UGM Kembangkan Nilai-nilai Ke-Gadjah Madaan

- Editor

Kamis, 19 Desember 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Potong tumpeng mewarnai acara Temu Kangen Alumni dalam rangka dies ke-64 UGM dan 55 tahun Kagama yang berlangsung di Balairung UGM. Pemotongan tumpeng dilakukan oleh Prof Dr Koento Wibisono diberikan kepada Menpora Roy Suryo, Rektor UGM Prof Dr Pratikno MSocSc dan Ibrahim Palace Ketua Kagama Pengda Kendari.

Prof Soebronto Prodjoharjono salah satu sesepuh merasa bersyukur atas dies ke-64 UGM dan 55 tahun Kagama. Prinsip-prinsip organisasi tetap terpelihara hingga kini, Kagama tetap bukan sebagai organisasi politik dan organisasi partisan, namun senantiasa mendasarkan pada asas kekeluargaan untuk kesejahteraan UGM dan masyarakat serta memajukan pembangunan bangsa dan negara.

”Ciri-ciri khas manusia UGM antara lain iklas berkorban untuk orang lain maupun masyarakat, rela menderita, tidak banyak menuntut, hidup sederhana, simpati dan empati terhadap sesama, gotong royong dan sebagainya telah ditanamkan sejak dibangku kuliah,” ungkapnya.

Melihat kondisi saat ini, katanya, UGM dan Kagama perlu secara selektif memperkuat dan mempertebal rasa nasionalisme yang akhir-akhir ini mengalami penurunan. Keduanya diharapkan memberi perhatian khusus terhadap merebaknya paham-paham egoisme saat ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”UGM tidak selayaknya menjadikan pendidikan sebagai ajang komoditas menghasilkan materi-materi dan paham-paham yang tidak cocok dengan budaya bangsa,” tuturnya.

Diharapkan, UGM tetap berpegang pada khittohnya sebagai universitas Pancasila dan universitas kerakyatan. Perlu mengembangkan dan menanamkan 18 nilai-nilai peninggalan Maha Patih Gadjah Mada.

”Kagama sebagai organisasi alumni bisa berperan aktif untuk itu. Jika di Muhammadiyah ada pelajaran Kemuhamaddiyahan, Taman Siswa diajarkan nilai-nilai Ketaman Siswaan, maka perlu untuk memberikan materi ke-Gadjah Madaan, dan Kagama bisa urun rembug untuk itu,” tambahnya.
( Bambang Unjianto / CN19 / SMNetwork )

Sumber: Suara Merdeka, 18 Desember 2013 | 12:33 wib

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 16 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB