Terobosan Peringatan Dini Tsunami

- Editor

Selasa, 14 Oktober 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sejumlah ilmuwan, salah satunya dari Indonesia, sukses mengembangkan metode yang memungkinkan pembuatan peta rendaman tsunami tiga menit setelah gempa bumi. Nantinya publik bisa mengetahui informasi rinci jarak dan tinggi rendaman gelombang tsunami di darat yang berguna dalam peringatan dini.

”Kami mengembangkan metode ini dua tahun terakhir,” kata Aditya Gusman, peneliti asal Indonesia di Earthquake Research Institute, Universitas Tokyo, Jepang, lewat surat elektronik, Senin (13/10). Riset dipublikasikan di Journal of Disaster Research Volume 9 Nomor 3, 2014.

Selain Aditya, para ilmuwan yang turut mengembangkan metode itu adalah Prof Yuichiro Tanioka, salah satu ahli tsunami di Jepang; Breanyn MacInnes dari Central Washington University; dan Hiroaki Tsushima, peneliti tsunami dari Japan Meteorological Agency.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

16042012_sistem-peringatan-dini-tsunami-di-indonesiaMenurut Aditya, metode yang diberi nama NearTIF (Near-field Tsunami Inundation Forecasting) itu dapat menghasilkan peta rendaman tiga menit setelah gempa. Sebagai perbandingan, untuk menyimulasikan 15 lokasi sepanjang Pantai Sanriku perlu waktu sekitar 40 jam dengan metode biasa. ”NearTIF 800 kali lebih cepat daripada numerical modeling dengan menggunakan komputer yang sama,” katanya.

Model baru itu lebih murah karena hanya memerlukan komputer kerja biasa. ”Yang kami perlukan membangun basis data peta rendaman tsunami dari ratusan ribu simulasi dengan berbagai skenario gempa yang dibangun sebelum tsunami terjadi,” ujar Aditya.

Aditya dan tim menemukan kemiripan bentuk gelombang tsunami antara simulasi resolusi rendah dan simulasi resolusi tinggi. ”Dengan ditemukannya kemiripan ini, saat gempa terjadi, sistem hanya perlu menyimulasikan tsunami dengan resolusi grid rendah yang hanya perlu waktu dua menit. Berdasarkan kemiripan bentuk gelombang tsunami, algoritma mencari dan menghasilkan peta rendaman tsunami,” ungkapnya.

Melalui dukungan data batimetri dan data lain, Aditya memperkirakan butuh waktu 1-2 tahun untuk membangun basis data di Indonesia. (AIK)

Sumber: Kompas, 14 Oktober 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB