Lapisan tsunami di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditemukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dipastikan berasal dari periode kejadian 1.800 tahun lalu. Dengan temuan ini, sudah ditemukan tiga perulangan tsunami besar di selatan Jawa dalam 2.000 tahun terakhir.
Endapan tsunami tersebut ditemukan tim LIPI di Pantai Congot, Desa Karangwuni, Kecamatan Wates, sekitar 1,5 kilometer dari pantai, pada akhir Juli 2017. “Saat ini kami kembali ke Kulon Progo untuk melakukan penggalian lagi sekitar 1 kilometer sebelah timur dari penggalian sebelumnya. Dalam penggalian kali ini, kami menemukan dua lapisan,” kata Purna S Putra, peneliti paleotsunami Pusat Geoteknologi LIPI, Jumat (22/9).
Lapisan pertama, yang diperkirakan seusia dengan temuan dalam penggalian sebelumnya atau berumur 1.800 tahun lalu, ditemukan di kedalaman 120-130 sentimeter (cm). “Di atas lapisan ini, di kedalaman 80-90 cm ditemukan lagi lapisan baru yang diperkirakan umurnya lebih muda,” kata Purna.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala Pusat Geoteknologi LIPI Eko Yulianto mengatakan, keluarnya hasil penanggalan lapisan tsunami di Kulon Progo ini menunjukkan ada perulangan tsunami besar di selatan Jawa. Setidaknya ada tiga kali tsunami besar di selatan Jawa yang diketahui penanggalannya dalam kurun 2.000 tahun, yaitu 1.800 tahun lalu, 1.000 tahun lalu, dan 300 tahun lalu. Ini tidak termasuk tsunami di Pangandaran pada 2006 dan tsunami yang melanda Banyuwangi pada 1994.
Lapisan tsunami dengan umur 1.800 tahunan ini, kata Eko, juga ditemukan di Pangandaran dan Cilacap. Deposit tsunami dengan umur 1.000 tahun ditemukan di Pangandaran. Adapun endapan tsunami yang berumur 300 tahun lalu ditemukan di Lebak, Pangandaran, dan Cilacap.
Perulangan tsunami di selatan Jawa berdasarkan jejak paleotsunami ini, menurut Eko, bersesuaian dengan kajian McCaffrey (2008) yang dalam papernya mengusulkan hipotesis baru mengenai potensi gempa besar (M? 9,0) yang berpotensi terjadi di semua zona subduksi di dunia, termasuk di selatan Jawa. Menurut penghitungan McCaffrey, periode perulangan gempa besar di selatan Jawa adalah per 675 tahun, sedangkan di Sumatera 512 tahun.
Siaga tsunami
Ahli tsunami dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Abdul Muhari mengatakan, temuan-temuan tentang tsunami yang pernah melanda selatan Jawa harus menjadi pertimbangan pembangunan infrastruktur di kawasan ini, termasuk rencana Bandara Kulon Progo. “Kita harus menyiapkan bandara agar siap menghadapi tsunami,” katanya.
Untuk menyiapkan hal itu, kata Muhari, ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi. Pertama, bandara harus bisa difungsikan sebagai tempat evakuasi tsunami. Untuk itu, struktur bangunannya harus tahan gempa. Selain itu, ketinggian lantai bangunan harus memperhitungkan potensi landaan tsunami. Dalam kasus tsunami di Jepang, lantai kedua Bandara Sendai dijadikan tempat evakuasi.
Bandara juga harus memiliki perangkat pendukung untuk peringatan dini tsunami yang langsung terhubung dengan pusat komando Sistem Peringatan Dini Tsunami Nasional (BMKG).(AIK)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 September 2017, di halaman 14 dengan judul “Tiga Tsunami Besar di Selatan Jawa”.