Pemerintah Janji Bantu Riset yang Inovatif
Pemerintah, perguruan tinggi, dan industri harus serius melakukan kerja sama jika menghendaki terwujudnya hilirisasi riset yang dihasilkan oleh perguruan tinggi serta lembaga penelitian. Hambatan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya bisa diatasi secara bersama-sama.
Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Kadarsah Suryadi yang dihubungi dari Jakarta, Rabu (17/2), mengatakan, asalkan ada komitmen yang kuat dari pemerintah, perguruan tinggi, dan industri, inovasi dapat berkembang pesat untuk memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional. “Komitmen untuk terus meningkatkan anggaran penelitian harus diwujudkan. Hal yang sangat penting lainnya ialah mendorong industri berbasis inovasi dan manufaktur tumbuh di Indonesia yang mengandalkan riset-riset dari perguruan tinggi,” tuturnya.
Anggaran dari pemerintah penting, tetapi jika riset dan pengembangan industri bisa berkolaborasi dengan baik, porsi dukungan dana dari industri bisa lebih besar lagi. “PT fokus untuk menghasilkan riset yang meningkatkan daya saing industri yang memerlukan teknologi tinggi serta industri yang mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah,” kata Kadarsah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menjelaskan, ITB mengembangkan riset yang menghasilkan produk pelengkap yang bisa bersinergi dengan industri yang kini ada. Selain itu, ITB juga mendorong perusahaan inovasi pemula lewat Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan ITB.
Peluang bagi perguruan tinggi negeri di luar Pulau Jawa untuk mendukung produktivitas industri juga terbuka. Rektor Universitas Tanjungpura, Pontianak, Thamrin Usman mengatakan, alokasi dana riset dari pemerintah terus meningkat. Pada 2013, nilainya mencapai Rp 5,7 miliar, sedangkan pada 2015 angkanya menyentuh Rp 8,5 miliar.
Universitas Tanjungpura pun mulai berhasil mengembangkan riset energi terbarukan dengan memanfaatkan limbah CPO. Industri kelapa sawit dan pengolahannya di wilayah itu cukup berkembang.
Namun, masih ada hambatan untuk bekerja sama dengan industri, dari soal birokrasi hingga persaingan. “Padahal, jika riset kami soal pemanfaatan limbah CPO bisa dimanfaatkan, industri ini bisa berkembang dan membuka lapangan kerja,” kata Thamrin.
Peneliti di Universitas Tanjungpura mampu pula mempercepat produksi gubal gaharu dari pohon penghasil minyak gaharu. Produk ini diminati di Timur Tengah. “Untuk 1 kilogram gubal gaharu, harganya mencapai Rp 200 juta. Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan dengan hasil riset yang dihasilkan kampus,” ujar Thamrin.
Direktur Jenderal Penguatan Inovasi, Kemristek dan Dikti, Jumain Appe mengatakan, riset perguruan tinggi didorong untuk sampai ke tahap inovasi yang siap diproduksi. Pada tahun ini, ada enam inovasi dari perguruan tinggi yang disiapkan untuk diproduksi massal lewat kerja sama dengan industri.
“PTN berbadan hukum didorong untuk menghasilkan inovasi. Dari 30 inovasi yang masuk, enam inovasi di antaranya layak dikembangkan untuk masuk ke industri,” ucap Jumain.
Menurut dia, riset PT yang menghasilkan inovasi dan berpotensi untuk dikembangkan dibantu uji lapangannya hingga skala besar. Model bisnisnya juga dibantu untuk dikembangkan sehingga bisa tembus ke pasar. Beberapa riset yang siap untuk diproduksi massal antara lain bibit padi dari Institut Pertanian Bogor. (ELN)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Februari 2016, di halaman 11 dengan judul “Tingkatkan Kerja Sama PT-Industri”.