tercapai, perbuatan anarkis yang memicu konflik akan bisa dicegah.
”Konflik-konflik yang terjadi sulit diselesaikan dengan pendekatan formal dan militer karena masalahnya kompleks. Karena itu, harapannya adalah melalui pendidikan,” kata Tian.
Wisuda Periode III Tahun 2010 diikuti 3.079 mahasiswa program diploma dan sarjana serta 88 mahasiswa program pascasarjana. Gubernur Bangka Belitung Eko Maulana Ali, yang mengikuti Magister Administrasi Publik di Program Pascasarjana, juga termasuk salah seorang mahasiswa yang mengikuti wisuda kali ini. (LUK)
Sumber: Kompas, Rabu, 3 November 2010 | 03:12 WIB